Surakarta, 04 Juni 2020, IAIN Surakarta mengadakan seminar dalam rangka 75 Tahun Kelahiran Pancasila yang bertema Meneguhkan Nilai Pancasila untuk Menghadapi Pandemi Korona sekaligus launching Pusat Studi Pancasila dan Kebangsaan (PSPK) .
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber diantaranya, Prof. Dr. Hermanu Joebogio, M.Pd (Ketua Pusat Studi Pengembangan Pancasila LPPM UNS), Arif Subekti, M.A. (Dosen Sejarah dan Tim Pengembang UPT Pusat Pengkajian Pancasila UNM), dan Kalis Mardiasih (Penulis konten, Influencer dan pengamat media).
Acara diawali dengan pembukaan, menyanyikan lagu Indoensia raya, dan pembacaan teks pancasila. Dilanjutkan dengan sambutan sekaligus launching PSPK oleh Rektor IAIN SURAKARTA yaitu Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag. M.Pd. Dalam sambutannya disampaikan, bahwa Prof Mudofir sangat mengapresiasi terbentuknya Pusat Studi Pancasila dan Kebangsaan untuk pertama kalinya yang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pancasila sebagai ideologi bangsa.
Nasib pancasila lanjut Mudofir ditentukan oleh para intelektual dan tokoh-tokoh bangsa untuk memupuk nilai-nilai pancasila melalui kecintaan terus-menerus baik secara makna dan filsafat pancasila dalam kehidupan kita. Karena pancasila sebagai filsafat, hidup-matinya tergantung para para intelektualnya yang meremajakan melalui tafsir-tafsir, pengayaan-pengayaan nilai, sehingga pancasila selalu dapat menyerap aspirasi generasi muda dan perubahan dunia.
Mudofir melanjutkan bahwa setiap perguruan tinggi dan elit masyarakat berkewajiban untuk mensosialisasikan dan memberikan literasi tentang pancasila, termasuk nilai-nilainya yang harus terus diremajakan sehingga relevansinya tetap tumbuh dan generasi muda mengganggap pancasila sebagai ide cerdas, keajaiban, keberhasilan. Bagaimana Indonesia yang dulunya tidak terbayangkan sebagai satu kesatuan nyata dan bertahan. Dan kebertahanan Pancasila di sistem kehidupan di Indonesia, ditentukan oleh para elitnya, kelompok-kelompok strategis di perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat, parta politik bersatu membangun kepercayaan masyarakat sehingga pancasila menjadi satu way of life dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pancasila tidak harus dipertentangkan dengan agama-agama yang tumbuh di Indonesia.
Pancasila adalah gabungan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu mengakomodir aspirasi-aspirasi kaum agamawan, kepercayaan-kepercayaan yang subur dalam sejarah nusantara selama ini.
Selanjutnya, acara ini dimoderatori oleh Dr. Rustam Ibrahim, M.S.I. Ia menyampaikan bahwa tema dalam seminar ini sangat menarik karena pancasila telah berumur 75 tahun. Sebagaimana yang dikatakan Rektor IAIN Surakarta, pancasila telah menyelamatkan Indonesia dari penjajahan belanda, PKI, dan sebagainya, sehingga mengalami dinamika dalam pemerintahan.
Pancasila tetap jaya dalam merekatkan bangsa sebagai negara kesatuan. Namun, Pancasila saat ini mendapatkan tantangan berupa krisis kesehatan yaitu Covid-19. Oleh karena itu, perlu meneguhkan nilai pancasila untuk menghadapi korona.
Adapun implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi covid-19 yaitu, Sila pertama, mendekatkan diri kepada Alah SWT. Sila kedua, saling tolong menolong dan bekerjasama. Sila ketiga, bersatu untuk menghadapi virus bersama, baik sebagai rakyat maupun pemerintah saling membantu dan bekerjama sama. Sila keempat, kita mengikuti keputusan pemerintah dalam mengatasi visus koronon. Sila kelima menciptakan keadilan sosial bagi seluruh elemen masyarakat. Kelima sila ini sangat penting untuk meneguhkan nilai pancasia dalam menghadapi virus korona.
Pembicara pertama adalah Prof Hermanu Joebogio, beliau adalah kaprodi pendidikan sejarah UNS, dan ketua Pusat Studi Pncasila serta guru besar di UNS.
