Oleh: Ahmad Muttaqin Alim*

Jangan Sebarkan videonya!

Dalam setiap tindakan teror hampir selalu ada tiga target: langsung, tak langsung dan sistem. Langsung itu korbannya, seperti puluhan jamaah masjid Christchurch itu; tak langsung itu masyarakat yang menjadi ketakutan; sistem yaitu suprastruktur dan kebijakam yang diharapkan berubah setelah tindakan teror itu terjadi.

Target langsung bisa jadi dipilih dari pihak-pihak yang langsung memusuhi si teroris, bisa juga bukan. Pembunuhan tentara di Papua oleh gerakan separatis merupakan bentuk teror yang menarget musuh langsung. Sementara bom bali dan mass shooting di NZ hari ini menarget orang-orang yang tidak secara langsung memusuhi pelaku. Kalau yang dipilih adalah bukan lawan langsung, maka mungkin target utamanya adalah yang kedua atau ketiga, yakni ketakutan masyarakat dan perubahan suprastruktur.

Target tak langsung adalah ketakutan masyarakat. Ya kita-kita ini targetnya. Kita jadi takut, apalagi kita suka sekali menyebar foto dan video korban, bahkan video saat dilakukannya tindakan teror itu. Makin kita panik, makin kita menyebarkan foto dan video, makin berhasil usaha teror itu. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan selain berdoa dan meminta negara semakin melindungi kita, adalah tidak membantu menyebarkan teror alias ketakutan itu.

Target ketiga adalah suprastruktur dan kebijakan. Coba kita review, kebijakan apa yang berubah atau berkembang setelah teror 9/11? Yang meningkat adalah bisnis senjata dan invasi “blooded-economic” Amerika dan sekutunya ke negara-negara targetnya. Ini tentu tidak akan berjalan lancar bila tanpa legitimasi masyarakat dunia atas nama kebijakan “anti-terorisme”. Tak heran kemudian berkembang pandangan para ahli bahwa sebenarnya teror 9/11 itu dilakukan oleh si polisi dunia itu sendiri.

Demikian sekilas cuplikan dari mata kuliah Terorisme, bagian dari Disaster Medicine/Management yang saya pelajari.

****
Ala kulli haal, marilah kita menjaga diri dan keluarga kita serta lingkungan kita dari pemahaman yang sempit, baik terkait agama, sosial maupun politik. Dalam hal agama misalnya, jangan sampai sedikitpun memiliki pandangan yang melegalkan tindakan-tindakan kekerasan untuk menyebarkan agama, selalu berpikirlah bahwa Rahman, Rahim dan Pengampunan Allah itu jauh dominan dari sifat Penghukumnya, dan karena itu kita sebaiknya menjadi hambanya yang penuh welas asih.

*Santri Nogotirto

Komentar