Di dalam kajian ilmu hadis dikenal beragam istilah hadis. Salah satunya adalah hadis musalsal. Istilah ini terkait erat dengan pola transmisi hadis yang terus terjadi hingga sekarang walaupun era pembukan hadis telah berlangsung lama yakni sejak abad ke 4 sampai 5 H. Dengan demikian, pola periwayatan hadis tidak terhenti meskipun terdapat fenomena global pada masa lampau akan pembukuan hadis.
Istilah hadis ini berasal dari bahasa Arab yang berarti berantai atau bertali menali. Dikatan demikian karena periwayatan tersebut saling berantai satu guru ke guru yang lain dalam hal perjumpaannya untuk mendapatkan hadis.
Pola hadis seperti ini masih sering dijumpai di negara selain Indonesia terutama Arab Saudi, Mesir, Pakistan, India dan lainnya. Hal ini juga tidak mengurangi akan adanya tradisi ini di Indonesia. Pola trasmisi hadis seperti ini masih mentradisi hingga sekarang khususnya dalam periwayatan hadis.
Ijazah hadis musalsal tentang pembacaan ayat kursi diberikan oleh Ustad Abdul Jalil Muhammad yang akrab disapa Gus Jalil. Kegiatan belajar di Makkah menjadikan ia banyak berinteraksi dengan guru dari beragam negara baik dalam bidang al-Qur’an maupun hadis.
Abdul Jalil mengenal hadis musalsal pertama kali dari gurunya yang sekaligus teman ayahnya yaitu Syekh Muhammad Husni Thamrin. Hal ini diperkuat dengan pengakuan secara pribadi atas beragam syahadah ijazah al-‘ammah dari beberapa masyaikh dari Haramain maupun di Indonesia. Di antara guru-gurunya tersebut ada yang kelahiran Rohingnya Burma seperti al-Maghfur lah al-Syaikh ‘Abd al-Sabhan Nur al-Din Wa’izh.
Sosok pemuda yang alim dan berdedikasi tinggi dalam dunia akademik ini juga produktif berkarya. Salah satu karyanya dimuat di jurnal internasional yaitu Journal of Qur’anic Studies, Feb 2013, Vol. 15, No. 1, Centre of Islamic Studies, SOAS, University of London. Naskah tersebut berjudul Zhahirah al-Ibdal fi Qira’at ‘Abd Allah bin Mas’ud wa Qimatuha at-Tafsiriyyah, (Substitution in ʿAbd Allāh b. Masʿūd’s Readings, and Their Exegetical Value).
Abdul Jalil selain hafal al-Qur’an juga fasih berbahasa Arab dengan logat fushah. Ia juga menguasai ilmu qira’at. Pendidikan awalnya ditempuh di Halaqah Tahfidz al-Qur’an Masjid al-Asyraf Mekkah KSA dan Madrasah al-Surur li Tahfidz al-Qur’an wa al-Ta’lim al-Qira’at Makkah KSA. Dengan demikian, sosok beliau dalam hal ini tidak diragukan lagi kapasitasnya.
Dosen muda UIN Sunan Kalijaga kelahiran Makkah ini mentradisikan pemberian ijazah sebagaimana yang sering dilakukan oleh guru-gurunya. Salah satunya dilakukan pada saat khataman pembacaan kitab hadis yang belum lama ini dilakukan di Lembaga Studi Quran dan Hadis (LSQH) sebuah lembaga yang konsen atas kajian al-Qur’an dan Hadis di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kitab yang selesai dibaca adalah kitab hadis karya ulama abad ke-5 H. yang berjudul Juz’un fi Ulum al-Hadis: fi Bayani al-Mutasil wa al-Mursal wa al-Mawquf wa al-Munqati’ al-Adani.
