Surakarta-Sabtu, 30 Oktober 2021 dilaksanakan workshop kepenulisan BISMA (Barisan Islam Santun dari Masjid) Kampus bertajuk Masjid sebagai Inspirasi Praktik Moderasi Beragama. Acara ini menghadirkan Bandung Mawardi (Kuncen Bilik Literasi) dan diikuti oleh beberapa takmir masjid Surakarta.
Direktur Pusat Pengkajian Masyarakat dan Pendidikan Islam Nusantara (PPM-PIN), UIN Raden Mas Said Surakarta, Abd. Halim sebagai pembuka acara memaparkan tentang tujuan akhir acara ini yaitu terbitnya sebuah buku yang berisi tentang pengalaman-pengalaman pribadi berkaitan dengan masjid.
Kemudian, memasuki inti acara dengan pengisah Bandung Mawardi (Kuncen Bilik Literasi), berawal dari menggambarkan pengalaman masa kecil yang berkaitan dengan benda-benda di masjid. Bergantian peserta menceritakan hal-hal kacau, benda-benda seperti pintu, sanyo, sandal, pendingin dan pewangi ruangan.
“Saat ini semuanya seperti ilusif, berawal dari pintu tarik, geser, dan dorong. Sehingga kata mengetuk pintu tuhan sudah tidak lagi relevan. Masjid harus diitutup karena ada pendingin ruangan dari berbagai merk. Dengan begitu perlunya pewangi ruangan yang harusnya aroma-aroma masjid berasal dari pohon, sungai, dan lain-lain yang ada disekitarnya”, ucap Bandung Mawardi.
Bandung Mawardi melihat hari ini seperti tidak ada lagi adanya kelegaan ketika mau bermasjid. Semuanya harus disiplin, tanpa suara, tanpa merasa lelah, dan tanpa capek. Semuanya wajib steril dan barang-barang pun wajib branded. Bahkan anak-anak nangis dan bermain pun sebisa mungkin tidak boleh.
Padahal dulu, orang bermasjid enak-enak saja, tanpa ada rasa was-was dan cemas. Karena bermasjid adalah tempat berkumpul dengan sanak famili. Di mana, di sana terjadi obrolan, rasan-rasan, dan juga pengajaran intelektual. Sentuhan pada barang-barang seperti sapu pu hari ini susah terjadi.
Maka itu, penting kiranya untuk mencatat pengalaman dan kisah-kisah bermasjid dari masa ke masa. Untuk dijadikan proteksi diri bagaimana pergeseran keagamaan dan cara hidup yang cepat berubah dan terlupa.