Islamsantun.org. Institusi maupun lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan. Itu seakan memberikan pemahaman pada kalangan publik akan perhatian terhadap universitas, sekolah tinggi, akademi, politeknik, hingga institut dalam kerja akademis. Jejak demi jejak narasi akan pengetahuan terekam dalam karya, utamanaya buku. Di dalam kampus tersendiri, keberadaan penerbitan buku agaknya sebagai hal tak boleh diabaikan dengan kerja-kerja daur ulang pengetahuan dengan diikuti budaya akademis pada pembaruan demi pembaruan.

Karya ilmiah menjadi lanskap tersampaikan kepada banyak orang. Buku-buku secara tematik diterbitkan dan didistribusikan kepada publik. Gagasan demi gagasan ilmu menjadikan dinamis, tak melulu terkungkung pada ruang sebatas di ruang kepala akademis yang membuka pada situasi eksklusivitas. Buku dengan penggunaan bahasa populer kepada kalangan publik mengungkapkan catatan dan tersampaikan kepada tiap telinga untuk sarana mengikuti topik maupun tema tertentu dalam perkembangan ilmu.

Kita menemukan buku berjudul Menulis Artikel dan Karya Ilmiah (Remaja Rosdakarya, 2003) gubahan Totok Djuroto dan Bambang Suprijadi. Lewat buku terbitan itu, kita mendapatkan sebuah penjelasan: “Karya tulisan ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah.”

Buku-buku dihadirkan sengaja untuk memancing dan meningkatkan gairah akan ilmu pengetahuan. Teori tanpa penyebaran seakan menjadi suatu hal sia-sia semata dan eman kalau tak dibagikan kepada orang lain. Bahkan, kemudian dari buku itu, orang menulis punya motif untuk mengajak pembaca ingin berkarya, mengemukakan pendapat, ide, maupun gagasan dalam bentuk tulisan. Sekalipun itu kepada pra ilmuwan, cendekiawan, maupun akademisi yang belum gandrung pada komunikasi publik terkait ilmu pengetahuan digeluti dalam lembaga maupun isntitusi pendidikan.

Catatan itu menjadi bagian kritik ataupun sebuah sindiran antara kelompok ilmuwan, cendekiawan, maupun akademisi. Baik itu terkait dengan penulisan karya, kemampuan berbahasa Indonesia, serta menyajikan tulisan yang mudah dan enak dibaca. Kesemuanya bagian dalam dialektika akan pembacaan terhadap situasi dan kondisi berjalan. Kritik maupun sindiran melepaskan sebuah harapan kepada banyak pihak bahwa ada hal perlu diperhatikan dan dikerjakan. Ungkapan itu misalkan tersampaikan oleh Mien A. Rifai dalam bukunya, Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia (UGM Press, 1995):

“Keberhasilan meningkatkan sendiri kemahiran berbahasa Indonesia diharapkan akan menghasilkan ilmuwan dan pandit yang menguasai laras bahasa teks keilmuan. Dengan demikian mereka akan berkemampuan cermat memilih kata, teliti menyusun kalimat, sehingga teratur dan tidak ceroboh jalan pikirannya. Pada gilirannya semua kemampuan itu menjadi prasyarat guna berpikir ilmiah yang merupakan ciri kehidupan keterpelajaran dan kecendekiaan.”

Tatap muka antara tulisan dengan pembaca dengan khidmat itu adalah impian tertinggi dari proses membaca. Para pembaca dilatih untuk bernalar, berimajinasi, dan bertahan dalam kesunyian demi kesunyian teks. Mereka diharap terus gandrung akan ilmu pengetahuan. Alih-alih sebagai bagian kesadaran dalam membangun sebuah kebudayaan dalam masyarakat yang gamang disorot dalam rendahnya budaya membaca dan menulis, di buku kemudian tersampaikan kiat, langkah, cara, hingga bagaimana menyajikan sebuah tulisan. Pembaca terus diajak untuk menjelajah lorong demi lorong pengetahuan.

Para penulis tentu menyampaikan itu berangkat dari pengalaman pribadi. Tak absah ketika penulis berangkat hanya menyodorkan sederet contoh, tapi sama sekali belum pernah melakukan. Pengalaman demi pengalaman menjadi ingatan dan terekam. Pada tahun 1989, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menerbitkan sebuah bunga rampai berjudul Peranan Editor dalam Penerbitan Buku dan Majalah Ilmiah. Kita iseng menyimak pengakuan dan pengalaman dari Arjatmo Tjokronegoro lewat tulisan Seluk Beluk Penulisan Makalah Ilmiah serta Proses Penerbitan Buku dan Majalah Ilmiah:

“Kita harus mulai menjadi penulis. Caranya, mulai dengan membaca terlebih dahulu. Telusurilah berbagai kepustakaan yang ada, terutama yang menjadi minat saudara. Galilah hingga saudara memahami suatu persoaalan hingga ke akar-akarnya. Apabila saudara telah mempunyai gambaran yang kuat, maka mulailah merenung tentang apa dan bagaimana cara menyajikannya. Kemudian duduk, dan ambilah pensil dan kertas untuk mulai mencoret mengenai kerangka karangannya. Setelah terlihat kerangkanya, mulailah dengan mengisi judul-judul serta sub judulnya; hal-hal apa saja ingin saudara kemukakan, bagaimana sistematikanya atau urut-urutannya dan seterusnya sampai kepada pengisian paragraf.”

Kalimat-kalimat bernada petuah, nasihat, hingga ajakan kepada orang-orang tercatat dan tersampaikan. Tak selesai dari sana, kita kerap menjumpai masalah demi masalah dalam urusan membaca dan menulis. Terkadang, ajakan, petuah, maupun nasihat sebatas menjadi angin berlalu. Para cendekiawan, intelektual, dan akademisi memiliki beban besar perlu diselesaikan. Bukan sebatas pada ranah membangun dan merawat tradisi akademis, namun jauh dari itu bagaimana menjalankan fungsi dalam ruang publik yang begitu riuhnya dengan dinamika kebudayaan, sosial, maupun politiknya.

Orang-orang dengan sengaja terus mencari cara dengan berpikir, memahami masalah, dan menawarkan solusi. Tujuan mewujudkan kelompok masyarakat gandrung terhadap ilmu pengetahuan belum tuntas dan perlu terus diupayakan. Perubahan dan perkembangan zaman menjadi tantangan kian bertambah. Kita sedikit punya harapan pada lembaga maupun institusi pendidikan tidak libur dalam melakukan diskursus perkembangan ilmu dan kemudian memproduksi pengetahuan. Baik itu lewat penerbitan buku di bawah kampus, menulis di media massa, atau melakukan kegiatan lain dalam transformasi ilmu pengetahuan ke publik.

Komentar