Setelah khatam membacakan kitab tersebut, ustad Abdul Jalil mengijazahkan sebuah hadis musalsal tentang pembacaan ayat kursi. Hadis tersebut berasal dari ulama’ Indonesia dan mukim lama di KSA. Guru tersebut adalah Syekh Muhammad Husni Thamrin. Beliau dilahirkan di Kalimantan hari Jumat/Sabtu, 13 Sya’ban 1362 H/14 Agustus 1943 M. nama lengkap beliau adalah KH. Muhammad Husni Thamrin bin Jafri bin Thaha bin Abd al-Rasul al-Banjari Al-Makki al-Dari Al-Azhari. Beliau ini terkenal dengan sebutan Guru Misfalah karena beliau tinggal di darah sekitar Misfalah Makkah al-Mukarramah. Sejak umur empat tahun, ia sudah merantau mencari ilmu di Makkah dan kembali ke tanah air tahun 2008 sampai meninggal dunia tahun 2014. Dengan demikian dalam rentang kehidupannya selama 70 tahun hanya 8 tahun beliau di Indonesia.
Waktu yang panjang dalam kehidupan Syekh Muhammad Husni Thamrin digunakan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Selama 30 tahun beliau mengabdikan diri mencari ilmu hadis kepada Syekh Yasin al-Fadani. Namun, pendidikan yang dilakukan Thamrin muda adalah di sekolah madrasah. Belaiau selepas menyelesaiakn studinya kembali ke Saudi Arabia dan menjalankan tugasnya sebagai guru dan pengajar serta mengabdi sebagai sekretaris Syekh Yasin al-Fadangi seorang ahli Hadis Indonesia yang mukim di Makkah yang terkenal dengan julukan musnid al-dunya. Dengan demikian, sosok Guru Thamrin ini juga mewarisi tradisi yang dilakukan oleh gurunya dalam hal meriwayatkan hadis.
Hadis musalsal tentang bacaan ayat kursi sebagaimana diijazahkan di atas adalah diriwayatkan dari Ali ibn Abi Thalib. Hadis tersebut diterima oleh Syekh Tamrin lewat Syekh Yasin al-Fadani dan Syekh Umar Hamdan. Dalam hadis tersebut dijelaskan tentang bacaan ayat kursi sebelum tidur. Hadis lengkapnya dapat dilihat dalam karya Syekh Yasin al-Fadani al-Ujalah fi Ahadis al-Musalsalah terbitan Dar al-Basair Syiria, Damaskus tahun 1980 khususnya halaman 24 bagian ke 14.
Isi matan adalah tentang keutamaan bacaan ayat kursi (Q.S. al-Baqarah [2]: 255) jika dibaca sebelum tidur maka Allah akan menjaga manusia dari setan. (Shahih al-Bukhari kitab fadla`ilil-qur`an bab fadlli surah al-Baqarah no. 5010). Dengan demikian, maka perbuatan melakukan pembacaan ini adalah bagian dari sunnah yang diajarkan oleh Nabi saw.
Selain berguru dengan Kyai Husni Thamrin, sosok dosen muda ini juga berguru ke banyak Kyai lain. Mereka itu antara lain Kyai Shodiq Suhaimi, Kyai Masruri Abdul Mughni (alm.), Kyai Ali Asy’ari al Hafidz (alm.), Kyai Aminuddin al Hafdiz (alm.) Guru-guru tersebut berasal dari Benda Sirampog Brebes. Sedangkan gurunya di Yogyakarta adalah Kyai Najib Abdul Qadir Munawwir dan Kyai Zainal Abidin Munawwir keduanya merupakan pengasuh pesantren di Krapyak Yogyakarta.
Ayah dari Ustaz Abdul Jalil sendiri bernama Muhammad Abdurrahman. Ia lama mukim di Makkah dan wafat di sana. Kakek beliau adalah Kyai Abdurrahman yang wafat di Kendal kauman. Ayah dari Ustad Abdul Jalil ini tidak banyak dikenal di kalangan masyarakat. Sedangkan sosok yang terkenal adalah adalah kakek dari ibu (paman Ibu Abdul Jalil) yaitu Kyai Siraj teman sejawat Syeikh Yasin Fadani yang mukim dan meninggal di Makkah. Uraian atas sosok dan kehidupan beliau bisa dilihat dalam http://www.qomarulhidayah.or.id/kiai-muhammad-siraj-ulama-dan-pejuang-kemerdekaan-pengarang-nadhom-nahwu-jawa/.
Selain itu, sosok Abdul Jalil ini juga berguru ke mertuanya yang asli Trenggalek yakni Kyai Abdurrazzaq Imam Sarang yang juga merupakan guru Tariqah Naqsyabandi.