Dr. H. Abdul Mustaqim*
Konsep persaudaraan yang dibingkai oleh nilai -nilai kebangsaan adalah keniscayaan sejarah (min lawazim al- tarikh). Sebab kita sebagai masyarakat bangsa Indoensia memang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, pilihan partai politik dan bahkan agama. Kebhinnekaan ini mesti kita rawat dan kita kelola dengan baik, agar keutuhan dan persatuan bangsa tetap terjaga.
Al-Qur’an menegaskan bahwa “Wahai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian terdiri dari laki laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah Swt adalah yang paling takwa…” (Q. S. Al Hujurat: 13).
Ayat tersebut merupakan argumentasi teologis-filosofis untuk menumbuhkan kesadaran persaudaraan antara anak-anak bangsa yang diikat oleh nilai-nilai ukhuwah wathaniyah.
Pemilu baru saja kita laksanakan, dan hasil yang resmi kita masih harus menunggu dari KPU, meski sudah ada perhitungan sementara dari Quick Count yang menyatakan parlin 01 unggul dari 02.
Kita semua mesti bisa menahan diri, jangan terlalu gembira bereforia bagi yang merasa menang, dan juga jangan terlalu sedih, bagi yang merasa belum menang. Biasa saja, dalam sebuah pertandingan ada yang menang ada yang kalah.
Kemenangan hakiki sesungguhnya adalah bagi mereka yang bisa menahan diri dari berlebih-lebihan. Segala bentuk sikap berlebihan tentu tidak baik, karena Al Quran selalu mengajarkan sikap tawassuth (moderasi). Lihat Q.S. Al Baqarah: 143.
Lalu apa nilai-nilai yang mampu memupuk semangat ukhuwah wathaniyah? Terlebih setelah pemilu ini. Setidaknya ada lima nilai yaitu;
Pertama, nilai cinta dan kasih sayang. Semangat cinta dan kasih sayang sebagai sesama anak bangsa harus terus kita tanamkan. Bahwa kita memang memiliki perbedaan agama, suku bahasa dan bahkan pilihan partai dan organisasi sosial keagamaan. Namun, hal itu jangan sampai merusak ikatan ukhuwah warhaniyah sebagai bangsa Indonesia. Perbedaan tersebut harus kita dudukkan sebagai sarana untuk berkompetisi (fastabiqul khairat) yakni untuk mendedikasikan prestasi terbaik bagi bangsa Indonesia ini.
Semangat cinta kasih (al-mahabbah wal mawaddah) akan mampu mengatasi sekat- sekat etnis, politis, dan ideologis, sebab cinta kasih yang tulus, tentu juga merasa empati bagi pihak pihak yang sedang berduka. Ia tidak terlalu besar kepala dalam melampiaskan kesenangannya di hadapan mereka yang sedang susah.
Kedua, nilai toleransi (al- tasamuh), nilai ini sangat penting untuk memupuk ukhuwah wathaniyah. Bersikap toleran, tidak kaku, saling menghargai dalam perbedaan merupakan keniscayaan dalam kehidupan masyarakat majemuk. Nabi Saw mengajarkan model keislaman yang toleran. Dalam salah satu sabdanya, Beliau permah bersabda. “Saya diutus untuk membawa agama yang samhah (toleran)”.
Ketiga, nilai solidaritas (al-tadlamun). Solidaritas yang tinggi terhadap sesama anak bangsa jelas sangat diperlukan bagi terwujudnya ukhuwah wathaniyah untuk menjaga NKRI. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia ini juga sering terkena musibah bencana. Maka diperlukan uluran tangan dan bantuan baik moral maupun material buat mereka yang sedang terkena musibah, tanpa melihat apa suku, partai politik dan agamanya. Membantu ya membantu, karena Allah tulus, tidak tendensius apalagi dibumbui untuk kepentingan partai tertentu.
Keempat, nilai moderasi (tawassuth). Bersikap moderasi dalam beragama, berpikir, bersikap. Tidak ekstrem dalam bersikap, merupakan keniscayaan hidup, di tengah tengah kehidupan yang multi agama dan multi kultur. Al Quran menegaskan bahwa umat Islam ini dijadikan sebagai ummatan wasathan, umat yang moderat agar menjadi saksi sejarah dan contoh. (Q. S. Al Baqarah :143). Oleh sebab itu, sikap moderasi ini harus kita realisasi dalam konteks hubungan antar umat dan inter umat beragama sekalipun.
Sikap moderasi akan mengantar kepada kesediaan untuk mendengar dan menghargai pendapat orang lain serta terbuka menerima kritik dan saran.
Kelima, nilai ta’aruf saling mengenali antara satu komunitas dengan yang lain. Dari saling kenal, maka akan muncul upaya mewujudkan hal yang ma, ruf (baik). Bukankah tak kenal maka tak sayang? Lalau kita mau saling mengenal dengan baik, akan tumbuh nilai- nilai kebaikan yang lain. Dari situ, kita akan dapat melakukan kerjasama untuk memajukan pembangunan bangsa ini.
Walhasil, semangat ukhuwah wathaniyah persaudaraan yang diikat oleh nilai nilai kebangsaan, sangat penting untuk terus kita rawat. Bagi yang nantinya ditetapkan KPU menang dalam pemilu tahun ini harus mampu merangkul semua anak bangsa, demi keutuhan NKRI. Bagi yang dinyatakan kalah, juga harus legowo. Mari kita kawal proses demokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan ini dengan kritis, tanpa anarkhis, bijak dan dewasa. Semoga!
* Kaprodi Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga dan pengasuh PP Lingkar Studi Quran (LSQ) Arrahmah Yogyakarta.