Islamsantun.org. Artikel ini akan menjelaskan pudarnya fungsi keluarga dalam dinamika masyarakat dalam langkah yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan. Mengembalikan fungsi keluarga tempat yang paling baik untuk tumbuh kembang anak di masa pandemic.

Keluarga miniatur masyarakat profil keluarga ideal keluarga yang sejahtera akan menjadi sendi pembangunan bangsa. Bangsa yang maju tergantung Bagaimana penguatan dan ketangguhan keluarga menghadapi krisis yang berdampak pada dirinya dan lingkungannya. Rumah menjadi pertaruhan masa depan bangsa, rumah tangga yang sejahtera akan menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Hancurnya suatu bangsa karena keluarga tidak mampu memberikan pendidikan keluarga yang terbaik dan gagalnya transformasi nilai-nilai luhur kepada semua anggota keluarga.

Problem Keluarga terletak pada kemampuan keluarga untuk meminilisir berbagai masalah sehingga keutuhan keluarga tetap terjaga dengan baik dan harmonis.

Digital dan Literasi Keluarga

Maka digital literasi keluarga sangat penting, karena berdampak pada pola pengasuhan anak, anak dalam masa pertumbuhan bila tidak tepat dalam memilih kontens pembelajaran di media sosial yang luas, bisa menyebabkan anak terjebak pada kubangan pertumbuhan mental dan intelektualnya yang tidak sesuai dengan usianya.

Oleh karena itu proses parenting terhadap anak dalam rumah tangga sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Kriminalitas yang terjadi di dalam masyarakat akibat menurunnya ketahanan keluarga munculnya problematika ekonomi keluarga gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang naik memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang berujung dengan angka perceraian yang tinggi di dalam masyarakat.

Pengaruh media mempengaruhi pula keluarga membangun ketangguhan dirinya, kesadaran anggota keluarga terhadap digital literasi di dalam rumah tangga menjadi penting karena kemampuan mengelola digital literasi akan berdampak kepada ada tumbuh kembang anggota keluarga dalam menjamin harmoni.

Pornografi menjadi ancaman serius terhadap ketahanan keluarga, karena generasi yang lemah kemampuan digital literasi akan berdampak kepada tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang terus meningkat. Sehingga perlu ada upaya untuk melakukan siskamling sistem keamanan lingkungan terhadap penggunaan gajet dan akses internet untuk anak-anak.

Krisis Multidimensi Keluarga

Pandemi covid 19 krisis multidimensi keluarga Indonesia dan peran negara. Pandemi telah merubah cara berfikir pola hidup dan dan pergaulan sosial dalam masyarakat. Pandemi merubah perilaku sosial masyarakat membatasi gerak dan membatasi interaksi yang banyak. Demikian telah mempengaruhi kehidupan termasuk dampak terhadap keluarga Indonesia.

Angka perceraian keluarga di era pandemi meningkat seiring dengan krisis multidimensi yang menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan, lesunya sektor ekonomi dan kegiatan sosial dibatasi. Perceraian terjadi karena kualitas rumah tangga yang lemah ekonomi, lemah agama dan lemah sosial kemasyarakatannya.

Fungsi Keluarga dan Reproduksi

Lahir generasi yang kokoh cerdas, sehat dan berkarakter diawali dengan kesadaran dan pemahaman repoduksi yang baik, sehingga pasangan muda dapat menjaga kualitas generasi yang kelak lahir sebagai estafet. Pernikahan yang berkaulitas dengan memperhatikan kematangan usia semua pangsangan baik mempelai laki-laki maupun perempuan. Secara yuridis usia mempelai baik laki-laki maupun perempuan berusia 19 tahun. Sebelumnya UU Nomor 1 Tahun 1974 usia pernikahan laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun. Usia pernikahan menjadi penting karena pernikahan anak banyak dampak yang terjadi:

Dampak pernikahan dini menyebabkan kualitas rumah tangga tidak berada dalam performa yang unggul baik dari kesehatan reproduksi, kesiapan psikologis maupun ekonomi keluarga, sehingga membawa dampak rentan terjadi perceraian, dan terlantarnya kualitas pendidikan anaknya. Kematangan psikologis kurang, cara penyelesaian masalah kurang berpikir panjang, melakukan pekerjaan rumah tidak maksimal. Emosi belum stabil dalam menyelesaikan masalah rumah tangga yang silih berganti. Stanting generasi yang lahir, kualitas keluarga kurang maksimal dalam menjalankan peran actor rumah tangga. (Muhammad Julijanto, “Dampak Pernikahan Dini dan Promatika Hukumnya”, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 25, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 47-54).

