Kengerian demi kengerian merasuki rongga-rongga dada ketika membaca lembar demi lembar buku tipis ini. Sang Penulis, Yuval Noah Harari, berhasil menarasikan dua hal penting secara amat piawai dengan sentuhan kejenakaan yang mewarnai hampir setiap alinea yang ditulisnya. Hanya kejenakaannya itulah yang sedikit “melenturkan” kengerian yang dihembuskan oleh ramalan-ramalan logis yang didedahnya.

Maka tidak heran jika sepanjang membaca buku ini Si Pembaca sesekali terlihat senyam-senyum, tapi lalu mengernyitkan dahi, lantas mengelus dada sambil menarik nafas panjang kemudian melepaskannya seperti orang yang sedang tertindih ketakutan.

Dua Hal Penting

Apa saja dua hal penting itu? Pencapaian umat manusia di abad ke-20, dan proyek baru mereka di abad ke-21. Di abad yang lalu, secara umum manusia berhasil mengatasi kelaparan, wabah, dan perang. Dengan kata lain, secara umum manusia di abad 20 hidup lebih kenyang, lebih sehat, dan lebih aman dibanding abad-abad sebelumnya. Tentu saja ini ukurannya adalah “secara umum”. Tentu pula ini tidak menampik kenyataan masih adanya orang-orang yang lapar, sakit, dan dihantui desing peluru atau asap mesiu.

Yang mati karena kelaparan, misalnya, memang banyak. Tapi yang mati karena kekenyangan ternyata lebih banyak. Yang terkapar karena penyakit memang tidak sedikit dan yang meninggal karena sengketa perang memang nyata adanya. Akan tetapi yang terenggut nyawanya karena bencana alam ternyata lebih banyak.

“Prestasi” manusia abad 20 itu juga tidak untuk menutupi catatan-catatan hitam dan jejak-jejak kelam yang dialami umat manusia di era-era sebelumnya, seperti kolonialisme, imperialisme, perbudakan dan nestapa kemanusiaan lainnya. Sekali lagi, ini tentang tren terakhir umat manusia di abad ke-20 yang secara umum lebih makmur, lebih sehat dan hidup lebih aman dari bayang-bayang perang.

Mengapa bisa demikian? Apakah karena umat manusia secara umum sudah sadar tentang arti penting kesejahteraan, kesehatan dan perdamaian bersama? Apakah mereka sudah “tersinari” nilai-nilai kepedulian, solidaritas dan persaudaraan antar sesama?

Di abad 20 elite berkepentingan untuk memperbaiki masalah orang miskin. Negara harus menjamin keamanan negeri dari ancaman luar. Negara harus punya tentara penjaga dan penjamin keamanan. Tentara harus sehat dan kuat. Tentara berasal dari rakyat. Maka dijalankanlah berbagai program kesehatan dan kesejahteraan untuk rakyat sehingga dari mereka dapat lahir para tentara yang siap-siaga menjaga dan menjamin keamanan negara.

Negara berkepentingan untuk menjamin roda-roda ekonominya terus berjalan, tiang-tiang pancangnya tetap tegak. Negara tidak suka jika seumur-umur dicap sebagai negara miskin dan tidak pernah beranjak jadi negara berkembang. Maka berbagai paket ekonomi dirilis, aneka program pendampingan dan pemberdayaan diluncurkan.

Pada 1914, elite Jepang memiliki kepentingan untuk memvaksinasi orang miskin serta membangun rumah sakit dan sistem pembuangan limbah di daerah kumuh, karena jika mereka ingin Jepang menjadi negara yang kuat dengan tentara yang kuat dan ekonomi yang kuat, maka mereka membutuhkan jutaan tentara dan pekerja yang sehat. Harari meringkas semua itu: “Di abad 20 elite memiliki kepentingan dalam memperbaiki masalah orang miskin karea mereka penting secara militer dan ekonomi.”

Tiga Asumsi

Abad 20 dapat dibilang merupakan abad kemenangan liberalisme yang meyakini individualisme dengan tiga asumsi pentingnya: Pertama, Anda adalah seorang in-dividuil–yakni Anda memiliki satu esensi yang tidak dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau subsistem. Memang benar, bahwa inti batin ini terbungkus dalam banyak lapisan luar. Tapi jika Anda berusaha mengupas kerak luar ini, Anda akan menemukan jauh di dalam diri Anda sebuah suara hati yang jelas dan tunggal, yang merupakan diri sejati Anda.

Kedua, diri sejati Anda benar-benar bebas. Dan ketiga, berdasarkan dua asumsi sebelumnya, maka Anda dapat mengetahui hal-hal tentang diri Anda yang tidak ada seorang pun bisa mengetahuinya. Karena hanya Anda yang memiliki akses ke ruang kebebasan di dalam diri Anda, maka hanya Anda yang dapat mendengar bisikan diri sejati Anda. Inilah sebabnya mengapa liberalisme memberi begitu banyak wewenang kepada individu.

