الله أ ْكَبر 9 x . الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لا اله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد الحمد لله المبدئ المعيد الفعال لما يريد ونشكره مقرونا بالتحميد ونسأله من فضله المزيد أشهد أن لا اله إلا الله الغني الحميد وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الذي جاء بالقرآن المجيد, و نصلي ونسلم على سيدنا محمدوعلى آله وصحبه إلى يوم لا فرق يبن الملوك و العبيد قال الله تعالى في القرآن الكريم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ) (الحشر : 18 أما بعد فيا عباد الله أوصيني واياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون
Hadirin wal Hadirat Kaum Muslimin-Muslimat Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia
Tema Khutbah Idul Fitri kali ini adalah Meneguhkan Religiusitas dan Solidaritas Sosial Di Tengah Musibah Korona
Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahil hamd
Lebaran tahun ini memang terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun yang kemarin. Pasalnya, kita semua sekarang sedang dirundung musibah, yang bukan saja mengguncang ekonomi dunia, tetapi juga merubah pola perilaku kita dalam berinteraksi sosial dan dalam melaksanakan kegiatan ritual keagamaan.
Jika tahun-tahun kemarin, kita bisa melaksanakan shalat tarawih berjamaah ke masjid, takbir keliling, buka bersama dan kegiatan sosial-keagamaan yang melibatkan kerumunan massa, maka tahun ini rasanya kita harus bersabar untuk sementara, mengurangi kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kerumunan massa.
Kita juga harus rela untuk tidak mudik sementara, bukan karena kita tidak cinta keluarga, tapi justru karena kita cinta kepada mereka, dan karena kita taat kepada aturan agama dan pemerintah, demi memutus dan mencegah penyebaran virus covid-19.
Namun demikian, satu hal yang harus tetap kita syukuri bersama adalah bahwa kita telah dapat menyelesaikan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Bahkan kita masih diberikan kesehatan prima dan bisa berkumpul dengan anak-anak dan keluarga. Teriring harapan dan doa semoga Allah Swt berkenan meridhoi kita semua, menerima semua amal ibadah kita, dan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kita. Amin yâ Mujibas Sâilin.
Semoga ibadah puasa yang kita kerjakan selama bulan Ramadan ini mampu memberikan nilai transformasi spiritual dan sosial.
Mari kita teguhkan nilai-nilai religiusitas dan solidaritas sosial di tengah wabah korona ini. Mari kita terus menjaga istiqamah dalam ibadah dan berdoa kepada Allah Swt, agar tetap diberikan kekuatan dan kesabaran menghadapi musibah korona ini. Mari kita berusaha menjadi lebih arif dan bijaksana, santun dalam bertutur kata dan berperilaku. Tidak mudah emosional dan tidak suka menebar ujaran kebencian, kepada siapapun.
Itulah diantara ciri-ciri orang yang berhasil puasanya, yang dalam bahasa al-Qur’an diungkapkan dengan frasa la `allakum tataqûn (Q.S. al-Baqarah [2]: 183). Oleh sebab itu, saudara-sauadaraku kaum muslimin-muslimat, jangan dengan dalih demokrasi dan sikap kritis, lalu kita tak dapat mengendalikan diri, sehingga suka menebar berita dan ujaran kebencian di dunia medsos.
Mari kita memberikan saran dan kritik yang konstruktif kepada pemerintah untuk menyelesaikan problem bangsa ini. Sampaikan dengan bahasa yang santun dan bijak. Namun di sisi lain, mari kita juga berikan apresiasi dan dukungan kepada pemerintah, yang telah bekerja keras menangani wabah korona ini. Semoga wabah ini segera berlalu dan situasi bisa normal kembali.
Allahu akbar-allahu akbar. Walillahil hamd
Hadirin-wal hadirat kaum muslimin-muslimat yang berbahagia.
