Di tengah menguatnya paham ektremisme dan konservatisme agama, serta politik identitas yang bersahutan dengan kehidupan bangsa, RRI membutuhkan sosok yang dapat menangkal gejolak paham tersebut. Sehingga, RRI dapat membentangkan sayapnya sebagai jangkar dan jaring pengaman kedaulatan NKRI.
Muhamad Syauqillah, Ketua Prodi Studi Kajian Terorisme & SKSG UI, mengatakan, bahwa RRI harus menjadi media yang bisa merawat kebinekaan dan moderasi agama, di tengah gempuran paham-paham transnasional yang mulai menggrogoti ideologi Pancasila.
“RRI sebagai media penyiaran perlu menyajikan konten yang bermanfaat bagi semua masyarakat, baik di perkotaan maupun pedalaman. Baik di Indonesia, mapun di luar Indonesia. Misalnya, menyajikan konten-konten yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, bangga pada negara Indonesia, untuk keutuhan NKRI,” tegasnya.
Menurutnya, RRI perlu program-program yang berkaitan dan relevan dengan problem kehidupan masyarakat. Penyajian RRI harus berporos pada penguatan pilar kebangsaan dan kontra radikalisasi sehingga marwah dan eksistensi RRI dapat terasakan betul pada kehidupan masyarakat.
Maka itu, RRI butuh sosok pemimpin yang memang memiliki kapabiltas dalam menangani RRI dan masalah keumatan. Sebab, RRI adalah media yang bersentuhan langsung pada masyarakat.
“Untuk menangani masalah-masalah keumatan dan peta konflik keagamaan dan keindonesiaan, saudara Faizi adalah orang yang tepat. Sebab, saya melihat saudara Faizi memiliki track record yang sangat kontributif bagi kebinekaan kita dalam upaya merawat kesatuan NKRI dengan medianya yang bernama Harakatuna.com. Media ini berkiprah merawat kebinekaan, memoderasi keagamaan, yang hari-hari ini menjadi sesuatu tantangan bagi republik Indonesia. Oleh karenanya, saya mendukung dan sangat berharap saudara Faizi, dapat terpilih menjadi salah satu dewan pengawas RRI, yang nantinya akan berkontribusi bagi penjagaan wacana dan juga nilai-nilai kebangsaan negara kita” lanjutnya.
Faizi selama ini menggawangi media Haraktuna.com yang mencoba merawat ideologi bangsa Indonesia. Dia memiliki iktikat baik untuk meningkatkan relisiensi dan imunitas masyarakat dari paparan sikap intoleransi, radikalisme, terorisme, termasuk fenomena politik identitas dan populisme yang saat ini menguat.
Visi Faizi merancangkan program prioritas yang menjadi urgensi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dia menawarkan tiga konsep stategi konten untuk RRI maju dan bermarwah-berdaulat. Di antaranya:
1) RRI menjadi jangkar dan jaring pengaman kokohnya kedaulatan NKRI. RRI harus menjangkau wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar Indonesia, untuk menghadirkan negara bagi masyarakat di sana. Konten penyiaran yang dapat disajikan adalah berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan, merangkul mereka sebagai sesama anak bangsa untuk cinta, bangga, dan aktif menjaga keutuhan wilayah.
2) Untuk masyarakat perkotaan, RRI harus berhadapan dengan ancaman ideologi dan budaya yang selama ini menggerogoti ideologi Pancasila dan keluhuran budaya bangsa (kontra narasi dan kontra ideologi). Melalui strategi pengemasan konten, RRI dapat memformulasikan konten-konten pilar kebangsaan (Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) dalam sajian kekinian dan membumi, sehingga dapat meningkatkan resiliensi dan imunitas masyarakat (terutama generasi milenial) dari paparan intoleransi, radikalisme, terorisme, termasuk fenomena politik identitas dan populisme yang saat ini menguat. Kegiatan ini bisa dilakukan misalnya dengan menggandeng tokoh moderat, Ormas moderat, kaum profesional dan milenial yang inspiratif.
3) Sementara untuk mengadaptasi era digitalisasi, RRI harus mengarah pada terbentuknya lembaga penyiaran berbasis digital. Kemasan konten harus terdiseminasi secara luas menjangkau para pengguna media internet dan media sosial. Kalau basisnya internet/ data, maka RRI dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia dimanapun, bahkan masyarakat dunia. Selain itu, basis digital juga dapat mendekatkan RRI dengan generasi milenial.