Islamsantun.org. Fenomena sholat fardhu berjama’ah menjadi salah satu hal yang sering dibicarakan oleh umat islam pada saat kultum, tabligh akbar, dan diskusi-diskusi lainnya. Hingga menjadi pembelajaran terpanjang dalam sejarah umat islam seluruh dunia. Dengan begitu para ustadz muda selalu menyiapkan momen-momen tertentu untuk menarik simpati masyarakat agar mau sholat fardhu berjama’ah di masjid. akibatnya suara lantunan ayat suci Al-Qur’an sang imam sangat indah lantaran surat yang dibacakan panjang. Bahkan secara tidak sadar lamannya sholat kurang mendapat perhatian masyarakat yang sudah terlanjur nyaman dengan masyarakat.
Sampai-sampai jama’ah yang sering ke masjid tiba-tiba mengimami keluarganya sangat lama walaupun di rumahnya. Alhasil si imam beranggapan sholat yang terbaik itu “suarannya bagus, bacaannya sesuai tajwid, ggkpapa kalau sholatnya lama”. Seolah-olah semua baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa. Menganggap yang lama itu Sunnah nabi. Tetapi ada juga yang membagi kesunahan lama dalam berjama’ah “kalau shubuh sunnahnya lama, maghrib cepat, isya’ lama”. Terus yang sangat membingungkan mengapa sebagian umat muslim masih mempertanyakan bacaannya? Bukan waktu sholatnya?.
Dalam Al-Qur’an juga tidak disinggung lamanya waktu sholat saja fardhu, namun filosofi sholatnya saja yang sudah dijelaskan “Dan dirikan sholat itu pada kedua tepi siang ( pagi dan petang) dan bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus ( dosa) perbuatan –perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang yang ingat”. (Surat Hud Ayat 11). Namun dimudahkan oleh Nabi Muhammad saw untuk menyegerakkan sholat fardhu jama’ah dengan melihat kondisi para jama’ah .
Lalu mengapa sholat fardhu berjama’ah tidak boleh lama-lama?. Hal itu sudah dijawab Gus Baha akhir-akhir ini dalam kajiannya “sholat jama’ah iku ggk sah suwe-suwe, mergo kanjeng nabi pernah nyeneni sahabat Ibnu Mas’ud seng senengane suwe-suwe, mergo kondisine jama’ah kie werno-werno” (“sholat berjama’ah itu nggak usah lama-lama, karena Nabi Muhammad pernah memarahi sahabat Ibnu Mas’ud yang sukannya lama-lama, karena lihat kondisinya jama’ah itu berbeda-beda”). Penjelasan ini jsutru diulang-ulang oleh Gus Baha selalu mengingatkan pada saat ngaji bandongan ( bareng-bareng). Dikhawatirkan para jama’ah merasa tidak nyaman, ada keperluan yang harus diselesaikan, maupun pekerjaan-perkerjaan rumah.
Itulah pentingnya sholat jama’ah pada sisi kondisi masyarakat pada zaman saat ini. Pahala yang besar justru bukan dari dirinya, melainkan untuk semua umat islam. Sebab, pahala besar memberi pelajaran kepada kita agar selalu melaksanakan sholat fardhu setidaknya 2 kali pengerjaan sholat fardu. Tugas kita sebagai umat islam adalah saling mengingatkan satu sama lain supaya ilmu itu mudah diterima dengan baik. Mengingatkan tidak harus dengan kekerasan, lalu mengumumkan hal-hal yang saling menjatuhkan satu sama lain.
Sebagaimana Nabi Muhammad mengajarkan kasih sayang kepada umatnya. Di sisi lain, islam juga menjadi pintu rahmat kasih sayang melalui perkataan yang lembut. Mampu memberikan kesan menyejukkan, dan meluluhkan hati yang masih kotor. Maka kewajibannya adalah mampu mernjawab keresahan para umat islam yang sudah terlanjur salah kaprah, kemudian sebarkan nilai-nilai kebenaran melalui ceramah masjid, tulisan, youtube, atau bisa juga memposting foto Instagram kalian masing-masing.
Ketika ada sahabat kita yang tidak bisa diingatkan, maka tugas utamannya dengan cara mengalah. Cara inilah yang mewujudkan kedamaian hati sesama islam. Apalagi mereka sudah diperas oleh gurunya agar seperti ini, harus gini, pokoknya Sunnah rasul. Memang ini perlu dibicarakan ulang yang membutuhkan waktu cukup lama. Dan jangan lupa ditengah perbedaan harus ada istilah “saling mendoakan” . melalui doa kita bisa memberi pengaruh kebaikan kepada seluruh umat islam. Dan mampu mengajarkan kebaikan disetiap sholat fardhunya.
Ahmad Zuhdy Alkhariri
Pegiat UKM LPM Dinamika