“Allah mengasihi hambaNya dalam ragam cara. Kadang, lewat berkah rasa sakit fisik. Inilah rahasia Ilahiyyah. Sakit hanyalah gerbang bagi sementara orang untuk mengarungi samudera spiritual. Juga menajamkan mata batin. Dalam sakit, manusia mudah dihamparkan pengetahuan Malakutiyyah. Itulah jalan baginya untuk menyatu dalam Lahutiyyah. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan” (Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag, Rektor IAIN Tulungagung).

Semua kita tentunya berharap segala kebaikan menimpa diri kita. Kesehatan sering kita anggap sebagai salah satu kebaikan yang kita harap senantiasa membersamai kita. Tidak ada yang sejak awal memilih sakit ketimbang sehat. Dalam pandangan manusia umumnya, kesehatan adalah kebaikan yang diharap selalu menyertai hari-hari mereka, sedang sakit adalah keburukan yang diharap selalu jauh dari hidup mereka. Dalam doa, kita panjatkan permohonan panjang umur, sehat jasmani dan rohani, jauh dari penyakit dan rasa sakit. Kepada saudara yang sakit, kita tunjukan rasa simpati dengan mendoakannya segera sembuh dan beraktifitas seperti sedia kala.

Tapi Allah Maha tak terbatas. Sehat sebagai kebaikan yang selalu kita mohonkan dan sakit sebagai kejelekan yang senantiasa tidak kita inginkan, adalah batasan-batasan yang hanya mengikat manusia. Adapun Allah, tak sesuatu pun, tak seorang pun membatasi-Nya. Memang Dia membuat aturan-aturan tertentu, yang biasa kita sebut Sunnatullah, yang berlaku di semesta ini. Tapi Sunnatullah itu mengatur dan mengikat makhluk, tidak sama sekali mengkerangkeng Khalik, Sang Pembuat aturan. Dalam kerangka ini, Allah tidak terikat dengan “aturan” bahwa anugerah harus selalu berupa kesehatan dan ujian harus selalu berupa rasa sakit. Allah tidak berada dalam lingkar “kaidah” bahwa kasih sayang-Nya harus selalu berupa pemberian nikmat kesehatan dan murka-Nya harus senantiasa berupa pemberian rasa sakit.

“Allah mengasihi hambaNya dalam ragam cara,” demikian Pak Rektor menggambarkan salah satu bentuk kemahaluasan dan ketakterbatasan Allah. Dia tidak terikat dengan hanya satu ragam dalam memberikan kasih sayang pada hamba-Nya. Dia tidak dibatasi dengan hanya satu cara dalam memberikan karunia-Nya. Dalam keluasan, keleluasaan, dan kewenangan-Nya yang tak terbatas, bisa saja Allah mengasihi hamba-Nya justru dengan menimpakan rasa sakit. Bagi si hamba yang bersangkutan, sakit yang dirasakannya bukan lagi ujian yang memberatkan melainkan keberkahan yang meluaskan dan meringankan.

Tentu saja, atas keluasan ilmu dan kedalaman kasih sayang-Nya, Allah tidak akan menimpakan karunia berupa rasa sakit kecuali kepada hamba yang layak dan sanggup menanggungnya. Kita mengenal kisah Nabi Ayyub yang hidupnya akrab dengan rasa sakit. Di mata awam, Nabi Ayyub didera sakit yang tidak ringan, pun tidak sebentar. Tapi gegabah belaka jika kita katakan Allah murka terhadap Nabi Ayyub lalu menghukumnya dengan penyakit berkepanjangan. Di mata Allah, apa pun yang Dia berikan atau timpakan kepada para nabi-Nya adalah sepenuhnya karunia dan bentuk kasih sayang-Nya.

Bagi para nabi, para wali, para arif dan ahli hikmah serta kalangan tertentu, “sakit hanyalah gerbang untuk mengarungi samudera spiritual.” Bagi mereka-mereka, sakit justru membawa ke luasnya samudera spiritual, membawa ke kedalaman samudera hikmah, dan menajamkan mata batin. Alih-alih jadi beban dan penderitaan, bagi mereka rasa sakit malah menjadi wasilah bagi terbukanya hamparan pengetahuan Malakutiyyah. Hamparan pengetahuan nan luas tak berbatas, sarat dengan rahasia-rahasia semesta dan penciptaannya. Hamparan pengetahuan yang hanya dapat ditangkap dengan kebeningan hati, kelapangan kesadaran akan nilai-nilai Rabbaniyah, dalam sinaran iman yang mapan dan kokoh-kuat.

Nilai-nilai Malakutiyyah inilah yang kemudian membawa mereka ke hamparan yang lebih tinggi, lebih luas, tetapi begitu nyata, begitu dekat, bahkan mereka “menyatu” dalam anasir Lahutiyyah. Puasa Ramadhan kali ini semoga membukakan dan menghantarkan kita setidaknya selangkah lebih dekat ke hamparan Malakutiyyah, meski tentu umumnya kita di sini tidak ingin semua itu kita tebus dengan rasa sakit!

Komentar