Pada masa dahulu, peradaban Islam pernah berada di titik puncak kejayaan, khususnya pada saat periode yang sering disebut dengan “Golden Age” yang terjadi selama abad ke-8 sampai abad ke-14. Periode ini dimulai pada masa dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa khalifah Al-Ma’mun (813 M – 833 M). Saat inilah Islam berkembang pesat menjadi mercusuar peradaban dunia sekaligus pusat ilmu pengetahuan yang berhasil melahirkan para ilmuwan muslim yang menciptakan penemuan dan kemajuan dalam berbagai bidang. Terutama di Baghdad dengan Baitul Hikmah yang berkembang di sana dan Cordoba dengan perpustakaan yang menjadi pusat riset dan intelektual dunia, dimana Bahasa Yunani Kuno diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab supaya Kaum Muslimin mengetahui ilmu pengetahuan yang sedang berkembang.
Tokoh ilmuwan Muslim seperti Al-Khawarizmi dalam bidang Matematika, Al-Battan bidang Astronomi, Al-Ghazali bidang filsafat, Al-Razi bidang kimia, Ibnu Sina bidang kimia dan kedokteran yang banyak menyumbangkan keahliannya untuk peradaban Islam. Namun tidak terbatas pada dunia Islam saja, perkembangan ilmu pengetahuan di seluruh dunia juga mendapat manfaat dari kontribusi yang mereka berikan. Kita beralih melihat ke masa sekarang, faktanya Umat Islam tidak lagi memimpin berbagai inovasi dan ilmu pengetahuan yang menjadi perubahan signifikan antara kejayaan dan tantangan di masa lampau dengan saat ini. Beberapa negara Islam berada dalam keterbelakangan ilmu pengetahuan dan konflik internal juga menjadi penyebab adanya evolusi tersebut. Pertanyaan mendasar yang pasti muncul di benak kita pasti, akankah Islam bisa berjaya lagi seperti dulu?
Masa keemasan Islam pasti tidak luput dari beberapa faktor yang mendukung berkembangnya dinamika peradaban Islam. Salah satu faktor yang menjadi kunci pada masa Abbasiyah yakni toleransi yang kuat kepada agama dan budaya lain, sehingga mampu menghasilkan pertukaran budaya dan melahirkan penemuan-penemuan baru yang memiliki kinerja tinggi dan bermanfaat (Sabarudin et al., 2023). Jadi, para ilmuwan yang berasal dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda bekerja sama dalam mengintegrasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Faktor lain yang memantik perkembangan peradaban Islam berasal dari motivasi untuk selalu menuntut ilmu yang diajarkan oleh Agama Islam. Dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat banyak perintah yang menekankan pentingnya belajar dan mengembangkan diri. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah swt. akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (H.R Muslim). Faktor selanjutnya, para penguasa dan khalifah yang senantiasa memberikan dukungan penuh demi terciptanya lingkungan yang kondusif bagi para ilmuwan yang berkontribusi memajukan ilmu pengetahuan. Salah satu caranya dengan membangun lembaga pendidikan yang mewadahi dan menyelenggarakan beasiswa bagi para cendekiawan dan ilmuwan yang memiliki semangat belajar, sehingga menjadi investasi terselenggaranya pendidikan yang maju.
Kondisi Umat Islam saat ini memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan masa keemasan Islam. Banyak tantangan yang berpotensi menjadi sebab terjadinya kemunduran peradaban Islam masa modern ini. Menurunnya iman dan semangat seorang Muslim dalam menuntut ilmu menjadi salah satu sebab yang paling berpengaruh saat ini, mereka kurang termotivasi oleh semangat dan tujuan para ilmuwan dan cendekiawan Muslim dalam memperdalam pengetahuan. Lembaga Pendidikan Islam yang fasilitasnya kurang mendukung juga menjadi penghambat generasi muda dalam mengembangkan dan menyebarkan ilmunya. Terkadang pada zaman modern ini Pendidikan hanya dianggap sebatas melaksanakan kewajiban dan mengejar gelar sarjana saja, bukan menganggapnya sebagai salah satu kebutuhan sebagai seorang Muslim untuk memperdalam pengetahuan.