Pendidikan

Sosok ibu sebagai madrasah bagi putra putri untuk tumbuh kembang dalam pengasuhan dan parenting benar. Orang tua memerankan sebagai pendidikan yang akan mentransformasikan nilai-nilai luhur kepada putra putrinya. Sehingga orang tua adalah figure teladan bagi anaknya. Anak menjadi orang tua sebagai referensi dalam masa pertumbuhan. Maka orang tua harus cukup ilmu dan pengetahuan untuk membekali putra dan putrinya, sebelum anak belajar di sekilah dan dunia luar. Kurikulum dan penanaman nilai dalam rumah tangga sangat tepat sekali untuk membekali anak dalam kehidupan sosialnya yang lebih luas. Keluargalah yang sebagai ujung tombak pendidikan.

Ekonomi

Hasil riset menunjukkan banyaknya keluarga gagal dalam membangun bahteranya disebabkan karena fundasi ekonomi keluarga yang tidak kokoh, atau salah menegemen keuangan keluarga. Keluarga terjebak pada hutang pihak ketiga yang tidak produktif, hutangnya menkadi konsumtif, sehingga semakin memberikan beban yang lebih kepada ketahanan keluarga.

Gaya hidup dan pola hidup yang glamor, hanya mengejar wah sementara kemampuan tidak ada, yang biasanya melilit pasangan muda. Secara normative bahka ketika sepasang penagntin membangun maghliugainya dalam kondisi ekonomi itu nol atau bahkan minus, dengan dua kekuatan yang menjadi pada suami dan sitri, mereka bisa bekerjasama berkolaborasi saliang memberikan dukungan, hingga ekonominya bisa tumbuh berkembang.

Bahkan dalam satu ayat Allah akan memberikan rizki dari istri atau suami mereka, Allah maha kaya. Karena rasa tanggung jawabnya yang besar, maka anggota keluarga akan berusaha keras mengerahkan segala daya dan kemampuannya untuk mencari penghidupan yang layak. Sehingga sedikit demi sedikit keluarga semakin kokoh dan mempunyai kemampuan ekonomi, itulah keberkahan dalam kehidupan rumah tangga. Bahkan ada rumus yang coba diterapkan dengan matematika. Hidup sendiri berapapun pendapatan akan habis, sebaliknya hidup dalam rumah tangga dengan pendapatan yang terbatas justru bisa mencukupi segala kebutuhan rumah tangga, itulah keberkahan dalam ibadah di rumah tangga.

Sosial keagamaan tempat anak-anak mendapatkan pengasuhan yang seimbang, bagaimana profil ayah hadir dan menguisnpirasi anak dalam setiap pengambilan keputusan hidupnya. Demikian juga sosok ibu yang melindungi, menyantuni dan menyayangi menjadi kehangatan tumbuh kembang anak akan lebih optimal, mereka mendapatkan nilai-nilai yang lengkap dari ayah dan ibunya.

Namun persoalanya bagaimana jika dalam rumah tangga terjadi perceraian, mereka anak-anak yang seharusnya mendapat pengasuhan yang lengkap, kini harus terpisah dan bahkan anak merasakan rindu untuk bertemu dengan ayat atau ibunya.

Sosok keduanya apakah bisa digantikan oleh sosk lain, seperti kakek atau sosok nenek dalam rumah tangga keluarga besar. Namun kenyatannya sosok keduanya tidak setegar sosk ayah dan ibu, karena kakek dan nenek biasanya lebih memanjakan dan memberikan berlebih kepada anak, dalam bahasa gaulnbya simbah adalah sosok yang selalu memberi tambah.

Bila parenting dijalankan dengan baik sekalipun sosok ayah digantikan kakek, dan sosok ibu digantikan nenek, pengasuhan harus dijalankan dengan imbang dan adil, sehingga tumbuh kembang anak akan baik di masa yang akan dating.

Demikian juga ketika anak yatim piatu diasuh oleh sebuah panti, maka kehadiran pengasuh yang bisa mewakili sosok ayah dan ibu sebagai pengganti menjadi pembelajaran langsung dan transformasi langsung akan hadirnya sosok pengganti yang menjadi tempat curhat dan tumbuh kembang anak.

Keluarga adalah tempat kembali segala urusan. Menciptakan lingkungan yang harmonis akan menjadi tempat tumbuh kembang generasi dalam rumah tangga yang saling menyempurnakan untuk membangun karakter kepribadian anak. Keluarga yang berkualitas adalah yang mampu menjalankan fungsinya secara maksimal dalam segala keterbatasannya.

Komentar