“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(Nabi Muhammad Saw)
Misi mulia yang diemban setiap manusia di muka bumi ini adalah menghadirkan kebaikan serta manfaat sebesar-besarnya untuk semesta (rahmatan lil ‘alamin).
Untuk mewujudkan misi tersebut, Tuhan menganugerahi akal kepada manusia untuk berpikir, menggali informasi, mempelajari ilmu pengetahuan untuk menerangi alam ini dengan cahaya ilmu pengetahuan tersebut.
Tuhan juga menganugerahi hati kepada manusia untuk merasa, berempati serta peduli kepada sesama. Dengan hati diharapkan seseorang dapat menerangi kehidupan ini dengan sikap yang santun, ramah, peduli serta empati terhadap orang lain.
Betapa indahnya dunia ini ketika setiap orang berusaha untuk memberi manfaat kepada orang lain, dengan kemampuan yang dia miliki. Dia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga memikirkan orang lain, peduli, peka serta mudah tersentuh nuraninya untuk dapat memberikan sesuatu untuk orang lain.
Namun kenyataannya, tidak jarang kita saksikan orang-orang yang memiliki ilmu serta pengetahuan yang tinggi, alih-alih digunakan untuk menerangi dunia, tetapi justru untuk menunjukkan siapa dirinya. Dia banggakan ilmu yang dimilikinya. Dia anggap orang lain lebih rendah darinya. Dia hanya mau membagikan ilmunya jika ada harga yang ‘pas’ untuknya.
Demikian juga halnya dengan para pemilik harta, orang-orang kaya. Alih-alih berbagi kebahagiaan dengan orang lain, justru seringkali kekayaan yang dimilikinya dijadikan ajang pamer kemewahan, unjuk status sosial, yang justru menyakiti hati para kaum papa.
Setali tiga uang dengan para pejabat yang memiliki kedudukan dan posisi yang tinggi di masyarakat, alih-alih memikirkan bagaimana nasib rakyat yang dipimpinnya, mereka justru sibuk memenuhi pundi-pundi kekayaan mereka. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, seringkali tidak memihak kepada rakyat, tetapi memihak kepada kepentingan mereka sendiri.
Jika kondisi para pemilik ilmu pengetahuan, pemilik harta, serta pemilik kedudukan dan jabatan sudah sedemikian memprihatinkan, maka jangan harap kehidupan ini akan terang benderang, yang ada justru gelap gulita.
Sungguh indah jika setiap orang yang berilmu mau berbagi ilmunya kapan saja, kepada siapa saja, tanpa ada pamrih apa pun, selain berharap ridla Tuhan dan juga sebagai wujud tanggung jawab kemanusiaan.
Sungguh indah jika setiap orang yang memiliki kekayaan mau berbagai kebahagiaan dengan hartanya kepada siapa pun yang membutuhkannya tanpa ada pamrih berupa pujian dan sanjungan, semata-mata karena mengharap ridla Tuhan, dan karena sikap empati yang ada dalam dirinya.
Sungguh indah jika setiap orang yang memiliki kedudukan dan jabatan mau berjuang demi kesejahteraan umat manusia dengan kedudukan serta jabatan yang dimilikinya, tanpa pamrih apa pun, hanya semata-mata mengharap rida Tuhan, dan karena panggilan jiwa akan tanggung jawab amanat yang sedang diembankan kepadanya.
Sungguh betapa dunia ini akan terang benderang, jika orang-orang yang memiliki ilmu, harta dan kedudukan mau berbagi, peduli, serta empati terhadap sesama.
Dunia ini pasti akan damai, ketika ilmu pengetahuan, harta dan jabatan yang dimiliki oleh seseorang, menjadikannya lebih rendah hati, santun dan bijak.
Mari kita ingat kembali pesan Nabi Muhammad Saw. di awal tulisan ini, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
* Ruang Inspirasi, Ahad, 8 Agustus 2021.