Muhasabah kebangsaan
AKU KAGUM PADA MEREKA
al-Zastrouw
Terus terang aku kagum pada orang-orang yang memiliki stamina cukup tinggi untuk menjaga emosi dan semangat perjuangan. Kuat berteriak berhari hari meyakinkan orang lain agar percaya pada apa yang mereka yakini. Terus bergerak setiap waktu menembus batas apapun menawarkan issu yang belum terbukti kebenarannya. Menjajakan kebenaran yang belum ada pijakannya (karena hanya berdasar kliping media). Bahkan berani.membuat tuduhan dengan bukti yang masih samar.
Aku kagum pada daya tahan mereka yang seteguh baja. Pikiran, perasaan, hati mereka kokoh bagai tembok raksasa hingga tidak mampu ditembus oleh apapun. Bahkan sinar kebenaran sekalipun tak mampu menembusnya. Berbagai nasihat kesabaran dan kebenaran, contoh-contoh kebajikan dan kearifan tidak lagi bisa menembus hati dan pikiran mereka yang telah membeku. Mereka menutup mata dan hati atas kenyataan dan informasi yang tidak sesuai dengan kemauan. Kebenaran akan mereka tolak dengan berbagai rekayasa dan fitnah jika tidak menguntungkan kelompoknya. Kenyataan diputar balik dengan berbagai intrik jika tidak sesuai dengan kepentingannya. Dan aku takjub pada kemampuan mereka memutar balik fakta dan membuat intrik yang memukau sehingga bisa menarik perhatian publik, bahkan kaum intelektual sekalipun.
Aku sangat takjub atas keberanian mereka dalam menebar fitnah dan kebencian kepada siapa saja yang berbeda. Aku kagum pada kekuatan mental mereka yang tega melakukan tindakan biadab menista sesama dengan caci maki dan kata-kata kotor kepada siapa saja yang tidak sefaham dengannya. Bahkan pada para alim ulama yang sdh terbukti kealiman ilmunya dan kemuliaan akhlaknya. Suatu sikap yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar-benar tuna akhlak dan etika. Dan anehnya mereka bisa melakukan semua itu dengan ringan dan penuh suka cita tanpa perasaan dosa. Mereka menjalankan semua itu layaknya melakukan amal kebajikan… mereka memang benar-benar hebat.
Aku sangat takjub pada kelakuan mereka yang dengan lantang dan berani mengklaim atas nama ulama, ummat dan agama. Apapun yang mereka lakukan seolah demi Islam dan identik dengan Islam. Akibatnya, mereka terlihat lebih tinggi dan lebih mulia dari Islam. Siapa saja yang berani mengkritik dan melawan mereka akan dianggap sebagai musuh Islam dan penista agama. Kemudian dinista sampai hina dengan segala cara. Dituduh liberal, sesat, munafiq, pembela kaum kafir dan sejenisnya. Suatu sikap yang jauh lebih berani daripada para ulama yang lebih alim. Para ulama yang lebih tinggi ilmunya justru bersikap sangat tawadlu’ dan berhati-hati. Mereka tidak pernah berani mengklaim dan mengatas namakan Islam dalam setiap perjuangannya. Mereka takut dan khawatir sikap yang selalu mengatas namakan Islam dalam urusan dunia justru merusak citra dan menghancurkan Islam.
Aku terharu atas kegigihan mereka menebar kesesatan dengan cara mengajarkan agama tanpa ilmu. Merasa paling benar dan paling baik hanya bermodal buku terjemahan dan potongan ayat. Mereka merasa dirinya paling benar dan paling sholeh sehingga menggap rendah dan nista pada orang lain yang berbeda dengannya. Mereka benar-benar hebat karena berani bersikap seperti akhlaknya setan yang sombong dan tinggi hati. Tapi anehnya menganggap kelompok lain sebagai setan. Ajibb…!!!
Takjubku pada mereka makin bertambah karena sikap konsisten mereka membela kelompoknya. Siapa saja yg berada dalam kelompoknya dan mendukung kepentingan mereka akan dibela dengan segala cara. Mereka yang beda akidah sekalipun akan diberi lebel dan topeng agama agar tertutup semua cela. Bahkan mereka tak segan-segan menggunakan dalil untuk memoles agar ummat bisa menerimanya. Orang liberal, sekuler bahkan ateis sekalipun akan di-blow up, dikasih mimbar, diundang ceramah di tempat ibadah, dijadikan idola dan hero asal mendukung kepentingan golongan mereka.
Sementara kepada yang bukan kelompoknya akan dihujat dengan segala cela sekalipun mereka seagama. Mereka menuduh liberal, PKI, munafiq bahkan sesat pada sesama ummat Islam, bahkan pada ulama yang bukan kompoknya. Mereka teriak ukhuwah islamiyah, persatuan ummat, namun kelakuan mereka menyakiti sesama ummat sehingga memancing perpecahan. Yang mengagumkan sikap itu dilakukan secara konsisten dan terus menerus.
Yang lebih hebat, mereka bisa konsisten melakukan kebohongan dan bersikap inkonsisten. Mereka teriak ukhuwah islamiyah, persatuan ummat, namun krlakuan mereka menyakiti sesama ummat sehingga memancing perpecahan. Mereka bicara akal sehat, tetapi kelakuannya menutup akal sehat. Memutar balik fakta menjadi hal yang biasa. Mereka bisa menutup mata terhadap kerusakan yang terjadi atas kelakuannya. Mereka tega melukai perasaan sesama saudara dan menghancurkan keutuhan bangsa demi mewujudkan kemauannya.
Mereka tak perduli negara ini hancur, bangsa ini terbelah dan ummat konflik berdarah yang penting cita-cita tercapai, kepentingan terwujud dan kebenaran versi mereka bisa ditegakkan. Bagi mereka mewujudkan cita2 dan menegakkan kebenaran harus dilakukan dengan segala cara. Bahkan cara biadab sekalipun. Kehancuran dan konflik dianggap sebagai konsekwensi dari perjuangan menegakkan kebenaran. Kemaslahatan ummat yang justru menjadi tujuan dasar penerapan syariah (maqasidu syar’i) justru diabaikan. Lihatlah kelakuan mereka hari ini. Mereka tega menginjak injak konstitusi dan mengkhianati kespakatan demi memaksakan kepentingan politik. Dan itu semua dilakukan atas nama kebenaran dengan bungkus agama.
Melihat kelakuan mereka aku jadi teringat pernyataan klasik Karl Marx yang sangat populer, “agama adalah candu”. Hampir semua kaum agamawan menentang bahkan mengutuk pernyataan ini. Tapi anehnya secara faktual kelakuan sekelompok ini justru membuktikan kebenaran pernyataan Marx tersebut. Mereka seolah terkontaminasi candu sampe lupa daratan dan kehilangan akal sehat sehingga tega melakukan tindakan nista dengan memfitnah, caci maki dan menebar kebencian atas nama kebenaran, keadilan dan agama.
Aku yakin orang yang berakal sehat, berhati nurani dan berakhlak mulia tak akan tega melakukan semua ini. Sikap seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang buta hati dan tuna rasa. Aku kagum pada mereka yang bisa konsisten seperti iblis yang selalu konsisten pada kesombongannya. Merasa dirinya paling hebat dan paling benat Tapi yang lebih membuat aku kagum, kok ada orang yang tertarik dan mengikuti jejak mereka.*