Anda tidak bisa mempercayai orang lain untuk membuat pilihan bagi Anda, karena tidak ada orang lain yang tahu siapa Anda sebenarnya, bagaimana perasaan Anda dan apa yang Anda inginkan. Inilah sebabnya mengapa pemilih tahu yang terbaik, mengapa pelanggan selalu benar dan mengapa keindahan terletak di mata yang melihatnya. Singkatnya, dalam paradigma liberalisme, Anda adalah individu yang utuh, bebas-merdeka, dan unik; paling tahu siapa diri Anda.

Demikian “khulashah” tentang abad 20. Kita beralih ke abad 21, abad di mana kita sekarang berada. Tentang abad 21 ini, kita mulai dengan alinea terakhir di atas tentang abad 20, yakni liberalisme-indiviualisme. Abad 21 menunjukkan bahwa sains hayati menolak ketiga asumsi tersebut.

Biologi Sains

Menurut sains biologi: Pertama, organisme adalah algoritma, dan manusia bukanlah individuil–mereka adalah “dividuil”. Yakni bahwa manusia adalah sebuah kumpulan dari banyak algoritma berbeda-beda yang tidak memiliki suara batin tunggal atau diri yang utuh. Kedua, algoritma yang menyusun seorang manusia tidaklah bebas. Mereka dibentuk oleh gen dan tekanan lingkungan, serta mengambil keputusan secara deterministik atau acak–tapi tidak secara bebas.

Dan ketiga, oleh karena itu, secara teoritis, algoritma eksternal bisa mengenal Anda jauh lebih baik daripada yang bisa Anda ketahui tentang diri Anda sendiri. Algoritma yang memonitor setiap sistem yang membentuk tubuh dan otak Anda bisa tahu pasti tentang siapa Anda, bagaimana perasaan Anda dan apa yang Anda inginkan.

Bila terus dikembangkan, algoritma semacam itu mungkin bisa menggantikan para pemilih, para pelanggan dan para pemandang (keindahan). Maka algoritma akan tahu mana yang terbaik, algoritma akan selalu benar, dan keindahan akan terletak pada kalkulasi algoritma. Liberalisme, kebanggaan abad 20, akan runtuh pada hari ketika sistem mengenal Anda lebih baik ketimbang Anda mengenal diri Anda sendiri.

Kaum liberal menjunjung tinggi pasar bebas dan pemilihan demokratis karena mereka percaya bahwa setiap manusia adalah individu yang unik, yang pilihan bebasnya adalah sumber otoritas tertinggi. Di abad ke-21, tiga perkembangan praktis berikut bisa membuat kepercayaan itu menjadi usang: Pertama, manusia akan kehilangan fungsi ekonomi dan militer mereka, oleh karena itu, sistem ekonomi dan politik akan berhenti melekatkan nilai yang besar kepada mereka.

Peran-peran ekonomi dan militer akan diambil alih oleh mesin (sistem, algoritma). Kedua, sistem akan terus menemukan nilai pada manusia secara kolektif, namun tidak pada keunikan perorangan, dan ketiga, sistem masih akan menemukan nilai pada beberapa individu unik, tapi mereka akan menjadi elite baru manusia-super yang ditingkatkan (upgraded superhumans) alih-alih menjadi massa populasi. Mengerikan..!

Pada September 2013, dua periset Oxford, Benedikt Frey dan Michael A. Osborne, menerbitkan “The Future of Employment (Masa Depan Ketenagakerjaan)”, di mana mereka menyurvei beragam profesi yang kemungkinan akan diambil alih oleh algoritma komputer dalam dua puluh tahun ke dean. Algoritma yang dikembangkan oleh Frey dan Osborne untuk melakukan perhitungan memperkirakan bahwa 47% pekerjaan di AS berisiko tinggi.

Sebagai contoh, ada kemungkinan 99% bahwa pada tahun 2033 telemarketer manusia dan penjamin asuransi akan kehilangan pekerjaan mereka akibat algoritma. Ada kemungkinan 98% bahwa hal yang sama akan terjadi pada wasit olahraga, 97% bahwa itu akan terjadi pada kasir dan 96% untuk koki. Pelayan: 94%. Asisten Paralegal: 94%. Pemandu wisata: 91%. Tukang roti: 89%. Sopir bus: 89%. Pekerja konstruksi: 88%. Asisten dokter hewan: 86%. Penjaga keamanan: 84%. Pelaut: 83%. Bartender: 77%. Pengarsip: 76%. Tukang kayu: 72%.

Pengawal renang: 67%. Dan seterusnya. Tentu saja ada beberapa pekerjaan yang masih aman. Peluang algoritma komputer akan menggantikan arkeolog pada 2033 hanya 0.7% karena pekerjaan mereka membutuhkan jenis pengenalan pola yang sangat canggih, dan tidak menghasilkan banyak laba. Oleh karena itu, tidak mungkin korporasi atau pemerintah akan melakukan investasi yang diperlukan untuk mengotomasi arkeologi dalam dua puluh tahun ke depan.

