Kerukunan antar umat beragama kembali diuji. Kali ini konflik di India yang melibatkan pemeluk Hindu dan Muslim. Tokoh Muslim Indonesia Haidar Bagir ikut angkat bicara. Tokoh yang masuk daftar 500 Muslim berpengaruh dunia versi ‘The Muslim 500: The World’s 500 Most Influential Muslims 2020’ mengecam  keberpihakan aparatur negara kepada para pelaku.

Katanya, “Di Palestina melibatkan Yahudi fanatik, di Myanmar (melibatkan) Budhis intoleran, kini umat Islam ditindas (oleh Hindu) di India. Amit-amit jadi awal genosida, sebab mulai Perdana Menteri sampai polisi berpihak pada ekstremis Hindu di sana.” Pernyataan di akun resmi Twitter itu beliau akhiri dengan ajakan Muslim Indonesia untuk menghindari intoleransi dan memberi contoh toleransi beragama.

Penulis buku ‘Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia’ ini mendorong pemerintah agar segera mengambil sikap, demi kemanusiaan dan keprihatinan negeri mayoritas Muslim ini kepada saudara-saudaranya (28/2/2020). Sikap Haidar Bagir soal semangat toleransi dan perdamaian sangat konsisten sehingga layak dijadikan inspirasi oleh generasi muda.

Berawal dari Sufisme

Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957. Segudang prestasi dan penghargaan pernah beliau dapatkan, sebagai akademisi maupun pegiat buku. Muhammad Iqbal dan Jalaluddin Rumi adalah inspirasi terbaik bagi Haidar Bagir, tanpa mengurangi apresiasinya kepada pemikir Muslim lain. Wajar jika pemikiran beliau condong pada kajian Filsafat dan Tasawuf.

Perihal Tasawuf, Ihya Ulumiddin karya Imam Al-ghazali menginspirasi Haidar Bagir tentang menanamkan cinta pada diri manusia. Bagi beliau, percaya kepada Tuhan itu tidak hanya sifatnya yang Maha Agung saja melainkan juga penuh cinta. “Islam tak mengizinkan pemeluknya menyisakan ruang sedikitpun bagi kebencian.” Kutipan ini sering beliau utarakan.

Jika bukan benci, pasti (atau lebih mungkin) cinta. Ekspresi cinta, utamanya kepada kemanusiaan, diwujudkan Haidar Bagir melalui pendirian Yasmin (Yayasan Manusia Indonesia), Yayasan Lazuardi Hayati, dan gerakan Islam Cinta.

Yasmin bergerak di bidang filantropi, Lazuardi di bidang pendidikan, sementara Islam Cinta merupakan pengejawantahan sufisme ala Haidar Bagir dalam dunia nyata. Demi hal terakhir, Haidar Bagir sengaja membuka akun Twitter, platform media sosial yang dijejali aktivisme sosial, untuk memperkenalkan dan mengkampayekan Tasawuf yang peruntukannya adalah cinta sesama.

 

Variasi Dakwah

Novel laris Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang kemudian diadaptasi ke film, siapa tidak tahu? Film Laskar Pelangi tak kalah bombastis dari versi novelnya dan menjadi film terlaris sepanjang sejarah Indonesia (2008) dengan 4.7 juta penonton dan berhasil mempertahankan rekornya selama delapan tahun (hingga 2016).

Proses rilis novel hingga diadaptasi menjadi film tidak mungkin dipisahkan dari peran Haidar Bagir, selaku pendiri dan pemilik Mizan Grup, tempat di mana Penerbit Bentang Pustaka (penerbit novel Laskar Pelangi) bernaung. Saat produksi film, Mizan Production berkolaborasi dengan rumah produksi lainnya (Miles Films dan SinemArt).

“Film ini (Laskar Pelangi) Mizan sekali. Dalam Arti, ada unsur agamanya, tetapi menekankan pada akhlak. Pendidikan yang tidak mengukur anak-anak dari nilai akademis.” Tutur Haidar Bagir. Mizan Grup sendiri saat ini telah menjadi salah satu penerbit berpengaruh di Indonesia. Dalam salah satu wawancaranya, Haidar Bagir mengemukakan bahwa niat awal mendirikan Mizan adalah, “…mempromosikan nilai Islam yang damai.”

Sebagai akademisi, penulis, sekaligus pegiat buku, apapun kesempatan dan kemungkinannya, tujuan utama aktivisme Haidar Bagir adalah untuk dakwah Islam yang penuh kasih dan cinta. Kita generasi muda, mari menggandakan semangatnya.

 

 

Komentar