Sosok mulia Muhammad saw. sebagai utusan Allah swt. dan Nabi di kalangan umat Islam menjadi bagian kehidupan keseharian. Hal tersebut tidak saja ajaran-ajaran yang termanifestasi dalam al-Qur’an maupun hadis dijadikan pedoman dalam beribadah melainkan juga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tatanan ajaran yang ditanamkan dalam kehidupan selama menjadi pemimpin keagamaan dan pemimpin negara dapat teraplikasikan dan sekaligus terkontekstualisasikan dengan baik. Dengan demikian, sosok Nabi Muhammad Saw. menjadi penting bagi kehidupan umat Islam.

Momentum kelahiran Nabi Muhammad saw. menjadi bagian perayaan bagi umat Islam. Setiap bulan Rabiul Awal dalam setiap tahun hijriyah perayaan kelahiran ditemukan dalam bentuk pengajian maupun gelar sholawat, barjanzi dan beragam  kegiatan lainnya. Inti dari perayaan tersebut mengingatkan kita kepada sosok pribadi nabi terkahir yang menjadi teladan dalam melaksanakan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu gambaran tentang sosok Muhammad saw. dalam tradisi ulama hadis dapat ditelusuri dalam Kitab al-Syamail al-Muhammadiyah. Kitab ini kebih khusus dalam menggambarkan sosok fisik dan kepribadian serta akhlak Muhammad saw. Pola penulisan tersebut dikenal dengan syamail.  Dalam tradisi lain juga dikemukakan dalam bentuk sirah yakni terkait sejarah hidup Nabi Muhammad saw. Ungkapan lain juga dilakukan dengan syair dan lagu-lagu sebagaimana lazimnya terjadi di masyarakat. Bentuk ini dikenal dengan madaih. Selain ketiga hal tersebut terdapat juga model dalail (sisi bukti kerasulan serta mukjizanya) dan maghazi (bukti kepiawaian Nabi saw. sebagai panglima peperangan dan ragam yang terkait ).

Ungkapan syamail muhamamdiyah sebagaimana di atas dijelaskan oleh penulis kitab Imam Turmuzi. Beliau adalah penulis hadis yang produktif dan menghasilkan kitab hadis yang dikenal dengan Sunan al-Tirmizi. Buku tersebut sebagai salah satu kitab hadis yang masuk dalam dataran terbaik dalam Kutub al-Sittah. Khusus terkait pribadi Nabi Muhammad saw. diungkapkan dalam kitab yang berjudul al-Syamail al-Muhammadiyah. Sebuah kitab yang memuat keagungan Rasulullah saw. yang dapat dijadikan sebagai uswatun hasanah atau teladan bagi umatnya.

 

Mengenal Abu Isa al-Tirmizi Penulis Kitab Syamail

Imam Tirmizi lahir dan besar dari Uzbekistan. Beliau dilahirkan pada 1 Januari 824 M. Nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Tsaurah bin Musa bin Dhahaq al-Sulami.  Nama kunyahnya Tirmizi dikenal dengan nama Abu Isa sebuah nama dinisbatkan kepada anaknya yang pertama di mana bernana Isa.   Sehingga, namanya di kampungnya lebih populer dengan Abu Isa dalam bahasa Indonesia Bapaknya Isa. Selain itu, dikenal juga dengan Jaihun yang merupakan penisbatan kepada Sungai Jaihun di kampung halamannya di Khurasan.

Diskusi penyebutan Abu Isa kepada Tirmizi melahirkan beragam pendapat. Salah satu pendapat menjelaskan bahwa julukan tersebut dalam rangka membedakan dengan nama serupa. Hal tersebut diungkapkan oleh Imam al-Qari (w. 1015H.) Al-Hasan Ahmad bin Hasan yang dikenal dengan al-Tirmizi Kabir atau bahasa Jawanya al-Tirmizi  sepuh (senior).

Abu Isa al-Tirmizi dalam hidupnya berkecimpung dengan hadis. Dalam hidupnya, sosok periwayat hadis tersebut melakukan rihlah ilmiyyah pencarian hadis sebagaimana laziknya dilakukan ulama abad ke 3 H. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak kecil di tempat kelahirannya.

Guru dalam bidang hadisnya adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim. Kedua tokoh hadis yang memiliki publikasi terbaik di bidang hadis dan diakui menjadi nomor satu dan dua di kalangan ahlus sunnah wa al-jamaah. Hal inilah tidak mengherankan jika kualitas hadis dalam karya utamanya menjadi  bagian dataran baik dan dikenal juga al-Jami’ al-Sahih di mana hadis-hadisnya bernilai sahih sebuah nilai hadis dengan tingkatan terbaik.

Sebagaimana lazimnya ulama hadis lainnya, Tirmizi juga menuliskan karyanya dengan beragam kitab yang diperlukan selama perjalan mencari hadis. Kitab tersebut antara lain al-ilal dan asma wa al-kuna. Kedua karya tersebut terkait dengan model penilaian atas hadis di mana  penyakit dalam hadis menjadi bagian penting di mana dapat menentukan kualitasnya.  Selain itu, Tirmidzi juga mampu mengungkapkan keagungan dari Rasulullah saw. melalui kitabnya Al-Syamail al-Muhammadiyah yang menjadi kajian para pecinta hadis sampai sekarang ini.