Konteks Hari Ini

Tentu saja, pada 2033 banyak profesi baru cenderung akan muncul, misalnya perancang dunia maya. Tapi profesi semacam itu mungkin akan memerlukan lebih banyak kreativitas dan fleksibilitas dibandingkan dengan pekerjaan biasa Anda, dan tidak jelas apakah kasir atau agen asuransi berusia empat puluh tahun akan dapat mengubah diri mereka sebagai perancang dunia maya (coba saja bayangkan sebuah dunia maya yang diciptakan oleh agen asuransi!).

Dan bahkan jika mereka melakukannya, laju kemajuannya sedemikian rupa sehingga dalam dekade yang lain mereka mungkin harus mengubah lagi diri mereka. Bagaimanapun, algoritma mungkin bisa mengungguli manusia dalam hal merancang dunia maya juga. Masalah krusial di sini bukanlah menciptakan lapangan kerja baru.

Masalah krusialnya adalah menciptakan lapangan kerja baru di mana kinerja manusia lebih baik daripada algoritma. Karena kita tidak tahu bagaimana pasar kerja akan tampak pada 2030 atau 2040, kita tidak punya ide tentang apa yang harus kita ajarkan pada anak-anak kita. Sebagian besar dari apa yang mereka pelajari di sekolah saat ini kemungkinan akan menjadi irelevan ketika mereka berusia 40 tahun.

Teknologi baru abad ke-21 dapat menjungkir-balikkan revolusi humanis, melucuti manusia dari otoritas mereka, dan memberdayakan algoritma non-manusia. Jika Anda merasa ngeri dengan arah ini, jangan salahkan para ahli komputer. Tanggung jawab sebenarnya berada di tangan para ahli biologi. Penting untuk disadari bahwa segala kecenderungan ini lebih banyak didorong oleh wawasan biologis ketimbang sains komputer.

Sains hayati inilah yang menyimpulkan bahwa organisme adalah algoritma. Jika ini tidak terjadi–jika organisme berfungsi secara inheren berbeda dengan algoritma–maka komputer dapat menghasilkan keajaiban di bidang lain, di mana mereka tidak dapat memahami kita dan mengarahkan kehidupan kita, dan pastinya mereka tidak bisa melebur bersama kita. Namun begitu para ahli biologi menyimpulkan bahwa organisme adalah algoritma, maka mereka membongkar dinding pembatas antara yang organik dan yang anorganik, mengubah revolusi komputer dari perkara mekanis murni menjadi bencana biologis, dan memindahkan otoritas dari manusia ke algoritma jaringan.

Jika proyek terbesar manusia abad ke-20 adalah mengatasi kelaparan, wabah dan perang, maka proyek baru abad ke-21 adalah menggapai keabadian, kebahagiaan dan keilahian. Jika tujuan dari proyek terbesar abad 20 tersebut adalah melindungi norma universal seperti kelimpahan, kesehatan dan perdamaian bagi semua orang tapa kecuali, maka proyek baru abad 21 juga diharapkan bisa melayani seluruh umat manusia.

Namun, karena proyek-proyek abad 21 itu nyatanya bertujuan untuk melampaui alih-alih menjaga norma universal, maka itu dapat menciptakan kasta baru manusia-super yang akan meninggalkan akar-akar liberal dan memperlakukan manusia normal tidak lebih baik dari perlakuan orang Eropa abad ke-19 terhadap orang-orang Afrika.

Jika riset-riset saintifik dan perkembangan teknologi membagi manusia menjadi massa manusia nirguna; kaum rebahan (useless humans) dan segelintir elite manusia-super (superhumans) yang ditingkatkan, atau jika seluruh otoritas menjauh dari manusia dan berpindah ke tangan algoritma yang sangat cerdas, maka liberalisme akan runtuh. Adakah agama atau ideologi baru yang dapat mengisi kekosongan ini dan membimbing evolusi selanjutnya dari keturunan-keturunan kita yang-menyerupai-tuhan?

Baca kembali paragraf di atas. Perhatikan dua kalimat ini: “proyek baru abad ke-21 adalah menggapai keabadian, kebahagiaan dan keilahian”, dan “Adakah agama atau ideologi baru yang dapat mengisi kekosongan ini dan membimbing evolusi selanjutnya dari keturunan-keturunan kita yang-menyerupai-tuhan”.

Lalu secara khusus garis bawahi kata-kata ini: “keilahian” dan “yang-menyerupai-tuhan”! Benar-benar mengerikan. Tentang maksud dari kata-kata “yang mengerikan” tersebut, baca buku Harari lainnya: Homo Deus. Agar lebih “nyambung”, sebelum baca Homo Deus, khatamkan dulu Sapiens. Baca pula 21 Lessons for the 21st Century. Yang jelas, buku Harari yang sedang kita bincang ini (Money) merupakan ekstrak dari Sapiens, Homo Deus dan 21 Lessons. Yang jelas pula, ketiganya antara lain berisi “warning” bagi useless humans alias manusia nirguna, atawa kaum rebahan.

Komentar