Islamsantun.org – Ramalan bisa terwujud dengan keyakinan kita. Robert Merton menyebut hal itu dalam bukunya Social Theory and Social Structure dengan penuh ketegasan.

Aura positif maupun negatif kita bisa menyebar tidak hanya kepada hati kita tetapi juga pada lingkungan, katanya. Ketika kita yakin pada suatu hal di masa depan, kemudian lingkungan kita merespon itu, maka terwujudlah.

Ramalan a la Merton itu jauh dari apa yang disebut sebagai mantra. Tidak juga dekat dengan cenayang atau “orang pintar” yang biasa dikenal dalam tradisi nusantara. Ramalan itu sejatinya menurut Merton lahir dari kita dan diwujudkan tanpa sadar oleh kita sendiri.

Merton menyebut teorinya yang masyhur itu dengan istilah self-fulfilling prophecy atau ramalan swawujud.

Apa yang telah diteliti dan ditulis Merton lantas diseleraskan dengan efek plasebo dalam dunia medis.

Dunia medis mengenal apa yang disebut sebagai obat kosong, obat palsu, atau obat yang sesungguhnya tiada memiliki khasiat apapun. Obat itu mujarab bukan karena racikan maupun ramuannya yang ciamik, melainkan karena kuatnya sugesti yang diberikan oleh dokter kepada pasien.

British Medical Jurnal pernah meneliti secara khusus perihal efek plasebo ini. Mereka mencoba membandingkan jumlah kesembuhan pasien yang benar-benar dioperasi dan pasien yang diberikan treatment efek plasebo. Dari rata-rata pasien yang dioperasi dan pasian yang diberikan sugesti dengan efek plasebo jumlah kesembuhannya hampir sama.  Jumlah kesembuhan dengan efek plasebo bahkan mencapai 3/4 dari keseluruhan pasien yang diteliti.

Menghadapi Dunia Ugal-Ugalan

Atas fakta di atas rasanya hari ini kita membutuhkan ramalan macam itu dalam jumlah banyak. Semakin banyak jumlah keyakinan yang baik, utamanya perihal masa depan, maka peluang terwujudnya kehidupan baru yang lebih baik bisa segera muncul.

Akan tetapi kita mesti realistis. Era ini adalah era manufactured uncertainty atau era yang disebut Giddens seringkali memproduksi ketidakpastian. Era dimana kita memperoleh informasi tentang jarak antara sedih dan bahagia, marah dan gembira, suka maupun duka, hanya dalam hitungan detik.

Era macam itu memiliki tantangan yang unik. Satu sisi menjebak kita pada situasi yang seolah-olah kelihatannya baik tetapi ternyata buruk. Pun sebaliknya, kadang dinilai oleh sebagian orang buruk tetapi sesungguhnya baik.

Memurnikan Keyakinan Secara Islami

Oleh sebab itu agar keyakinan kita baik maka landasan utama kita sebagai umat muslim untuk memperoleh keyakinan itu harus diawali dengan zikir. Salah satu manfaat zikir adalah melembutkan hati dan senantiasa membuat kita mampu menyertakan Allah dalam takdir yang akan dan sedang kita jalani. Nantinya, dengan zikir, keyakinan kita itu akan bermuara pada khoirihi wa syarrihi minallah (segala kebaikan dan keburukan adalah kehendak Allah).

Setelah berzikir barulah kemudian kita berpikir. Pikiran yang telah disinari oleh kalimat-kalimat thayyibah tentulah pikiran yang Insya Allah akan baik. Tidak lagi pikiran yang berlandaskan pada sampah-sampah media sosial, penilaian manusia, ataupun hal duniawi lainnya yang datang silih berganti memenuhi pikiran kita.

Memurnikan pikiran dengan zikir itu penting sebab menurut bijak bestari cara berpikir nantinya dapat mengubah tindakan, tindakan kemudian mengubah kebiasaan, kebiasaan akan mengubah karakter, hingga pada akhirnya karakter mampu untuk mengubah kenyataan.

Jika cara berpikir kita kacau maka tentulah kenyataan yang akan kita hadapi pun akan kita maknai secara kacau. Laksana perahu yang terombang ambing di lautan tanpa arah dan tujuan. Sebaliknya, jika pikiran kita baik maka apapun yang kita hadapi akan selalu menemukan sisi baiknya.

Sisi baik itu dalam istilah Alfred Schutz disebut sebagai makna khusus. Makna khusus muncul dari ketidakmampuan atau kesadaran kita bahwa kita ini terbatas dan tidak akan sanggup untuk menentang realitas. Yang telah kita rencanakan dengan baik terkadang justru hadir tidak sesuai harapan. Contoh makna khusus itu seperti “untung kita kesiangan sehingga kita terlambat naik kereta itu. Kalau kita naik kereta itu pasti sekarang kita jadi korban kecelakaan” atau seperti “kayaknya emang bukan rezekiku di situ, rezekiku di tempat ini” dan sebagainya. Dalam Islam makna khusus itu disebut sebagai khusnudzon.

Terakhir, dengan modal zikir dan pikir yang paripurna, langkah yang kita lakukan untuk menghiasi kehidupan ini adalah dengan memperbanyak tindakan-tindakan yang bermanfaat. Tindakan yang apapun itu bentuknya haruslah mempunyai keinginan untuk melukiskan senyum pada wajah orang lain. Konon, jika kita ingin melihat Tuhan tersenyum maka berbuatlah sesuatu yang mampu memberikan senyuman pada wajah saudara kita. Ketika itu terjadi maka ketika itu pula Tuhan sedang tersenyum pada kita. Tindakan demikianlah yang nantinya dapat menjadi penolong kita di akherat kelak.

Tindakan demikian dalam Islam disebut sebagai tindakan yang memiliki nilai amal saleh. Agar amal saleh itu bisa terlaksana secara maksimal maka amal saleh harus dilakukan dengan ilmu, dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah SWT, dan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Hadis. Amal saleh itu bentuknya tidak hanya sekedar hablum minallah dan hablum minannas belaka tetapi juga dapat berkaitan dengan hablum minal ‘alam.

Refleksi

Bagi kita umat muslim tidak ada keyakinan yang lebih baik daripada keyakinan kepada Allah. Dan sebaik-baiknya kenyataan adalah kenyataan yang ditetapkan oleh Allah. Oleh sebab itu jagalah keyakinan kita dengan zikir. Melalui zikir nantinya segala pikiran dan tindakan kita yang akan menghasilkan kenyataan itu tidak akan lagi kita maknai “berkat saya” atau “sebab si anu”, tetapi semuanya itu tak lain la haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim, semuanya itu minallah, ma’allah, ilallah.

Wallahu a’lam

Komentar