Fenomena tentang yang haq (benar) dan bathil (salah) terus ada sepanjang zaman manusia, dari nabi Adam hingga hari ini. Membingungkan. Kiranya setiap manusia pernah terbesit pikiran tentang kenapa ada kebathilan atau kejahatan di dunia ini? Menarik memang untuk dikaji lebih dalam.
Berangkat dari keresahan dan kebingungan tentang kenapa ada kebathilan di dunia ini, maka langkah awal adalah mulai mengkaji dari awal permulaan manusia diciptakan. Secara simbolik, Allah SWT memilih substansi tanah sebagai bahan dasar menciptakan bentuk manusia, lalu ditiupkan roh–Nya untuk menyempurnakan. Hal tersebut tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 28-29.
Lebih lanjut lagi, buku “Sosiologi Islam” karya Ali Syariati (2013) mengulas secara kongkrit untuk memberikan gambaran kepada kita kenapa ada haq dan bathil lewat analisisnya mengenai penciptaan manusia, melalui kisah nabi Adam dalam Al-Qur-an. Buku ini merupakan terjemahan dari “On The Sociology of Islam” yang berisi kumpulan ceramah beliau.
Dalam bab Antropologi: Penciptaan Manusia, Kontradiksi, Tuhan dan Iblis, atau Roh dan Tanah, beliau menjelaskan bahwa manusia memiliki dua unsur kontradiktif, yakni tanah dan Roh Tuhan. Manusia berdiri diantara dua kutub yang berlawanan. Menuju kutub tertinggi, Roh Tuhan, dengan kesempurnaan, keindahan, dan kebenaran atau menuju kutub terendah, tanah, kenistaan, keburukan, dan kejahatan. Jalan mana yang akan kamu pilih?
Setiap manusia dapat menentukan pilihannya sendiri. Karena pada dasarnya manusia memiliki kehendak bebas untuk membentuk nasibnya sendiri, dan bertanggungjawab atas itu. Jarak antara tanah dan Roh Tuhan adalah tidak terhingga. Karena ketidakterhinggaan itulah, maka manusia dituntut untuk terus bergerak. Gerak manusia sejatinya harus naik, dan terus naik menuju kesempurnaan. Dari tanah menuju Roh Tuhan.
Disinilah agama turun menjadi jalan untuk manusia menuju kesempurnaan. Menurut Ali Syariati “Agama adalah jalan yang menuntun dari tanah liat menuju Tuhan dan mengantar manusia dari kenistaan, stagnasi, dan kebodohan, dari kehidupan rendah tanah liat dan karakter setani, menuju kemuliaan, gerak, visi, kehidupan roh, dan karakter ilahi”. (hal. 137) Walaupun realitanya agama juga sering disalahgunakan dan disalahartikan. Maka perlulah direnungkan, apakah kalian sedang dalam jalan yang benar menuju Roh Tuhan atau tersesat dalam kebingungan?
Dari penjabaran diatas, Sudahlah jelas bahwa adanya kebathilan di dunia ini juga merupakan bagian dari diri manusia. Namun, kritik tajam disampaikan oleh Ali Syariati untuk menggugah semangat progresifitas umat manusia, dalam halaman 139, beliau menyampaikan “Manusia berada dalam perjuangan terus menerus dalam dirinya, berjuang untuk tampil dari tanah liat menuju Tuhan, untuk naik sehingga makhluk yang terbuat dari lumpur dan endapan busuk ini dapat menerima karakteristik-karakteristik Tuhan!”
Selain membahas mengenai manusia dan prosesnya menuju kesempurnaan, buku ini juga mengkritik pertentangan kelas, kapitalisme. Ali Syariati mencoba meluncurkan kritiknya dari ranah sosiologi Islam dengan manusia sebagai obyek utama dalam faktor pendorong perubahan sosial. Manusia memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi dalam masyarakat. Manusia disini diartikan sebagai massa, atau keseluruhan, tanpa membedakan kelas sosial.
Dalam masa pengasingannya di dunia, manusia memiliki keutamaan yang diberikan oleh Allah SWT sebagai wakil-Nya di bumi. Bukan untuk mendominasi, tapi untuk saling mengasihi dan memberi arti pada dunia yang fana ini. Seluruh tanggung jawab di dunia adalah milik manusia. Maju atau mundurnya, baik atau buruknya, dan berjaya atau hancur.
Dua bab terakhir buku ini memberikan kita kesimpulan dari jalan panjang historis-simbolis yang sudah ditempuh dari lembaran awal perjalanan manusia hingga kini berakhir pada masyarakat dan manusia ideal. Masyarakat ideal yang digambarkan oleh Ali Syariati hampir sama dengan masyarakat tanpa kelas Marx, namun disini Ali Syariati menggunakan istilah ummah sebagai masyarakat ideal.
Ummah dalam sistem sosial disandarkan pada keadilan dan persamaan hak. Intinya adalah masyarakat tanpa kelas. Dalam sistem politik, masyarakat dipimpin dengan kepemimpinan yang revolusioner dan berkomitmen untuk bertanggung jawab atas gerakan dan pertumbuhan masyarakat.
Menuju pada bagian paling akhir, buku ini menggambarkan tentang bagaimana seorang manusia ideal dengan berbagai kriteria panjang. Singkatnya, manusia ideal adalah ia yang penuh cinta, bertaqwa, dan bertanggung jawab atas perannya di dunia dengan memperhatikan dan memperjuangkan hubungan harmonis antara Tuhan, alam, dan manusia.
Untuk mengakhiri, benang merah yang dapat diambil ialah memahami bagaimana dapat lepas dari kebingungan atas kondisi manusia yang berada ditengah antara tanah dan Roh Tuhan atau bathil dan haq. Sejatinya manusia harus terus bergerak dari tanah menuju Roh Tuhan, jangan malah berkubang dalam lumpur. Kebathilan akan terus ada, karena itu bagian dari hidup manusia. Jangan fokus pada bathilnya, tapi fokuslah pada prosesmu menuju kesempurnaan.
Identitas Buku
Judul : Sosiologi Islam (judul asli “On The Sociology of Islam”)
Penulis : Ali Syariati
Penerjemah : Arif Mulyadi
Jumlah Halaman : vii – 192
Penerbit : RausyanFikr Institute
ISBN : 978-602-1602-02-7