Kurdi Fadal*

Dalam setahun terakhir negeri ini terlalu riuh dengan kebencian. Media sosial penuh dengan hujatan. Suara-suara keras bernada ‘tak sopan’ terdengar setiap saat. Semuanya solah tidak mencerminkan jati diri bangsa yang sejak lama hidup dalam damai dan penuh kehangatan persaudaraan.

Di bulan Ramadhan inilah moment bagi bangsa, rakyat Indonesia untuk melakukan rekonsiliasi. Tidak hanya karena bulan ini penuh rahmah dan ampunan, namun di bulan ini telah banyak terukir sejarah bagi kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia.

Alquran diturunkan dari Lauh Mahfudz menuju Baitul ‘Izzah. Itu terjadi di bulan Ramadhan. Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan juga terjadi di bulan suci ini.

Turunnya wahyu Alquran sebagai tanda bangkitnya peradaban sejati umat manusia. Dan kemerdekaan Indonesia menjadi titik awal bangsa ini keluar dari jeratan kaum imperialis.

Sebagai orang Indonesia yang muslim, di bulan ini pula kita rajut kembali tali persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa yang beragama, tanpa permusuhan, kebencian dan sikap saling menyalahkan karena itu bertentangan dengan nilai kebangsaan dan keislaman.

Di bulan suci ini kita sambut dengan ibadah puasa. Tidak hanya menahan hawa nafsu biologis semata namun juga tutur kata dan emosi yang tidak tertata menuju persaudaraan dalam prinsip bhineka tunggal ika.

Para pemimpin bangsa mesti menjadikan bulan ini sebagai momen untuk memberikan keteladanan dan meredam ketegangan di tengah masyarakat.

Mari kita cermati pesan Alquran (49: 10-11):
Berdamailah sesama umat beriman yang selama ini bertikai memperebutkan ‘kebenaran’; tidak boleh saling mencaci dan merendahkan satu sama lain.

“Dengan puasa kita jadikan persaudaraan seiman-sebangsa tanpa ada luka.”
___

Mohon maaf jika ada khilaf dan salah. Selamat menunaikan Ibadah Puasa 1440 H

*Dosen IAIN Pekalongan

Komentar