Anak muda zaman sekarang agaknya tak dapat dipisahkan dengan kopi. Pasalnya, setiap kali ia hangout bersama teman-temannya, hampir pasti kata yang dilontarkan tak jauh-jauh dengan kopi. Misalnya,“Kemana cuy? ngopi yuk?”. Kopi dan milenial, keduanya melekat kuat. Entah mengapa kopi selalu hadir dan ramah di kalangan pemuda zaman now. Meski pada kenyataannya, tak jarang tatkala mereka nongkrong di sebuah kedai, mereka tak selalu memesan kopi, malah order es teh, jeruk, atau bahkan joshua.
Maka dari itu, tak heran kemanapun kita pergi, sejauh mata memandang, kedai kopi mudah sekali dijumpai, terlebih di kota-kota besar. Tak hanya itu, kita juga acap kali menjumpai bejibun karya sastra anak bangsa yang berhubungan dengan kopi, baik itu novel, cerpen, maupun puisi. Sebut saja Surat Kopi (2014) karya penulis kenamaan, Joko Pinurbo (Jokpin), Filosofi Kopi (2006) karya Dewi Lestari yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, Babad Kopi Parahayang (2020) karya Evi Sri Rejeki dan banyak yang lain tentu.
Bagi sebagian orang, menyeduh kopi di pagi hari adalah rutinitas yang tak dapat ditinggalkan. Konon, menurut pengakuan banyak orang, nyruput kopi sering kali dapat mendatangkan inspirasi. Kopi dapat merangsang ide yang tertimbun di dalam otak. Kopi juga dapat menggali memori yang sudah usang, sekalipun kenangan bersama mantan. Bahkan, meminjam kata Jokpin, “kopi membuat matamu menyala, susu membuatmu manja”. Kerap kali milenial menyitir quote kopi dalam bahasa inggris “never stop learning, never stop drinking a cup of coffee” di akun medsosnya.
Bagi pecinta kopi, hidup di Indonesia adalah sebuah anugerah besar. Bukan tanpa sebab, pasalnya Indonesia adalah salah satu negara penghasil kopi terbaik di dunia. Dari Sabang sampai Merauke terdapat kopi yang melimpah, beraneka ragam, dan tentu saja istimewa. Setiap daerah memiliki kopi khas tersendiri. Ada kopi gayo dari Aceh, kopi kintamani dari Bali, kopi lelet dari Rembang, dan banyak yang lain. Masing-masing mendaku kopi dari daerahnya sebagai kopi yang terbaik.
Kopi Lelet Rembang
Rembang adalah kota kecil di pojok timur provinsi Jawa Tengah. Tepatnya sebelah barat kabupaten Tuban, utara kabupaten Blora, dan persis sebalah timurnya kabupaten Pati. Di sebelah utara kota Rembang terbentang pantai dengan ombak mungil, angin semilir, dan terik matahari yang menyengat. Lazimnya daerah pantura, Rembang bukanlah daerah penghasil kopi. Namun, jangan salah, meski demikian, kota Rembang misuwur dengan kopinya, yakni kopi lelet.
Kopi lelet adalah brand kopi andalan kota Rembang. Hampir dipastikan, satu-satunya brand kopi lelet hanya ada di kota Rembang. Lelet sendiri adalah bahasa jawa bukan bahasa Indonesia yang memiliki arti lamban. Melainkan lelet yang berarti ndulit. Dalam bahasa Indonesia (ng)lelet memiliki makna melumuri.
Saat menyeduh kopi, warga Rembang memiliki kebiasan unik, yakni ampas dari kopi yang diminum dilumurkan ke batang rokok. Nah, oleh warga Rembang, inilah yang disebut dengan nglelet. Namun, di Rembang bagian timur seperti daerah Sedan, dan Sarang, meraka tak menyebutnya nglelet melainkan nyethe. Kebiasaan nyeleneh ini sudah turun menurun lintas generasi.
Yang membedakan kopi lelet dengan kopi-kopi yang lain adalah tekstur bubuk kopi yang amat lembut. Kopi lelet mengalami proses penggilingan berkali-kali sehingga bubuk kopinya amat halus. Lima atau bahkan sampai enam kali kopi lelet digiling atau diselep. Oleh karena itu, ampas dari kopi tersebut teksturnya lembut dapat diolesi atau dilumurkan ke batang rokok. Bahkan, konon, juga dapat digunakan untuk maskeran.
Proses giling yang berulang kali inilah menciptakan aroma kopi yang khas. Tak hanya itu, kopi lelet memiliki cita rasa kopi yang kuat, dan kental. Ampas yang sudah dilumurkan pada batang rokok pun menghasilkan aroma kopi yang sedap saat dibakar.
Selain itu, ampas dari kopi lelet juga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk menggambar atau melukis, baik di batang rokok, maupun di lepek. Dulu, kata paman saya, pernah ada turnamen menghias rokok dari ampas kopi lelet. Katanya, ia juga berpartisipasi dalam perlombaan tersebut. Demikian pula warga Rembang yang lain, sangat antusias dengan loma itu.
Saat ini, pengusaha kopi lelet di Rembang sangat berkembang pesat, bahkan dapat dikatakan menjamur. Banyak sekali brand kopi lelet yang dijajakan di Rembang. Setiap brand tentu saja memiliki keunikan masing-masing. Di desa saya saja ada dua brand kopi lelet. Belum lagi di desa-desa yang lain.