Kabar duka dari Suriah, ahli hadis kenamaan yang karyanya menjadi rujukan di Prodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan PTKI lainnya telah meninggal dunia. Buku karya al-Itr tersebut menjadi rujukan dalam mata kuliah ilmu hadis (ulum al-hadis) yaitu Manhaj al-Naqd fi Ulum al-Hadis. Beliau adalah Nururddin Itr yang lahir tahun 1937 M. Sejak kecil sudah mencintai kajian hadis dengan mengikuti beragam majelis ilmu hadis.

Hanya dalam rentang sepuluh tahun sejak 1954-1964 beliau mampu menempuh jenjang Sarjana S1 sampai Jenjang Doktor S3. Nuruddin Itr lulus doktor dengan predikat Summa Cumlaude dan kemudian menjadi dosen di Jam’iyah Islamiyah Madinah di tahun 1965 sampai 1967 dan setahun kemudian pindah ke Universitas Damaskus dari tahun 1968. Pada PT terakhir inilah beliau mendapatkan gelar guru besar dalam bidang hadis yakni tahun 1979 M.

Reputasi dan rekam jejak akademiknya dalam bidang hadis tidak diragukan lagi. Beliau menulis beragam judul buku tentang hadis. Karya beliau tersebut selain yang menjadi bahasan dalam tulisan ini juga terdapat karya yang membandingkan Imam al-Tirmizi dengan Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab al-Jami’ al-Tirmizi wa Muwazanah bayna al-Sahihayn. Kajian lain adalah penjelasan atas kitab Bulugh al-Maram dalam karya yang berjudul I’lamil Anam. Selain itu karya beliau masih banyak ditemukan dalam bentuk tahqiq kitab-kitab karya ulama atas hadis.

Hal yang menarik dari karya beliau adalah penjelasan yang spesifik atas sejarah perkembangan ilmu hadis yang tidak dimilili kitab-kitab ilmu hadis lainnya. Kitab tersebut adalah Manhaj al-Naqd fi Ulum al-Hadis yang diterbitkan Dar al-Fikr Damaskus tahun 1985 M. Buku tersebut dicetak ulang sampai beberapa kali dan bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Prof. Endang Soetari AD dan Dr. H. Mujiyo, M.Ag. dari UIN Bandung. Terbitan edisi bahasa Indonesia diterbitkakn oleh Rosdakarya Bandung.

Perkenalan saya dengan karya beliau adalah ketika kuliah magister di IAIN Alauddin Ujung Pandang 1986-1998. Hal tersebut murni karena disiplin keilmuan saya tidak hadis di sarjana S1. Buku karya almarhum menjadi bagian utama dalam kuliah Ilmu Hadis yang diajarkan Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyaha, MA. Buku itu juga menjadi rujukan kawan-kawan selama kuliah di kampus yang melahirkan tokoh hadis Nasional Prof. M. Syuhudi Isma’il.

Bahkan, literatur di atas juga saya jadikan rujukan utama dalam mata kuliah pengantar hadis, ilmu sanad dan ilmu matan. Substansi isi kitab tersebut mengajarkan tentang analisis hadis yakni sanad dan matannya. Isi kajian tidak hanya mencakup teoritis hadis sahih, hasan dan da’if saja melainkan di dalamnya syarat akan penjelasan sejarah perkembangan ilmu hadis (bukan hadis). Artinya, kajian hasil kodifikasi ulama dan perkembangan sejak awal bukan fokus dalam kitab ini dan dapat diperoleh di kitab lain seperti al-Hadis wa al-Muhaddisun.

Perjalanan Ilmu hadis dijelaskan dalam buku ini dengan sangat rinci mulai dari awal kelahiran sampai masa keemasan dan kemunduran. Selain itu juga terdapat penjelasan model kebangkitan kedua dalam ilmu hadis yang mengalami kemunduran dengan menyebutnya sebagai kebangkitan kedua atau masa keemasan kedua. Isu-isu yang berkembang di abad ke-14 H. tersebut adalah sudah ada persinggungan kajian atas orientalis seperti karya al-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islami karya Mustafa al-Siba’i.

Karya di atas menandai era baru kemanjuan ilmu hadis yang sebumnya masa kemunduran. Hal tersebut ditandai minimnya karya yang lahir dan bentuk karya yang sederhana. Sebagai penanda masa kemunduran tersebut adalah Kitab al-Mandzumat al-Baiquniyah tahun 1080 H. Karya Muhammad Futuh al-Baiquni ini berupa syair yang berisikan ilmu hadis. Kitab berisikan ringkas 32 istilah penting dalam hadis dan dalam 34 syair. Kitab ini berbeda dengan masa keemasan baik yang pertama maupun kedua yang cenderung berisi dengan narasi yang banyak halaman.

Walaupun dalam karya beliau tidak disebutkan menjadi bagian pembaruan masa keemasan kedua, namun dalam isi kitabnya ini menunjukkan fenomena kebaruan. Setidaknya, kajian dilakukan secara sistematis dan dengan bahasa yang mudah sehingga dapat dijadikan rujukan dalam kegiatan pembelajaran di berbagai kampus di dunia termasuk di Indonesia. Model kajian dengan pendekatan historis yang runtut menjadi bagian temuan penting dalam buku tersebut. Ke depan, akademisi hadis Indonesia melalui Asosiasi Ilmu Hadis dapat mengembangkan kajian beliau dengan menambahkan kajian kontemporer atas ilmu hadis terutama temuan-temuan baru di beragam jurnal hadis.

Komentar