Apa yang harus ditakuti dari Islam?” Pertanyaan itu muncul spontan dan lugas dari Prof. Antonia Soriente, satu-satunya dosen tetap bahasa Indonesia di Italia.

Pertanyaan itu muncul pada acara Public Lecture bertema “Bahasa Indonesia dalam Diplomasi Pertukaran Budaya Antarbangsa” yang digelar IAIN Surakarta bekerjasama dengan University of Naples L’orientale Napoli, Italia (4/9/2019).

Prof. Antonia dalam pemaparan awal menyampaikan pengalaman empirik tentang eksistensi bahasa Indonesia di Italia. Pengajaran bahasa Indonesia di Italia diprakasai Prof. Alessandro Bassani pada 1964 yang memiliki ketertarikan dengan kebudayaan Melayu dan keislaman. Pengajaran bahasa Indonesia masih berlanjut hingga sekarang.

Tema diskusi pagi itu kemudian bergerak ke tema keislaman. Prof.  Antonia memaparkan bahwa sudut pandang pemberitaan tentang Islam sering tidak jernih. Islam kerap dicitrakan dengan agama perang dan konflik, sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah. Hal ini mengakibatkan perspektif khalayak cenderung negatif mengenai Islam. Muncul ketakutan terhadap Islam radikal baik secara politik maupun sosial. Islamophobia banyak kita temui dan cara pandang serupa itu perlu dicerahkan.

“Islam tidak perlu ditakuti” pernyataan ini terlontar diikuti dengan alasan pembenaran bahwa tidak ada satu hal pun yang perlu ditakuti dari Islam. Profesor penerjemah buku ‘Bukan Perawan Maria’ itu menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang relax. Islam tidak kaku seperti pandangan ekstrimis, jutru Islam adalah agama dinamis yang intim dengan spirit berpikir maju. Agama ini membuka lebar pintu pembaharuan berdasar ideologi sebagaimana yang kita kenal sebagai ijtihad.

Antonia menyebut Islam di Indonesia menjujung keharmonisan. Saling merangkul dan dapat menerima perbedaan. Padahal, Indonesia memiliki kompleksitas perbedaan namun muslim Indonesia tetap memposisikan diri dengan pendekatan damai dan mempersatukan. Meskipun demikian, Indonesia tak terlepas dari problem kemajemukan, karena setiap gading pasti memiliki retak.

Dalam kacamata Antonia mereka yang memiliki ketakutan terhadap Islam sangatlah membutuhkan pencerahan dan pengetahuan. Pastinya pengetahuan yang dekat dengan esensi tentang seperti apakah Islam sebenarnya. Antonia mengajak intelektual, mahasiswa, instansi, dan elemen lain melakukan pertukaran ide. Public lecture dan diskusi dianggapnya sebagai upaya menggambarkan Islam yang sebenar-benarnya. Kegiatan semacam itu perlu terus digalakkan.

Dengan bekal keramahtamahan dan budaya yang kuat seharusnya muslim Indonesia dapat menjadi garda terdepan dalam menunjukkan Islam rahmatan lil alamin. Menyeberluaskan kesantunan dan kedamaian sebagaimana yang diamanatkan al-Quran dan sabda Nabi. Dengan diplomasi agama, budaya dan bahasa,  Indonesia akan menjadi cerminan Islam santun.

Diplomasi yang demikian mari kita kerjakan untuk mengamini pernyataan Prof. Antonia: Apa yang harus ditakuti dari Islam? Tidak ada!

 

Komentar