Alfin Miftahul Khairi*
Selasa (7/5) kemarin saya berkesempatan mengunjungi negeri Upin Ipin. Dalam rangka menemani mahasiswa Bimbingan Konseling Islam yang berjumlah lima belas orang untuk kegiatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) Luar Negeri.
Kunjungan selama tiga hari dua malam itu terasa cepat sekali bagi kami. Karena memang jadwal yang padat dan alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Banyak kisah menarik yang saya alami dan rugi jika tidak saya bagi di sini.
Pesawat Air Asia yang kami tumpangi take off jam 17.35 WIB dari bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Artinya hanya berjarak beberapa menit dari waktu berbuka puasa. Lima belas menit sebelumnya kami sudah stand-by di ruang tunggu keberangkatan. Botol minuman jelas dilarang sama sekali memasuki ruang tunggu.
Alhamdulillah masih ada air galon yang disediakan pihak bandara di sana. Saat petugas sudah memanggil penumpang untuk segera menaiki pesawat, kami masih berbuka, minum air putih. Alhasil, rombongan kami yang terakhir memasuki pesawat. Itu pun kami diusir karena masih sempat berfoto bareng di depan pesawat.
Baru kali ini berbuka puasa di dalam pesawat. Berbekal ayam CFC yang kami beli di bandara dan beberapa botol air mineral 600 ml. Oh ya, botol tersebut kami dapatkan setelah bergerilya mencari botol kosong di ruang tunggu. Kemudian kami isi di galon. Satu botol dibagi tiga orang saat berbuka. Meski tidak banyak minumnya, setidaknya rasa kebersamaan itu ada. Belum lagi turbulensi ringan pesawat saat kami makan. Rasanya ya bayangin sendiri saja.
Dua jam setengah kemudian kami tiba di Malaysia. KLIA (Kuala Lumpur International Airport) luasnya minta ampun. Rasanya kaki melangkah tidak berhenti-henti, marathon. Kurang lebih setengah jam kami mengelilingi airport ini mencari jalan keluar. Kebetulan ada rombongan umroh yang bersama kami sejak dari Indonesia. Spontanitas muncul niat di dalam diri saya agar bisa beribadah di rumah-Nya (Mekah dan Madinah) sesegera mungkin, terutama saat bulan Ramadhan. Untung ada layanan Golf Car, jadi para jamaah atau penumpang yang sudah lanjut usia bisa naik mobil odong-odong itu.
Saat check in di bagian imigrasi Malaysia. Beberapa mahasiswa kami sedikit agak lama pemeriksaannya. Entah karena sudah malam dan petugas yang bertugas sudah letih, pertanyaan yang diajukan sangat singkat, padat dan kurang jelas. Kebetulan kami juga letih karena sebelumnya diajak ‘olahraga’ di bandara.
“Finger, please” tanya petugas.
“Yes, ini finger saya” ujar Ry (mahasiswa) sambil nunjukin jari telunjuknya.
“Sila tempel” perintah petugas.
“Seperti ini” telunjuk Ry ditempel di atas meja.
Petugas yang melihat seperti naik pitam. Dengan segera ia mencontohkan dua jari telunjuknya untuk di scan di scanner yang tersedia di depannya. Ry pun mencontohnya. ADW juga mengalami hal yang serupa. Beruntungnya mereka tidak paido (semacam debat dalam bahasa jawa). Meski alis sudah pada menyatu tanda perang antara Goku dan Pikolo mau dimulai.
Berbekal papan info yang ada di bandara kami nekat saja berjalan. Toh kalau salah tinggal kembali lagi (kemungkinan terburuk). Letih itu hilang ketika kami menemukan ‘Exit’ di pintu keluar bandara. Rasanya plong. Karena bergerombol di pintu keluar bandara, kami didatangi seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai penyedia jasa transportasi. Setelah berdikusi alot terkait harga, kami pun menaiki mini van yang aslinya untuk enam belas orang diisi delapan belas orang (jumlah kami). 250 RM adalah harga yang kami bayar ke Bernard, namanya.
Hampir satu jam perjalanan dari bandara kami sampai di Hotel 99, Kuala Lumpur. Setelah bersih-bersih dan shalat jamak qasar di dalam kamar hotel masing-masing. Beberapa dari kami keluar hotel, bukan karena apa. Sejak dari airport perut kami sudah miscall berkali-kali. Hanya berjarak 50 meter dari hotel kami menemukan street food KL. Lalapan ayam khas Lamongan hanya 7.50 RM. Jika dirupiahkan sekitar 26 ribuan (1 RM = Rp. 3.500.,-). Burger hanya 4 RM tergantung dari variannya. Sambil menikmati santap tengah malam kami hanyut dalam cerita ngalur-ngidul. Melepas lelah dan penat. Namanya juga turis. Hehe. Untuk keesokan hari, kami sudah ada jadwal mengunjungi satu kampus yang salah satu fakultasnya termasuk 50 besar terbaik sedunia di bidang pendidikan. Besok saya ceritakan. (Bersambung)
*Dosen Bimbingan Konseling Islam, IAIN Surakarta