Islamsantun.org – Tidak penting berapa lama Maryam mengandung Isa; enam, tujuh, atau delapan bulan, bahkan ada yang bilang hanya sesaat. Juga tidak penting di mana persisnya ia lahir; di Betlehem atau Damaskus. Nyatanya Isa benar-benar lahir. Yang jelas pula orang-orang waktu itu menyambut kelahiran Isa dengan cemoohan terhadap Sang Ibu. Mereka menuduh Sang Ibu telah berbuat keji. Ajaibnya, Isa bayi-mungil yang masih menyusu itu angkat bicara menampik tuduhan mereka seraya menegaskan kesucian ibunya.
Kala itu Herodes, raja Yahudi, mengeluarkan perintah membunuh anak-anak yang lahir di Betlehem. Ia takut di antara bayi-bayi itu kelak melawan dirinya lalu meruntuhkan kekuasaannya. Demi menyelamatkan Isa, Yusuf (salah-satu kerabat Maryam) membawa pergi Maryam dan Isa ke Ain Syams, Mesir. Isa kembali ke Palestina di usia tujuh tahun ketika Raja Herodes sudah tiada. Isa menghabiskan masa kanak-kanaknya di Orsyalem. Di kota ini Isa banyak bergaul dan berdiskusi dengan para ulama. Dari Orsyalem sang ibu membawanya ke Nashirah (Nazaret). Di usia 30 Allah memberinya syariat untuk membenahi Bani Israel yang diliputi penyimpangan, kekacauan, kezaliman dan kejahatan. Mereka sudah jauh menyimpang dari ajaran Musa.
Seruan Isa ditolak oleh banyak orang, tapi ada juga sekelomok Hawari berjumlah 12 yang menyambutnya. Di mana-mana sama saja, para nabi sering ditolak seruannya seraya dituduh sebagai pendusta atau tukang sihir. 12 orang Hawari itu disebar ke berbagai desa dan perkampungan guna menyebarkan ajaran Isa. Guna menopang dakwahnya, Isa dibekali beberapa mukjizat.
Isa biasa berkelana, tidak punya rumah atau tempat berlindung, tak punya tempat menetap, tak pula tempat yang pasti. Shalatnya menghadap ke Bait al-Muqaddas. Allah memberinya Injil, lalu ia ajarkan kepada murid-murid dan Hawari-Nya. Isinya berupa seruan menyembah Allah semata, menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, menepati akhlak terpuji, menjauhi perilaku buruk; semua untuk mencapai kesempurnaan dan keluhuran.
Aneka rupa penolakan disertai penindasan diterima Isa dari Bani Israel. Mereka bersekongkol melaporkan Isa ke penguasa waktu itu. Mereka menghasut sang penguasa untuk menangkap dan menghabisi Isa. Sang penguasa terhasut. Dikeluarkanlah perintah penangkapan. Di sini kuasa Tuhan “turun tangan”. Isa diangkat ke langit. Sepeninggal Isa, Bani Israel dikuasai seorang raja zalim nan kejam . Sang raja banyak membunuh mereka dan menjadikan mereka bercerai-berai. Ke mana pun mereka pergi, kehinaan dan kepapaan pula yang mereka terima.
Sayyidina Ali KW. menyingkat deskripsi hidup Isa: “Berbantal batu, berpakaian kasar, hidangannya lapar, lampu penerangnya bulan kala malam, hamparan bumi sebagai pelindung di musim dingin, buah rihanah yang biasa dimakan hewan makanannya, tak punya istri yang mencemburuinya, tak punya anak yang dikhawatirkannya, tak punya harta yang dapat digunakannya, tak punya sifat tamak yang menghinakannya, tunggangannya kedua kakinya, pelayannya kedua tangannya.”
Tak penting tanggal berapa persisnya Isa lahir. Nyatanya beliau benar-benar lahir. Sebagai Muslim saya ikut bergembira atas kelahirannya. Kepada siapa pun yang bersuka-cita atas kelahirnnya, saya ucapkan selamat bersuka-cita. Kegembiraan dan suka-cita; inilah titik-temu Muslim dan Kristen. Bahwa antara keduanya beda pandangan seputar banyak hal menyangkut pribadi Isa; itulah titik-pisah di mana kedewasaan bertoleransi diuji.
Apakah setatus yang “halus-santun-bijak” seperti ini masih juga engkau anggap berpotensi auto-murtad?