Muhammad Alfatih Suryadilaga*
Ruang kemuliaan bulan suci Ramadhan menjadikan sebagiaan ummat Islam berburu dengan semaksimal mungkin. Hal ini setidaknya bagi yang mampu meraih kesempurnaan menjalankan ibadah umroh dan sekaligus berziarah ke Makam Nabi Muhammad saw. Mereka ini secara finansial diberi keluasan rizki dan dapat menjalankan ibadah dengan secara lebih baik dari masyarakat umum lainnya. Dengan demikian, melalui serangkaian pahala serta kemuliaan bulan ini ditambah dengan kegiatan ibadah di haramayn menjadikan keberuntungan pahala yang tak terhingga.
Hal di atas setidaknya berbeda dengan mereka yang secara manual melaksanakan puasa di Indonesia atau selain Haramayn (Makkah dan Madinah). Beribadah umroh misalnya dalam masa bulan Ramadan bernilai seperti menjalankan ibadah haji. Oleh karena itu hal ini menjadi daya tarik sendiri baik jamaah haji maupun biro travel umroh untuk menjalankan misi suci ini. Dalam hal ini memunculkan beragam jenis kegiatan umroh antara lain umroh awal Ramadhan, Umroh Lailatul Qadar dan Umroh sebulan lamanya. Dengan model beragam pilihan inilah maka jamaah umroh dapat memilih sesuai keinginan dan biaya yang akan dikeluarkannya.
Kenyataan di atas cocok juga dengan lamanya waktu tunggu haji. Sehingga mereka yang menunggu lama sampai 25 tahun dapat menjalankan umroh yang pahalanya sama dengan haji. Sehingga tidak ada lain pada bulan Ramadhan adalah pilihan yang tepat atas hal ini. Dengan demikian, sebagai seorang muslim dapat menjalankan ibadah umroh yang bernilai haji.
Keistimewaan kegiatan di atas juga didukung kemuliaan lainnya yakni melaksanakan shalat di masjid yang ada di haramain. Hal iki setidaknya berlaku di dua masjid yakni Masji al-Haram Makkah dan Masjid al-Nabawi di Madinah. Kedua masjid tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis yang sahih tentang pahala shalat di dalamnya. Dengan demikian, kedua masjid tersebut menawarkan kemuliaan di dalamnya.
Kemuliaan beribadah di dalam masjid di atas senilai 100.000 dibanding dengan jamaah di luar Masjid al-Haram. Demikian juga di Masjid Nabawi, akan berbeda 1.000 dengan beribadah di tempat lain. Kedua keunggulan tersebut belum juga diiringi dengan keistimewaan tempat di dalamnya.
Tempat yang mulia dalam Masjid al-Haram menjadikan banyaknya masyarakat yang beribadah di dalamnya. Hal ini setidaknya terdapat tempat yang mustajab yakni tempat yang di mana sebuah doa terkalbulkan. Tempat tersebut adalah multazam. Sebuah tempat diantara hajar aswad sampai pintu ka’bah. Dengan demikian, mereka yang selalu ingin menjalankan ibadah di dalamnya selalu rindu akan tempat ini sehingga untuk memasuki tempat tersebut juga tidak mudah apalago dalam keadaan puasa dan sudah tidak muda lagi usianya.
Tempat mustajabah lainnya di Makkah sangat banyak yang jumlahnya mencapai 6 buah. Hal lain selain Multazam adalah Hijir Ismail, Rukun Yamani, Bukit Safa dan Marwah, dalam Ka’bah dan Maqam Ibrahim. Kesemua tempat ini merupakan sebuah tempat yang dapat menjadikan doa tidal dapat tertolak atau diterima. Dengan demikian, Makkah ini menggambarkan syiar Islam dengan Ka’bah di dalamnya yang merupakan kiblat semua orang dalam beribadah.
Raudhah adalah tempat yang mulia di Masjid Nabawi Madinah. Hal ini merupakan sabda Nabi yang menjelaskan bahwa Raudhah adalah taman dari taman-taman surga. Oleh karenaya banyak masyarakat yang ziarah ke makam Nabi Muhammad saw. yang selalu beribadah di dalamnya dan sekaligus berdoa sehingga menjadi tempat favorit. Terbatasnya tempat raudhah ini menjadikan keletihan di antara ummat Islam dalam beribadah di dalamnya. Hal ini juga dialami kaum Perempuan. Walaupun memiliki akses sendiri namun dengan padatnya mereka yang ingin masuk terkadang menguras tenaga badannya. Dengan demikian, diperlukan pemahaman yang lebih untk memahami tempat yang kalasitas terbatas namun peminat banyak.
Fenomena tempat yang mulia disandingkan dengan waktu yang mulia yang panjang durasinya yaitu bulanan menjadikan peminat umrah Ramadhan terus meningkat dengan pesat. Hal ini setidkanya tahun 2018 jamaah umrah mencapai 1,1 juta orang dan tahun 2019 diperkirakan akan meningkat dengan pesat. Fenomena ini beriringan dengan keutamaan dan tempat sehingga menjadikan lipat ganda pahala yang diraih.
Sehingga dalam menjalankan ibadah puasa selain kemuliaan dalam bulan di dalamnya juga mendapatkan kualitas tempatnya. Hal tersebut diperoleh mereka yang melaksanakan ibadah umroh di bulan suci. Sehingga kemuliaan terus terjadi dan akan sempurna jika mereka di dalam bulan ini mendapatkan anugerah yang dikenal dengan lailatul qadar. Malam tersebut merupakan momentum yang hanya terjadi di malam terakhir di bulan Ramadhan saja. Dengan demikian, bulan ini akan terasa istimewa dengan seistimewany jik dapat menjalankan ibadah umroh. (MAS)