Mari kita ambil hikmah dari musibah korona ini. Kita harus tetap sabar dan tabah, serta produktif bekerja dan beribadah sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Mari kita biasakan pola hidup yang disiplin, cuci tangan, social distancing, memakai masker jika ke luar rumah. Sebab semua itu bagian dari tuntunan agama dan cara menyempurnakan ikhtiar kita. Kita sadar bahwa aktifitas dan kegiatan kita memang menjadi lebih terbatas, karena adanya pandemic wabah korona ini. Hal ini harus menjadi perhatian kita semua sebagai warga masyarakat yang baik. Kita tidak boleh ceroboh dan apalagi ‘sombong’ yang dibungkus dengan baju tawakal kepada Allah Swt.
Sekali lagi, mari kita teguhkan kembali sikap solidaritas sosial dengan bersedia berbagi, ikut membantu kesulitan saudara-saudara kita yang terkena dampak covid 19. Konsep silaturhami ini, bisa kita ubah polanya dengan memberikan santunan dan bantuan sembako kepada mereka yang sangat memerlukan uluran tangan kita. Kita bisa menyapa sauadara-sauadara kita dengan menelpun atau SMS atau video call, saling memaafkan , tidak ada lagi kedengkian dan kebencian. Kita saling mendoakan sauadara-sauadara kita.
Semoga musibah ini juga bisa menjadi rahmat, meski hal ini memerlukan kejernihan hati nurani. Agak sulit rasanya memahami musibah sebagai rahmat, kecuali orang-orang yang sudah mencapai maqam “mukmin plus” (baca muhsinîn). Siapa muhsinin itu? Dalam al-Qur’an antara lain dijelaskan, mereka adalah orang yang ahli mendermakan hartanya di jalan Allah Swt, mereka yang berinfak baik di saat senang maupun susah dan menahan amarahnya serta mau memberi maaf kepada orang lain, mereka yang beriman, beramal shalih dan bertakwa kepada Allah Swt (Q.S. Ali Imran 134). Orang-orang shalih sering mendapat musibah dalam hidupnya, tetapi musibah tersebut pada hakikatnya merupakan rahmat Allah Swt. Sebab dengan begitu, Allah Swt akan mengampuni dosa-dosanya dan atau meninggikan derajatnya di sisi-Nya.
Musibah sebagai rahmat bagi orang-orang mukmin, pernah disampaikan Nabi Saw ketika terjadi wabah penyakit tha`un atau lepra (untuk konteks sekarang virus corona), hadis Shahih Bukhari sebagai berikut :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي «أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ صحيح البخاري (4/ 175)
Dari Aisyah ra, istri Nabi Saw dia berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah Saw tentang wabah penyakit tha`un (lepra). Maka beliau memberi kabar, bahwa wabah itu adalah azab yang dikirim Allah Swt untuk orang yang dikehendakiNya, namun Allah menjadikan wabah itu sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidaklah seseorang mau tetap tinggal di rumah (stay at home) –dengan tetap sabar dan ikhlas, sembari dia yakin bahwa wabah tersebut tidak akan menimpa seseorang kecuali yang sudah ditetapkan Allah Swt—kecuali baginya akan mendapat bahala seperti orang yang mati syahid. (HR al-Bukhari).
Diantara bentuk rahmat adalah nilai pahala kesabaran dan ampunan bagi mereka yang tabah menghadapi ujian dan musibah ini. Termasuk bentuk rahmat adalah bahwa alam dan lingkungan kita pasca korona semakin membaik. Tengoklah berbagai riset ilmiah yang sudah dipublikasikan terkait dengan perubahan lapisan ozon yang semakin membaik, air laut dan udara yang semakin bersih, sebab tak ada lagi yang buang sampah di tempat-tempat rekreasi. Tempat-tempat maksiat di berbagai belahan dunia juga tutup. Rupanya, korona telah membersihkan dunia ini dari berbagai limbah kegiatan manusia yang mencemari bumi dan langit. Kalau mau jujur, jangan-jangan sebenarnya yang menjadi virus itu ya perilaku manusia yang mengotori dunia, sedangkan korona itu anti virusnya. Wa Allâhu a`lam bi shawâb.
بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم و ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم استغفروه إنه هو الغفور الرحيم.