Tirmizi meninggal dunia dalam usia 72 tahun. Pendapat tersebut diungkapkan oleh al-Mizzi   menetapkan tanggal 13 Rajab 279 H., pendapat lain tahun 277 H. dan 275 H. Ketiga perbedaan tersebut yang banyak digunakan adalah tahun 279 H.

 

Model Syamail dalam Mengungkap Pribadi Agung

Kitab al-Syamail al-Muhammadiyah sebagai bentuk pengagungan atas pribadi Muhammad saw. ditemukan dalam beragam karangan. Hal tersebut tidak saja  dijumpai dan dikarang oleh Imam al-Tirmizi melainkan juga beragam ulama lain. Setidaknya karya Al-Syamail al-Muhammadiyah juga ditulis oleh Imam Suyuti (w. 911 H.) dengan judul Zahr al-Kamail fi Syamail, al-Garnaty (646 H.) dengan judul Matali’ al-Anwar fi Syamail al-Muhtar, al-Mustagfiry (w. 432H.) dengan judul Syamail al-Nabuy, al-Bagawy (w. 516 H.) dengan judul al-Anwar fi Syamail al-Nabiy al-Muhtar, Abi al-Syekh (w. 369H.) dengan judul Akhaq al-Nabiy wa Adabuhu. Pola tersebut juga menginspirasi ilmuwan Mesir kontemporer dalam menulis buku serupa dengan judul Syamail al-Rasul wa Syakhsiyatuhu al-Insaniyah karya  Anwar al-Jundiy.

Istilah Syamail bermakna kebaikan. Kata tersebut merupakan bentuk jama’ dari kata shimal. Secara bahasa berarti tabiat dan kebiasaan. Karya tulis semacam ini berisikan keagungan atas pribadi Muhammad saw. Atas dasar inilah sosok Rasulullah saw. menjadi pribadi yang sempurna.

Judul lengkap kitab al-Syamail al-Muhammadiyah adalah al-Syamail al-Muhammadiyah wa al-Khasail al-Mustafawiyah. Kitab tersebut merupakan kitab karya Imam Tirmizi berisikan 56 judul materi bahasan yang semuanya terkait sifat penciptaan dan akhlak Nabi saw. Dalam setiap bab di dalamnya berisikan beberapa hadis yang jumlahnya tidak sama satu bab. Bab pertama berisikan 15 hadis, bab dua enam hadis, dan jumlah sampai ba 56 adalah 417 hadis. Beliau sosok yang terbaik dalam penciptaan. Selain itu juga diungkapkan terkait erat dengan uban, rambut kepala dan bentuknya. Bahkan bulu-bulu yang tumbuh dalam tubuh Baginda Nabi saw.

Contoh redaksi hadis sebagai gamabaran di atas dapat dilihat dalam bab pertama Kitab al-Syamail al-Muhammadiyah sebagai berikut:

 قَالَ الْحَافِظُ أَبُو عِيسَى مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ سَوْرَةٍ التِّرْمِذِيُّ ، حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بِالطَّوِيلِ الْبَائِنِ ، وَلَا بِالْقَصِيرِ ، وَلَا بِالْأَبْيَضِ الْأَمْهَقِ ، وَلَا بِالْآدَمِ ، وَلَا بِالْجَعْدِ الْقَطَطِ ، وَلَا بِالسَّبْطِ ، بَعَثَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى رَأْسِ أَرْبَعِينَ سَنَةً ، فَأَقَامَ بِمَكَّةَ عَشْرَ سِنِينَ ، وَبِالْمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِينَ ، وَتَوَفَّاهُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى رَأْسِ سِتِّينَ سَنَةً ، وَلَيْسَ فِي رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ عِشْرُونَ شَعْرَةً بَيْضَاءَ

Hadis-hadis sebagaimana gambaran fisik Nabi saw.  yang tidak terlalu tinggi dan tidak pendek tubuhnya, bahkan selama hidup sampai meninggal dunia Rasulullah saw. hanya memiliki 20 helai rambut uban atau berwarna putih. Gambaran tentang hal penciptaan atau tubuh Nabi Muhammad saw. lebih banyak disampaikan oleh sahabat terdekat dengan Nabi saw. Mereka itu antara  lain Anas bin Malik, Aisyah r.a., Ali bin Abi Thalib, dan sebagainya.

Nabi Muhammad Saw. merupakan makhluk terbaik di dunia baik secara fisik maupun akhlaknya. Kesemuanya diceritakan dalam model syamail terkait pribadi Rasulullah Saw. Hal inilah yang membedakan dengan karya model lain tentang Rasulullah saw. Model Sirah yang terkait sejarah kehidupannya, madaih lewat ungkapan syair, dalail khusus mengkaji dalil-dalil kerasulan dan beragam mukjizatnya, dan model Maghazi yang mengkaji peperangan bersama Nabi saw.

Kitab al-Syamail al-Muhammadiyah telah dilakukan syarah oleh beragam ulama hadis yang jumlahnya lebih dari 15 kitab. Ulama tersebut antara lain Ibrahim bin Muhammad Arbsyah (w. 943  H.), Zain al-Din Muhamamd Abd al-Rauf al-Manawi (w. 1031 H.), dan Mahmud bin Abdul Muhsin (w. 1321 H.). bahkan terdapat karya yang meringkas dan sekaligus menjelaskannya yang dilakukan Prof. Mahmud al-Syami Bek.

Komentar