Romo Magnis adalah seorang Imam Katolik yang memiliki nama asli Franz Graf von Magnis atau dikenal sebagai Franz Magnis-Suseno. Lahir dari keluarga bangsawan Jerman serta besar di lingkungan yang kental spiritualitas dan keagamaan. Ketika dewasa dan menjadi pemuka agama, ia kemudian pergi ke Indonesia untuk mengabdikan diri ke gereja. Pada tahun 1977 ia memutuskan untuk menjadi warga negara Indonesia atas dasar kecintaannya serta keinginannya memakmurkan gereja-gereja di Indonesia.
Sumbangsihnya di Indonesia tidak hanya memakmurkan gereja, tetapi pengembangan intelektual salah satunya kajiannya tentang etika. Etika menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia yang menjadi dasar nilai dan norma tindakan seseorang.
Faktanya, saat ini banyak ditemukan berbagai tindakan manusia yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tindakan-tindakan ini perlu dilihat sebagai suatu permasalahan bersama dan perlu ada upaya untuk menyelesaikannya. Jika hal itu tetap dibiarkan bukan tidak mungkin akan merusak keseimbangan dan mengancam kehidupan umat manusia.
Romo Magnis melihat bahwa etika harus menjadi sarana orientasi usaha manusia dalam menemukan jawaban yang fundamental dan mendasar. Pertanyaan itu seperti “bagaimana saya hidup dan bertindak?” Pada kondisi ini, Romo Magnis berpandangan bahwa norma memiliki keterkaitan dengan bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupan. Etika kemudian membantu agar kita mampu mempertanggungjawabkan kehidupan kita. Hal ini penting di tengah berbagai tindakan manusia yang terkesan abai terhadap tanggungjawab dari perbuatannya.
Sebelum jauh ke inti ajaran etika, Romo Magnis menegaskan dua hal penting yaitu ajaran moral dan etika. Moral berkaitan dengan ajaran-ajaran hidup manusia serta berkaitan dengan bagaimana manusia harus bertindak dan menjadi seseorang yang baik. Ajaran moral bersumber dari berbagai orang yang mempunyai kedudukan seperti orang tua, guru, pemuka masyarakat agama dan lainnya. Etika menjadi pemikiran kritis dan mendasar berkaitan dengan ajaran-ajaran dan pandangan moral.
Beberapa kegunaan etika menurut Romo Magnis yaitu: Pertama, pluralitas masyarakat Indonesia dan beragam ajaran moral. Klaim paling benar terhadap ajaran moral akan mengakibatkan pada kurangnya keharmonisan antar manusia dan dapat menimbulkan pemaksaan terhadap satu ajaran moral. Kedua, manusia yang hidup di masa transformasi atau perubahan zaman yang cepat membuat manusia harus kritis dalam mengambil keputusan. Ketiga, munculnya berbagai ideologi membuat anomali untuk mengikuti tanpa pemikiran kritis mengakibatkan manusia terjerumus ke hal-hal yang buruk. Keempat, bagi para pemeluk agama, etika dapat memantapkan iman dan kepercayaan. Kegunaan ini meneguhkan posisi etika sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia di lingkungan masyarakat.
Kebebasan dan Tanggung Jawab
Kebebasan dan tanggung jawab sesuatu yang berkaitan satu dengan yang lainnya dalam konsep etika Romo Magnis. Ia berpendapat, kata bebas mempunyai pengertian dasar yaitu kemampuan manusia untuk menentukan sendiri sesuatu akan dilakukan. Dalam hal ini manusia disebut sebagai kebebasan eksistensial. Kebebasan ini bukan perihal kebebasan dari apa melainkan untuk apa.
Aspek paling mendasar dari kebebasan manusia terletak pada keterarahan kepada tanggung jawab. Dalam kebebasan eksistensial seseorang akan semakin berkembang seiring meningkatnya rasa tanggung jawab. Hal ini akan tercermin dalam moralitas yang otonom dan menjalankan kewajiban bukan karena paksaan.
Tanggung jawab menjadi bagian dari kodrat manusia yang mencerminkan bentuk eksistensialnya. Tanggung jawab menjadi fondasi bagi etika hidup bersama yang tidak bergantung pada imbalan, melainkan bergantung pada kesadaran akan kewajiban etis terhadap manusia.
Manusia diberi kebebasan untuk memilih dalam bertindak, namun dalam proses pemilihannya harus didasarkan pada kebenaran dan kebaikan. Segala bentuk tindakan yang dilakukan dari pilihannya harus dipertanggungjawabkan. Untuk itu manusia harus berpikir kritis dalam menentukan segala bentuk tindakan yang akan dilakukan olehnya, karena memiliki konsekuensi.
Kesadaran Moral: Suara Hati
Suara hati merupakan kemampuan batin seseorang dalam membedakan yang benar dan salah pada situasi konkret. Suara hati dipakai untuk menjadi pedoman moral dalam diri manusia dan tidak berdasarkan tekanan dari luar. Artinya bahwa suara hati sebagai bentuk kesadaran batin seseorang terhadap nilai-nilai etis.
Romo Magnis berpandangan, suara hati dalam perspektif etika menjadi dimensi batin manusia yang dipakai untuk menilai tindakan dari sudut pandang moral. Suara hati menjadi inti dari kesadaran moral manusia yang paling dalam. Suara hati juga bagian dari kemampuan manusia dalam melakukan perenungan terhadap nilai-nilai moral secara pribadi dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.
Suara hati dalam kerangka etika Romo Magnis bukan hanya aspek psikologis, lebih dari itu mencakup aspek rasional dan spiritual dari eksistensi manusia. Sikap moral yang sejati bersumber dari suara hati yang bersih bukan karena ingin mendapatkan pujian atau rasa takut mendapatkan sanksi.
Melalui kerangka etika Romo Magnis ini, kita diajarkan untuk secara kritis dan bertanggung jawab terhadap sesuatu yang kita lakukan. Singkatnya adalah manusia diberi kebebasan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Namun, kebebasan ini harus didasarkan pada rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan. Suara hati menjadi bagian dari kesadaran moral, sehingga kebebasan yang diberikan akan didasarkan pada suara hati. Jika hal ini dilakukan secara baik manusia akan melakukan tindakan yang baik karena tindakan tersebut hadir dari kesadaran moral melalui suara hati.
Pemikiran tentang etika dari Romo Magnis tentu masih tetap relevan di era sekarang. Gagasanya mengenai kebebasan dan tanggung jawab diiringi suara hati sebagai dasar kesadaran moral menjadi sangat penting. Gagasan ini berguna dalam proses pembentukan manusia yang otonom dan memiliki integritas. Di tengah berbagai klaim kebenaran dan tindakan yang bertentangan dengan etika dan ajaran moral, ajaran tentang etika dari Romo Magnis layak dibaca kembali.
Lebih dari itu, kita perlu teladan etika dari para pemimpin bangsa. Jangan sampai mereka-mereka yang setiap hari mendapat terang lampu sorot justru menampilkan perilaku yang nir etika. Menjaga kata-kata adalah salah satunya. Tidak elok jika pemimpin-pemimpin kita justru gemar berkata kasar, menyakiti hati rakyat dan membuat pernyataan yang nir empati.