Mindset yang tertanam dalam pikiran sebagian orang cenderung menginginkan sesuatu yang lebih konsumtif daripada produktif, sehingga mereka lebih senang mengonsumsi barang atau teknologi yang sudah ada daripada harus sibuk menghabiskan waktu untuk menciptakan karya yang belum pernah ada sebelumnya. Begitu pula dengan minimnya perkembangan riset yang dilakukan Muslim zaman sekarang dan para pemimpim Muslim yang memangkas anggaran investasi dalam pendidikan juga menjadi sebab kemunduran peradaban Islam saat ini.
Apalagi di era yang serba digital ini semua informasi dapat diakses dengan mudah bahkan tanpa perlu melakukan riset pribadi, namun jika hal ini terus dinormalisasikan maka Umat Islam akan terus tertinggal karena tidak dapat bersaing dalam hal riset dan inovasi baru di tingkat global. Selain itu, negara-negara Islam yang dilanda konflik internal berkepanjangan mengakibatkan Sumber Daya Manusia di negara Islam tersebut mengalami penurunan, serta menghambat perkembangannya dalam berbagai aspek. Itulah yang menjadi penyebab negara Islam kesulitan dalam bersaing dengan negara maju, sehingga zaman modern ini Islam tidak sejaya dahulu.
Dari semua tantangan yang dihadapi Umat Muslim selama evolusi peradaban Islam dari dahulu sampai sekarang, kita dapat mengembalikan agama yang kita cintai ini kembali ke masa kejayaan. Tentunya butuh perjuangan, dukungan dan kerja sama dari semua Umat Muslim di dunia. Langkah pertama yang dapat dilakukan dengan merevitalisasi kualitas Pendidikan yang kokoh dan fokus pada Al-Qur’an dan sains, dengan membuat kurikulum Pendidikan yang dapat mengintegrasikan segala ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai yang termuat dalam ajaran Islam. Cara ini akan memudahkan pemahaman generasi muda dalam kebiasaan berpikir kritis, kreatif, dan analitis sehingga ia mampu memilah dan mengolah segala informasi yang ia dapatkan.
Langkah kedua yakni dengan adanya dukungan penuh dari pemimpin Muslim untuk menyediakan segala fasilitas yang berhubungan dengan pelatihan dan penelitian para ilmuwan muda, tidak memangkas anggaran Pendidikan di tingkat manapun, serta mengkolaborasikan kemampuan antara pemerintah, universitas, bahkan industri untuk menciptakan inovasi yang terbaharukan. Langkah yang terakhir, yakni dengan adanya upaya untuk mempererat persatuan Umat Muslim dan mengubah pola pikir masyarakat yang semula konsumtif menjadi produktif.
Umat Islam harus bahu-membahu untuk mencapai tujuan bersama dan menghindari terjadinya konflik antar Umat Islam sehingga tercipta lingkungan yang mendukung untuk evolusi peradaban Islam yang lebih berkualitas. Adanya upaya untuk mengubah pola pikir yang produktif bisa dimulai dengan mengedukasi semua Umat Muslim terutama generasi muda tentang pentingnya inovasi baru pada Era Digital ini. Hal ini bertujuan untuk mendorong mereka supaya mampu berkontribusi secara nyata dalam menciptakan dan menginterpretasikan pengetahuan yang mengandung nilai-nilai dalam ajaran Islam supaya tidak termakan oleh zaman.
Masa keemasan Islam bukan hanya sebatas takdir yang telah Ia tetapkan, tetapi didalamnya memuat kerja keras, dedikasi, dan kolaborasi para ilmuwan Muslim dalam mengembangkan Agama Islam dari zaman kegelapan hingga mampu meraih masa kejayaannya. Pada masa ini pula menjadi bukti sejarah bahwa Umat Islam pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan inovasi di tingkat global. Namun, karena terjadi beberapa tantangan dalam perjalanan Umat Islam, menyebabkan terjadinya kemunduran pada masa keemasaan Islam.
Untuk merevitalisasi masa keemasan Islam dahulu, seluruh Umat Muslim perlu meneladani semangat dan kegigihan para ilmuwan Muslim dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Islam sehingga mampu membawa kembali masa kejayaan Islam di Era Modern ini. Untuk mewujudkannya kita perlu usaha dan keyakin bahwa Allah swt. meridhoi dan mewujudkan niat kita, serta kita harus berkomitmen bahwa masa keemasan Islam bukan hanya sesuatu yang hanya dipandang sebagai kenangan saja, tetapi sebuah motivasi dan inspirasi untuk dapat membangun kembali peradaban keilmuan yang berlandaskan oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.