Abd. Halim*
Alkisah, ada seorang murid sowan kepada gurunya yang sangat bijaksana. Sang murid sedang dilanda masalah yang sangat besar dan pelik sehingga hatinya guncang.
Sang Guru yang memiliki mata batin sudah menunggu kedatangan muridnya. Tanpa sepatah katapun dari sang murid, guru bijaksana bertanya kepada sang murid.
“Anakku, ku lihat raut wajahmu nampaknya kamu sedang punya masalah. Benarkah itu anakku?”
“Betul, Guru! Kedatangan saya ke sini untuk minta nasehat karena saya sedang ada masalah besar”
Akhirnya, sang murid bercerita tentang masalahnya kepada sang guru. Setelah beberapa saat kemudian, tiba-tiba sang guru meminta muridnya untuk mengambil segelas air dan garam.
Sang murid kebingungan karena dia meminta nasehat tetapi justru diminta mencari segelas air dan segenggam garam. Namun, karena hormatnya kepada sang guru, ia segera mengikuti perintah guru.
Setelah beberapa saat, sang guru meminta untuk mencampur segenggam garam ke dalam segelas air dan berkata,
“Sekarang minumlah!”
Dengan wajah kebingungan, sang murid meminum air yang dicampur segenggam garam namun spontan ia memuntahkan minuman itu karena sangat asin.
“Apa yang kamu rasakan, anakku?”
“Asin sekali, Guru! rasanya sangat menyengat di tenggorokan!”
Akhirnya, sang guru mengajak murid menuju kolam yang jernih dan bersih. ia memerintahkan kepada sang murid untuk menabur segenggam garam ke dalam kolam. Sesaat kemudian ia meminta sang murid untuk meminum air dari kolam itu.
“Apa yang kau rasakan, Anakku?”
“Airnya begitu segar dan nikmat, Guru”
“Nak, ketahuliah! garam yang kau taruh di gelas dan di kolam itu ibarat masalah yang sedang kau hadapi! Sedangkan gelas dan kolam itu ibarat hati manusia, ada yang kecil seperti gelas. Jika kemasukan kotoran meskipun sedikit, ia langsung keruh. Ada hati yang luas seperti kolam itu, meskipun ia dimasuki kotoran, ia tetap tenang dan tidak mengubah jati dirinya sebagai air yang jernih dan menyejukkan. Berhentilah menjadikan hatimu seperti gelas!”
Sang murid langsung menggut-manggut mendengar nasehat bijak dari sang guru.
Pembaca yang budiman, selama kita hidup, selama itu pula kita akan dihadapkan dengan berbagai macam persoalan. Hanya saja kuncinya adalah bagaimana seseorang tersebut menyikapi persoalan tersebut. Ada yang langsung emosi, ada yang tegang, ada yang cukup santai, ada juga yang sangat tenang seolah-olah tidak sedang terjadi apa-apa. Tergantung keluasan dan kedewasaan hati seseorang.
Setiap orang mamiliki masalahanya sendiri-sendiri. Persoalannya, bagaimana kita merespons persoalan tersebut. Apakah kita akan menjadikannya sebagai tantangan atau cambuk untuk menjadi pribadi yang tangguh atau justru sebaliknya terperdaya dan menjadi lemah.
Ada baiknya kita mengingat pepatah yang mengatakan bahwa ‘pelaut handal itu tidak akan lahir dari laut yang tenang‘. Hadatusy Syeikh KH HasimAsy’ary dalam bahasa lain menyatakan, la tunalu al ma’aly illa bisyiqqil anfus/ Kemuliaan itu tidak akan diperoleh kecuali dengan perjuangan yang memayahkan.
Jika kita sedang memiliki masalah, anggaplah ini adalah cara Allah untuk menjadikan kita lebih baik. Percayalah, tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Bangkitlah, Kawan! Wallahul Musta’an.