Pagi tadi saya membaca surat Syaikhul Azhar terkait Corona, yang sudah saya share dlm status sebelum ini. Kemudian saya berinisiatif menerjemahkannya. Semoga bermanfaat.

Disclaimer: Saya belum pernah belajar langsung kepada Syaikh Ahmad al-Thayyeb. Saya hanya pembaca sebagian buku beliau, mencintai dan berdoa baik untuk beliau. Juga, saya bukan Azhari. Jadi, semoga teman-teman Azhari yang membaca ini, yang tentu lebih familiar dengan bahasa tulis dan ujar beliau, berkenan mengoreksi kekurang-akuratan terjemahan ini. Nuwun.

——————————-
Bismillahirrahmanirrahim

Anda semua tahu, dunia tempat kita hidup saat ini tengah berada dalam ancaman besar dan kesulitan serius, sebagai dampak dari penyebaran virus baru, Corona, yang sedemikian masif. Virus yang telah menginfeksi ratusan ribu manusia, menyebabkan kematian ribuan orang, dan mengacaukan kehidupan normal kita setelah menginvasi seluruh penjuru dunia.
Dalam kondisi keras semacam ini, wajib bagi kita—baik sebagai negara, bangsa, individu, yayasan maupun lembaga-lembaga—turut bertanggungjawab dengan mengambil peran masing-masing dalam melawan pandemi ini dan memutus persebarannya, juga melindungi umat manusia dari bahayanya.

Pun, kita harus selalu mengingat—dengan penuh kebanggaan, hormat, dan penghargaan—akan pengorbanan-pengorbanan yang luar biasa banyak, yang telah diberikan oleh dokter-dokter dan paramedis, dan para pekerja di bidang kesehatan. Mereka semua telah mempertaruhkan diri dan jiwa mereka, demi melawan (virus) yang menyerang seluruh umat manusia ini.
Upaya-upaya besar yang telah dilakukan oleh pihak-pihak bertanggungjawab dalam mengisolasi virus ini, sungguh membuka harapan bagi kita bahwa kita mampu mengatasi pandemi ini dan terbebas darinya. Hanya saja, kemenangan kita dalam pertempuran ini terutama bergantung pada tekad bulat kita untuk tetap memikul tanggungjawab kita masing-masing, dengan suatu tekad yang tak ada kendornya, dan keteguhan yang tak mengenal lesu dan malas.

Saya sendiri, dan berdasarkan tanggungjawab saya di Al-Azhar al-Syarif, juga atas dasar Kaidah Syar’i bahwa “Menolak bahaya itu lebih diprioritaskan daripada menggapai kemaslahatan”, dan kaidah lainnya bahwa “Bahaya yang lebih besar boleh dihilangkan dengan cara merengkuh bahaya yang lebih kecil”—berdasarkan semua itu, saya menegaskan bahwa berpegang pada saran-saran medis dan institusional yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga resmi dan kompeten, yang di antaranya adalah memerhatikan kebersihan individual, mengisolasi diri dengan social distancing, menjalankan stay at home, menangguhkan shalat Jumat dan jamaah baik dengan jumlah jamaah sedikit maupun banyak, dengan tetap menunaikan shalat pada waktunya di rumah-rumah dan tanpa berkumpul; semua ajaran tersebut dan yang lainnya—baik di Mesir maupun di negeri manapun yang di dalamnya didirikan shalat—adalah termasuk keharusan syar’i yang wajib dilakukan dan dosa bagi yang meninggalkannya. Melanggar aturan tersebut adalah sama saja dengan melanggar firman Allah, “dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri” (QS al-Baqarah [2]: 195). Hal lain yang menjadi haram secara syar’i dalam kondisi-kondisi seperti sekarang ini adalah mengarang rumor, memviralkannya, mengacaukan dan mengitimidasi masyarakat, dan menghilangkan kepercayaan mereka terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negara dalam melindungi negara dan warganya.

Dan suratku untuk Saudara-saudara kami yang terinfeksi virus Corona di Mesir dan di seluruh penjuru dunia, (percayalah) bahwa kami senantiasa bersama kalian, dengan hati dan doa kami. Kami memohon dan berdoa kepada Allah, semoga semuanya dikaruniai kesembuhan secepatnya, dan yang meninggal oleh sebab penyakit ini semoga dirahmati-Nya, juga semoga keluarga dan kerabatnya dikaruniai kesabaran dan kelapangan hati.

Dalam kesempatan ini, tak lupa saya sampaikan solidaritas Al-Azhar al-Syarif bersama seluruh bangsa dan negara, yang berjuang menghentikan penyebaran pandemi ini. Saya tegaskan pula bahwa memberikan bantuan dan pertolongan bagi yang mampu, kepada mereka yang terpapar dan menderita, di pelosok bumi manapun, adalah suatu kewajiban syar’i dan kemanusiaan. Bahkan, itu adalah penerapan praktis dari persaudaraan kemanusiaan—sebuah prinsip yang kini tengah diuji secara nyata oleh krisis ini, untuk menyingkap sejauh mana kejujuran dan konsistensi kita dalam berpegang pada nilai-nilai luhur.

Nasehat saya untuk mengangkat kegundahan ini adalah dengan berpegang pada tindakan-tindakan preventif dan cara-cara medis dan ilmiah, yang diperintahkan oleh Syariat agar kita pegang dan patuhi. Juga memperbanyak sedekah. Umat beriman bersimpuhlah kepada Allah dengan shalat dan doa agar Allah segera mengangkat kesulitan ini, membebaskan hamba-hamba-Nya dari kegundahan ini, mengilhami para ilmuwan dan peneliti, dan agar disegerakan—melalui tangan mereka—penemuan vaksin untuk virus yang berbahaya ini. Sesungguhnya Allah lah yang mengendalikan dan menguasai semua itu.

O Allah! Janganlah Engkau jadikan menguasai kami, oleh sebab dosa-dosa kami, orang-orang yang tiada takut kepada-Mu dan tak menyayangi kami, Wahai Yang paling pengasih dari semua yang pengasih.
O Sang Pengasih, Pemberi karunia, Yang Kadim kebaikan-Nya, Sang Rahman di dunia dan akhirat dan Rahim di keduanya. Wahai Yang paling pengasih dari seluruh pengasih.

Wahai Tumpuan mereka yang bersimpuh. Wahai Pelindung mereka yang memohon. Wahai Yang Menenteramkan mereka yang takut. Wahai Penolong mereka yang mengadu.

O Penyingkap bahaya! O Pembebas mala! Kami memohon kepada-Mu, bebaskanlah kami dari petaka yang kami ketahui ini, juga yang tak kami ketahui, dan yang Engkau lebih tahu tentangnya. Sungguh Engkaulah yang paling perkasa dan mulia. Dan semoga shalawat dan salam Allah terus tercurah kepada junjungan kita (Nabi) Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Ahmad al-Thayyeb, Syaikhul Azhar.

Komentar