Menurutnya, sadar atau tidak masyarakat majemuk adalah sebuah given, impian kolektif itu lahir dari sejarah. Menurut Ilmu politik, konsep negara yang majemuk akan memacu dinamika kemodernan terutama cara pandang masyadakat yang tidak ke kanan dan tidak ke kiri, namun berada di tengah. Pada sisi lain, beliau menyampikan bahwa deklarasi sumpah pemuda menyatakan bahwa meskipun berbeda-beda, kita perlu bersatu mewujudkan kemajuan bangsa. Kita menjadi team work untuk memperbaiki bangsa.
Selanjutnya Hermanu menjelaskan bagaimana kita melihat makna kebangsaan bahwa pancasila dan kemerdekaan politik bersanding pada nasionalisme, mufakat, dan keadilan. Jika kita melihat pancasila sebagai kekuatan bangsa, maka kewajiban kita untuk selalu bergandeng tangan misalnya untuk melakukan riset dan sebagainya untuk mewujudkan kesejahteran. Selain itu, gotong royong menjadi value kita. Adapun membangun gotong royong sebagai strategi budaya, yaitu dengan adanya kewajiban kita untuk bertoleransi.
Toleransi menjadi sesuatu yang penting untuk menyelesaikan konflik, dan melestarikan talenta budaya kita yang luar biasa.
Sementara itu, hubungannya dengan Covid-19, yang merupakan ujian yang membuat kita berhenti melakukan apapun, hingga ekonomi menurun. Namun kita tidak boleh depresi atau putus asa dengan tetap menjaga kesehatan masing-masing agar dapat bangkit salah satunya membantu orang lain.
Narasumber kedua adalah Arief Subekti, M.A. dengan tema Aspek Historis Pancasila. Menurutnya, kajian historis pancasila itu penting karena menjadi pandu manajerial untuk bergerak saat ini dan sumber dari segala sumber hukum yang diatur dalam UUD. Kajian historis ini melihat dari pidato para perancang pancasila seperti Muhammad Yamin yang mengajukan usul tertulis pancasila diantaranya, (1) Ketuhanan Yang Mahaesa, (2) Persatuan Indonesia, (3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya oleh Supomo yang tertulis dalam narasi sejarah adalah (1) Ketuhanan, (2) Kemanusiaan, (3) Persatuan, (4) Permusyawaratan, (5) Keadilan/Kesejahteraan. Terakhir dari Soekarno, dianggap sebagai tokoh yang romantis karena terdapat suatu retorika. Soekarno sadar saat itu struktur masyarakat Indonesia saat itu tiidak siap untuk suatu kemerdekaan.
Kemudian Soekarno menyampaikan pidato, “Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak dysentrie, banyak penyakit hungerudeem, banyak ini banyak itu. Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka”.
“Didalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita, agar supaya menjadi kuat, didalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud dengan perkataan “jembatan”. Diseberang jembatan, jembatan emas, inilah baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.”. Bahwa dalam pidatonya sudah menyinggung permasalah terkait covid-19, yaitu dengan sehat jasmani dan rokhani. Kemudian ia menambahkan, bahwa menghadapi pendemi ini dengan gotong royong sebagaimana bangsa Indonesia yang inklusif.
Narasumber ketiga, Kalis Mardiasih, dengan fokus pembicaraan pada generasi milenial dan apliktifnya. Menurut riset global tentang anak milenial, 30 % anak milenial di dunia tidak sekolah sama sekali bahkan tercatat yang bersekolah di SMP 8%, SMA 5% dan melanjutkan kuliah hanya 0,6 %. Jadi, sebenarnya tidak ada bedanya antara milenial dengan orang-orang yang sebelumnya.
Adapun tema utama yang didiskusikan oleh Kalis adalah Tantangan fenomena hijrah. Menurutnya, hijrah tidak masalah, asalkan tidak menarik diri dari lingkungan dan menganggap orang yang berbeda salah. Hal ini merupakan bagian tantangan, yaitu ekslusvisme dan ekstremisme. Pertama, eksklusivisme yaitu sikap yang menganggap satu kelompok saja yang paling benar dan biasanya diikuti dengan tindakan menarik diri dari kelompok lainnya. Kelompok beragama yang ekslusif belum ekstrem, tapi punya potensi yang besar menjadi ekstrem. Kedua, ekstremisme, yaitu paham yang membenarkan kekerasan atau bahkan menyeru kepada kekerasan.
Kalis juga menginggung bahwa yang menjadi PR adalah bagaimana menggeser sumber daya manusia dengan semangat keagamaan yang tinggi ini untuk menjadi agama yang berkeadaban. Demikian seminar 75 tahun kelahiran pancasila dan Launching PSPK IAIN Surakarta yang berjalan lancar hingga akhir. (Tim PSPK)