Pendidikan karakter saat ini sedang digalakkan. Bagaimana setiap warga negara mempunyai kepribadian yang mulia, mempunyai peragai yang jujur dalam perkataan maupun tindakan. Apa yang diomongkan dengan apa yang dilakukan tidak ada perbedaan. Tidak terjadi split personality keterpecahan jiwa.
Sehingga pendidikan karakter menjadi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Sebab kejujuran merupakan modal pembangunan. Tanpa kejujuran akan terjadi sikap saling curiga terhadap orang lain. Jika tingkat ketidak percayaan setiap individu kepada yang lain semakin tinggi, maka akan berpengaruh terhadap sistem sosial lainnya. Sehingga pembangunan tidak berjalan dengan lancar, bahkan mengalami hambatan.
Demikian juga dalam rumah tangga sikap kejujuran juga harus selalu dipupuk, seorang suami yang sudah tidak percaya lagi terhadap istri pasangannya, bisa kita bayangkan apa yang terjadi-mungkin sengketa dan perselisihan yang selalu terjadi. Jargon rumahku surgaku menjadi tidak berlaku yang ada dalam rumah tangga itu adalah neraka, karena setiap orang yang ada di dalamnya saling menaruh syak wasangka yang tidak baik. Maka kejujuran juga harus selalu ditanamkan dalam setiap anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak-anak, sehingga akan terbangun saling memberikan kepercayaan dan harmonis.
Oleh karena itu setiap muslim ditempa dengan pendidikan karakter, pembentukan akhlak terpuji sebagai modal pembangunan. Sebagaimana misi diutusnya Rasulullah Muhammad Saw adalah dalam rangka membangun akhlak budi pekerti yang luruh.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَا مَكَارِمَ اْلاَحْلاَقِ
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak budi pekerti manusia.
Bagaimana manfaat orang yang melakukan ibadah puasa ramadhan terhadap pembentukan kepribadian dan mentalitasnya?
Melalui puasa Ramadhan sebagai salah satu pembentuk mental pribadi yang jujur dalam salah satu firman Allah dalam Hadis Qudsi
اَلصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ وَلِىَ الصَّوْمُ وَاَنَا اَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ اَجْلِى لَخُلُوفُ فَمِ الصَوئِمِ اَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ المِسكِ (رواه البغوى)
Puasa itu dinding atau periasai dari api neraka, dan bagi-Kulah puasa itu dan Aku sendiri akan (langsung) membalasnya. Dia (yang berpuasa) meninggalkan syahwat nafsu seks, meninggalkan makan dan minum karena Aku. Sungguh, bau yang keluar dari mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi Allah, dari bau kasturi (HQR Baghwi, Thabrani, dan ‘Abdan bin Basyir yang bersumber dari Ibnul Khashasiah).
Allah Swt berfirman dalam surat Al Baqarah [2]: 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ -١٨٣-
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ ا للهِ ص (مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِوَالعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ, فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَابَهُ)
Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa tidak tinggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya dan (kelakuan_ bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah pada ketiadaan makan dan minumnya (HR Bukhari dan Abu Dawud).
Dalam ibadah puasa terkandung banyak hikmah, di antaranya untuk melatih diri dalam mengendalikan hasrat dan hawa nafsu, baik hasrat perut maupun hasrat seksual. Puasa adalah perang melawan diri sendiri. Selama berpuasa orang menghindari hal-hal yang diinginkan dan disukainya, seperti makan, minum dan berhubungan badan. Dengan berlatih menahan diri sepanjang siang hari bulan Ramadhan, diharapkan orang yang berpuasa mampu menahan diri dari perbuatan maksiat dalam seluruh waktunya.
Selain itu, puasa juga menumbuhkan kejujuran dan amanah. Sebab selain dirinya dan Allah tidak ada yang mengetahui apakah ia melakukan sesuatu yang membatalkan puasa atau tidak.
Dialah yang menjadi pengawas bagi dirinya sendiri. Puasa juga memupuk solidaritas dan kepedulian terhadap orang-orang miskin. Saat berpuasa, orang dipaksa merasakan lapar dan dahaga yang sering kali harus dirasakan oleh orang-orang miskin dan kesusahan. Dengan demikian, diharapkan orang yang berpuasa akan lebih peduli terhadap nasib mereka.
Puasa disebut saum atau siyam yang secara harfiah berarti menahan diri dari sesuatu. Dalam fikih puasa didefiniskan sebagai menahan diri dari segala hal yang mebatalkan, sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan disertai niat. Puasa melatih diri dalam mengendalikan hasrat dan hawa nafsu baik hasrat perut maupun hasrat seksual. Dengan menahan diri sepanjang siang orang yang berpuasa diharapkan mampu menahan diri dari perbuatan maksiat dalam seluruh waktunya. Puasa juga menumbuhkan kejujuran dan amanah. Karena selain dirinya dan Allah tidak ada orang yang mengetahui apakah ia melakukan yang membatalkan puasa atau tidak. Sehingga orang yang berpuasa akan terlatih mental dan spiritualnya karena mempunyai menejemen diri yang baik. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan puasa ikhlas semata mengharap ridha Allah. Termasuk orang yang sukses di dunia dan akherat.
Daftar Pustaka
M Ali Usman, AA Dahlan, M D Dahlan, Hadis Qudsi Firman Allah Yang Tidak Dicantumkan dalam Alquran Pola Pembinaan Akhlak Muslim, Bandung: Diponegoro, 2008, cetakan XXII.
A Hasan, Tarjamah Bulughul Maram, Bandung: Diponegoro, 1993, cetakan XVI.
Indi Aunullah, Ensiklopedi Fikih Remaja II, Yogyakarta: Insan Madani Press, 2008.