Saya pernah nulis di Islami.co. Satu kali. Hanya satu.

Tapi, satu tulisan saya yang tak seberapa itu, ternyata menjadi penanda resmi saya menjadi bagian dari komunitas ini, bersama dengan orang-orangnya yang menyenangkan.

Saking menyenangkannya, saya bahkan jadi merasa sungkan untuk menyebut saya juga tumbuh di Islami. Sederhana saja, secara legal-formal saya justru tumbuh di media kompetitor-nya, Mojok.co, yang dulu di antara kru Mojok-Islami kerap kali cengcengan soal trefik dan ranking Alexa.

Kadang Islami di atas, kadang Mojok yang di atas. Naik turun.

Meski secara persaingan konten media kami cukup alot (saya dan Agus Mulyadi kerap nongkrong di kantor Islami-nya Rifqi Fairuz Anwar Candi yang di Jogja), sebagai person orang-orang Islami dan Mojok cukup similiar.

Orang-orang Islami punya pendekatan nakal juga seperti Mojok, sebaliknya, orang-orang Mojok (yang kerap dianggap sekuler) sejatinya juga berisi orang-orang yang sangat peduli dengan konten-konten keagamaan seperti Islami.

Sebenarnya ya kami ini sama, hanya soal pilihan branding, segmen pasar, dan cara eksekusi konten saja yang berbeda.

Kesamaan ini bisa terlihat dengan sirkel kami yang sebenarnya itu-itu saja. Tokoh yang kenal Islami, biasanya juga tahu Mojok, sebaliknya pun juga begitu.

Seperti dengan Habib Husein misalnya.

Saya mengenalnya dari Mojok. Kami pernah punya proyek bersama di konten Ramadan Mojok beberapa tahun lalu. Habib penulisnya, saya editornya. Bahkan kombinasi itu berlanjut sampai dengan beberapa aktivitas setelah-setelahnya. Entah agenda event, entah soal agenda buku.

Sedangkan teman-teman Islami, kenal Habib Husein lebih dulu. Fairuz, Dedik, M Alvin, atau Anwar setahu saya kenal Habib lebih awal sebelum seterkenal sekarang. Mereka masuk melalui jaringan media keislaman tentunya.

Makanya, saya tidak keberatan sama sekali ketika dimintai tolong untuk jadi naradamping-nya Habib Husein sepanjang acara. Saya justru merasa tersanjung menemaninya, karena saya yang terakhir kenal Habib, tapi saya yang ditunjuk untuk menemaninya.

Kami ngobrol banyak, dan sedikit tak menyangka ketemu di sini. Habib Husein bahkan tidak mengira bakal ketemu sirkel Jogja-Solo-nya di acara IslamiFest.

Ada Pak Edi Mulyono, Zakky, Agus, Kalis Mardiasih, Gus Irfan, dan lain-lain.

“Acara iki koyok acara neng Jogja ya. Koyok metu seko hotel wis Jalan Malioboro,” kata Bib Husein.

Menyenangkan sekali.

Lebih menyenangkan lagi, kami juga jadi bisa ketemu Onad dan menikmati acara Log-In secara offline. Acara yang kata Anwar, menjadi pondasi dari acara IslamiFest tahun perdana ini.

Onad juga membuktikan, bahwa lingkaran pertemanan dengan Islami ini pun selalu mengembang, terus-menerus, sampai batas yang tidak saya kira akan jadi seperti sekarang.

Islami.co, yang dulu kantornya hanya menjadi tempat jujugan saya dan Agus Mulyadi untuk dolan dari rutinitas menulis kami selama di Mojok.co, ternyata makin lama makin membesar. Makin mempertemukan banyak orang, dari berbagai kalangan.

Selamat ulang tahun Islami. Sudah 10 tahun membersamai.

Dan sudah selama itu pula memperkenalkan pada Indonesia; bahwa untuk menjadi islami, semua orang tidaklah harus beragama Islam.

Komentar