*Alfin Miftahul Khairi

Saya tidak ingin mengajak Anda untuk untuk menambah rukun iman. Terlalu jauh jika berpikiran seperti itu. Saya hanya ingin kita selalu mengingat-Nya di mana pun kita berada. Seperti halnya Tuhan yang selalu dekat dengan kita dalam Surah Al-Qaaf, ayat 16-18;

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

Cerita ini sudah terjadi beberapa tahun lalu. Tepatnya tahun 2017 silam. Tapi masih membekas di ingatan saya. Terekam di long term memory dan sesulit melupakan mantan (eh). Lagi-lagi terjadi dalam perjalanan naik bus. Bukan karena apa, terhitung sejak tahun 2001 sampai sekarang, bus sudah menjadi roda transportasi wajib bagi saya. Jika dulu karena untuk menuntut ilmu di Pulau Garam, sekarang mengabdikan diri di institusi pendidikan.

Sugeng Rahayu. Bus AKDP dengan trayek Yogyakarta-Surabaya ibarat bus pribadi bagi saya. Setiap pulang kampung ke Jawa Timur, bus SR hampir selalu menemani. Kecepatan dan kenekatan supirnya berasa jawa timuran banget, nekat. Saat itu saya dalam perjalanan ke Surabaya. Baru sampai di Madiun, bus terjebak macet. Ada perbaikan jalan yang dilakukan oleh jasa raharja. Tidak tanggung, 8 KM bus terjebak macet.

Bus AKDP jarang sekali memperhatikan kondisi psikis dan fisik para penumpang. Pernah suatu hari ada pasangan suami istri muda dengan anak kecilnya terpaksa turun dari bus karena si anak rewel minta ampun. Dan yang sering terjadi, meski bangku penumpang sudah terisi semua masih saja dipaksakan untuk diisi lagi, overload. Jika ada yang protes dengan alasan klise jawaban dari kondektur; sebentar lagi sampai dan ada yang turun.

Sebagaimana bus pada umumnya. Hiburan musik koplo jelas menjadi menu wajib. Dari Nella sampai Via, dari Brudin sampai Mahesa. Semua bergantian menghibur para penumpang. Dangdut is the music of my country, ujar Project Pop dalam lagunya. Dangdut disukai semua jenis usia. Tapi malam itu saya melihat yang berbeda.

Macet tentu membuat penumbang bus gelisah. Ada yang ingin cepat sampai rumah, ada yang letih amat sangat dan pelbagai macam keluhan lainnya. Saat macet itulah, kondektur bus SR menyetel video ceramah KH. Anwar Zahid, dai yang populer dengan julukan dai sejuta tawa. Bagi saya, hal ini merupakan yang pertama kali yang saya lihat di dalam bus. Sekali seumur hidup. Semua penumpang terlihat begitu seksama memperhatikan setiap kata yang terlontar dari beliau. Ditambah materi ceramah yang diberikan dalam video tentang keseharian kita, materi bab fiqih. Video semacam ini perlu digalakkan sebagai upaya tazkiyatun nafs para penumpang tanpa mengurangi rasa hormat kepada penumpang yang non-muslim.

Pentingnya Tazkiyatun Nafs

Menurut Abu’Abd Al-Barra’ Sa’ad Ibn Muhammad At-Takhisi dalam kitabnya Tazkiyah Nafs, proses penyucian jiwa dilakukan melalui proses yang disebutnya dengan wasilah, yaitu hubungan personal dengan Allah. Proses itu mencakup 5 hal. Pertama, melalui pintu ‘ubudiyah mahdah secara ikhlas. Hal ini tercermin melalui ketundukan, kepatuhan, dan merasa butuh kepada Allah. Kedua, memperbagus ibadah, ini merupakan wasilah terpenting dalam tazkiyah nafs dalam meningkatkan nafs di sisi Allah. Ketiga, menerima kitab Allah dengan menghafal, membaca, tadabbur, memahami, memegang teguh apa yang dihalalkan dan diharamkannya. Mengambil pelajaran dari kisah-kisahnya untuk bekal kehidupan sehari-hari. Keempat, memahami sejarah Nabi dan mengikuti petunjuknya. Kelima, muhasabah (introspeksi) dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Seyogyanya selama bulan Ramadan, intensitas kerohanian menjadi yang primer. Apa yang terjadi di dalam bus seharusnya sudah menjadi SOP PO. Bus yang ada di Indonesia. Meski hanya berdurasi satu jam. Dalam rangka wasilah kepada-Nya berupa muhasabah. Daripada menyetel video dangdut koplo yang (maaf) terkadang penyanyi perempuan berpakaian yang kurang sopan. Semoga ramadhan kali ini kita bisa memaksimalkan ibadah yang kita lakukan. Selamat berpuasa.

Komentar