Abd. Halim*

Dalam banyak riwayat, Nabi Muhammad SAW digambarkan sebagai al-Bassam, orang yang banyak tersenyum. Gus Mus menjelaskan bahwa makna al-bassam tidak hanya bibir Nabi yang tersenyum tetapi wajah Nabi juga tersenyum. Orang sumpek dan banyak masalah, dengan melihat Nabi akan hilang sumpeknya. Nabi pun sering berkelakar dan menaggapi candaan para sahabat.

Dalam buku 101 Humor Rasulullah SAW besutan Abu Islam Ahmad bin Ali, banyak dikisahkan betapa Rasulullah adalah sosok yang santai dan suka humor. Sebut saja kisah Sayyidina Umar bin Khattab yang melaporkan salah seorang sahabat ketika junub dan tidak menemukan air kemudian berguling-guling di tanah sebagai ganti mandi besar. Saat mendengar kisah itu, Nabi tertawa dan berpesan agar bertayamum dengan mengusap debu di wajah dan kedua telapak tangan saja. Jadi tidak usah guling-guling di tanah dan bermandikan debu. 🙂

Kisah lain menuturkan bahwa seorang sahabat yang bernama Shuhaib berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Saat itu ia menjumpai Rasulullah sedang menyantap kurma yang ada di hadapannya. Shuhaib langsung dipersilahkan oleh Rasulullah,

“Makanlah!”

Shuhaib yang sedang sakit mata pada salah satu sisi matanya langsung memakan hidangan kurma bersama Rasul. Kemudian Rasulullah berkata,

“Kamu makan kurma padahal matamu sedang sakit”

Shuhaib lantas menjawab sambil berkelakar, “Saya mengunyahnya dengan mata yang satunya lagi ya Rasulullah” Sontak Nabi tertawa mendengar kelakar Shuhaib. Ada-ada saja si Shuhaib ini!

Pernah juga Rasulullah ditanya salah seorang sahabat yang polos. Ketika itu ada seorang perempuan yang haid minum air. Lantas, sahabat ini bertanya kepada Rasulullah apakah sisa air yang diminum oleh perempuan haid itu boleh dipakai untuk bewudhu’? Rasulullah langsung tertawa dan menjawab, “Boleh…!”

Lain lagi kisah ‘Adi bin Hatim, ketika Rasulullah menjelaskan batasan seseorang boleh makan-minum saat puasa yakni ketika sudah jelas antara benang hitam dan putih. Ibnu Hatim langsung pulang dan mengambil benang hitam dan putih, namun hingga waktu subuh tiba, ia tidak menemukan kejelasan dalam pandangan matanya antara benang hitam dan benang putih. Lantas, ia mengadukan kepada Rasulullah. Mendengar keluhan Ibnu Hatim, Rasulullah langsung tertawa dan bersabda,

“Bukankah aku sudah mengatakan yang ku maksud adalah fajar? Yang ku maksud dengan benang hitam dan benang putih itu adalah terangnya sinar matahari dan gelapnya malam.”

Dari beberapa kisah unik di atas, penulis memahami bahwa Rasulullah itu adalah sosok yang santai dalam menghadapi para sahabatnya yang beragam dalam memahami ajaran Islam.

Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah? Sudahkah kita menjadi pribadi yang santai dan selow dalam pergaulan sehari-hari dengan sahabat dan orang-orang di sekitar kita? atau justru sebaliknya, jangan-jangan kita terlalu spaneng dan kaku terhadap orang lain? Renungkanlah, Saudaraku!

*Penulis buku Problem Solving ala Nabi Saw: Belajar dari Kearifan Nabi Muhammad dalam Memecahkan Masalah

Komentar