Pandemi Covid-19 telah membawa dampak bagi semua. Kegiatan- kegiatan yang sebelumnya offline dialihkan menjadi online. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan virus dan menerapkan social distancing.

Pandemi ini bertahan hingga Ramadan 2021. Adapun, bulan Ramadan di tengah pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi umat islam. Jika sebelumnya orang berlomba-lomba mencari berkah ramadan dengan melaksanakan kegiatan keagamaan secara offline, seperti melaksanakan kajian di tempat umum, maka sekarang dialihkan dengan cara virtual atau online melalui beberapa platform media sosial.

Namun, hal ini tidak membuat semangat umat islam padam. Kemajuan teknologi telah menjadi problem solving di tengah pandemic. Selama Ramadan beberapa organisasi keagamaan di IAIN Surakarta juga mengadakan kegiatan keagamaan melalui virtual.

Seperti ukmi mengadakan kajian virtual dengan mengundang tokoh keagamaan melalui gmeet, JQH mengadakan rutinan tiap sore melaui live di Instagram serta kajian yang berbasis online via gmeet. Terdapat pula ngaji virtual bersama KH. A Bahauddin Nursalim (Gus Baha) melaui podcast, Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama islam di Banyumas, Jawa Tengah, juga mengadakan kegiatan pesantren virtual ramadan yang diikuti oleh santri online untuk persyaratan hanya dengan mendaftar melalui guru keagamaan di sekolah masing masing.

Terdapat pula hafalan melaui online serta kuis dan kisah para nabi. Kegiatan ini terdapat pula hadiah uang tunai yang membuat bulan Ramadan menjadi semakin meriah. Dilansir dari detiknews terdapat pula kajian yang biasanya dilaksanakan di kediman kiai, sekarang dialihkan secara daring, kajian disampaikan melalui live streaming facebook. Sebagian memilih Youtube, Zoom maupun Instagram. Kajian online tersebut simple serta tidak terikat ruang dan waktu, asalkan ada kuota internet semua bisa diakses dengan mudah

Dengan banyaknya fenomena ngaji berbasis virtual tersebut tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para millineal. Yang mana banyak ustaz kondang, ulama maupun para kiai ikut membuat konten keagaaman melalui media sosial.

Saat ini di tengah pandemi, tiktok juga menjadi salah satu aplikasi yang digandrungi oleh anak-anak dan generasi milenial. Maka dari itu banyak para dai atau ustaz yang juga memanfaatkan aplikasi tersebut sebagai media dakwah yang inovatif  dan afektif jika sesuai dengan syariat islam serta mudah diterima oleh kaum muda. Cara penyajiannya yang menarik serta diiringi dengan musik membuat tiktok mudah diterima. Dengan hal ini dapat pula menjadikan tiktok sebagai platform yang bersih dari konten negatif.

Semenjak adanya ngaji virtual membuat generasi milenial mudah dalam menyimak kajian. Banyaknya konten yang menyesuaikan bahasa kaum muda serta konten yang langsung pada pokok pembahasan yang ditambahkan dengan video atau gambar yang menarik.

Hal ini dapat mempermudah dalam meyampaikan dakwah melalui berbagai platform dalam media social.  Kajian berbasis online juga mudah disimpan serta dibuka kembali, tetapi banyak pula yang asal memilih tanpa memerhatikan kapasitas ilmu yaag dibawakan oleh ustaz maupun ulama.

Kendati, dalam pemilihan konten keagaamaan kita harus paham asal memilih supaya tidak terjadi kesalafahaman yang fatal. Seperti yang terjadi pada berita yang belum lama ini, bahwa terdapat jamaah mengikuti kajian online yang mana bertemu dengan ajaran radikalisme yang menjeremus pada teroris.

Disinilah yang menjadi kekhawatiran bagi semua orang di dunia. Maka itu, alangkah baiknya untuk bijak memilih konten keagamaan dan tak lupa untuk berguru pada ustaz atau kiai yang sudah ahlinya.

Komentar