Ramadan telah tiba, kini umat muslim akan berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan beribu kebaikan yang ditawarkan, bagaimana mungkin seorang muslim akan melewatkan kesempatan melalui bulan suci ini dengan menganggapnya biasa saja.
Bulan Ramadan ialah bulan istimewa. Pada bulan ini amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya, terbuka luas pintu ampunan bagi dosa-dosa, dan terbukanya langit untuk doa-doa. Sungguh nikmat tiada tara. Oleh karena itu, tepat jika bulan Ramadan menjadi bulan paling dinanti-nantikan oleh umat muslim di seluruh dunia.
Bulan Ramadan merupakan sebuah momentum, tidak hanya sebagai ajang untuk memperbanyak ibadah dan ritual-ritual keagamaan lainnya, namun juga sebagai jalan untuk meningkatkan ketaqwaan. Seperti misalnya, dengan meningkatkan kekhusyukan sholat, tadarus, berdzikir, dan keikhlasan dalam berpuasa.
Kunci untuk dapat lebih dekat dengan Tuhan bukan hanya dengan menjalankan ibadah sebagai formalitas belaka. Buku karya Husein Ja’far Al-Hadar yang berjudul “Seni Merayu Tuhan” agaknya menjadi santapan lezat untuk memuaskan dahaga kaum muslim tentang bagaimana mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan jalan merayu-Nya.
Husein Ja’far Al-Hadar merupakan salah satu pendakwah muda milenial yang terkenal di berbagai platform digital. Beliau akrab dipanggil Habib Ja’far. Beliau digemari oleh kawula muda karena cara berdakwahnya yang nyentrik dan sederhana, sehingga mudah dicerna.
Buku ini ditulis dengan gaya khas beliau yang santai dan mudah untuk dipahami. Dengan mencantumkan sumber-sumber Al-Qur’an dan Hadis membuat buku ini teruji kebenarannya. Sangat cocok untuk para milenial dan Gen-Z.
Meracik Rayuan Pada Tuhan
Husein Ja’far dalam bukunya menjelaskan bahwa salah satu jalan paling syahdu untuk merayu Tuhan adalah dengan berdoa. Sebagai seorang hamba, sudah seyogianya berdoa dengan tulus dan rendah hati. Sehingga tujuan kita adalah merayu, bukan mendikte kehendak-Nya.
Dalam proses berdoa, kita juga perlu meromantisasi kata agar meresap ke dalam jiwa. Gunakanlah bahasa hatimu dengan penuh ketulusan. Seperti halnya syair Abu Nawas. Berdoalah untuk memohon dengan selalu husnudzon pada kehendak-Nya dan selalu meninggikan Dzat-Nya.
Teruslah berdoa kepada-Nya, karena kepada siapa lagi kita memohon? Tentu hanya kepada Allah Swt. Jika memang doamu belum terkabul, tetaplah husnudzon pada takdir-Nya. Seperti kata Sayyidina Ali, “Jika Allah mengabulkan doaku, maka aku berbahagia. Tapi, jika Allah tidak mengabulkan doaku, maka aku lebih berbahagia. Karena yang pertama adalah pilihanku, sedangkan yang kedua adalah pilihan-Nya”.
Selanjutnya, prinsip utama dalam seni merayu Tuhan ialah bagaimana seorang hamba sadar bahwa surga dan neraka tidak ditentukan oleh amal saja, namun semua itu atas rahmat Allah Swt. Oleh karena itu, kita perlu mengupayakan aktivitas-aktivitas yang kiranya membangun hubungan penghambaan kepada Allah Swt. sehingga Ia mau memberikan rahmat kepada kita.
Momentum bulan Ramadan ini harus benar-benar dimaksimalkan. Menjalani puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum saja, namun juga menjaga lisan dan hati dari segala keburukan hawa nafsu. Daripada sibuk menggunakan lisan untuk menggunjing (baca: membicarakan) orang atau peristiwa, akan lebik baik jika lisan digunakan untuk berdzikir dan berdoa kepada Allah Swt.
Laku ibadah bukan hanya sekadar gerakan, melainkan kebatinan. Selain tau tentang rukun dan syarat sahnya, perlu juga memahami dan meresapi makna dibalik ritual yang dilakukan. Ibadah juga merupakan aktivitas rayuan yang harus dilakukan secara tulus untuk menghamba kepada Allah Swt.
Segalanya Untuk Allah Swt
Syahdan Husein Ja’far memberikan sembilan kategori manusia yang dicintai oleh Allah Swt. diantaranya ialah orang yang berbuat baik, mengikuti jalannya Nabi Muhammad Saw., bertaqwa, bersabar, bertawakal, berlaku adil, bersatu, bersih, dan orang-orang yang bertaubat.
Dari kategori-ketegori tersebut, dapat dilihat bahwa selain melakukan ibadah, aktivitas-aktivitas harian juga merupakan wujud rayuan pada Tuhan. Contohnya, berbuat baik kepada teman, tolong-menolong, berlaku adil terhadap masyarakat, bersabar menghadapi cobaan, dan lain sebagainya. Asalkan semua aktivitas tersebut dilandaskan pada penghambaan kepada Allah Swt.
Karena jika setiap perbuatan tersebut hanya untuk memamerkan diri dan menginginkan pujian, maka ia melakukan perbuatan itu hanya untuk dirinya sendiri, bukan karena Allah Swt. Astagfirullah. Terkadang kita luput terhadap hal-hal seperti ini.
Mungkin memang dosa kita bukan maksiat atau mencuri, namun merasa lebih baik dan benar dari orang lain. Kita terkadang lupa bahwa ada Dzat Maha Agung yang telah memberi segala nikmat di dunia. Oleh karenanya, hati harus dibersihkan dari sifat iri, sombong, suka pamer, berlebih-lebihan, dan sifat buruk lainnya.
Sebagai seorang hamba, kita harus senantiasa meniatkan segala aktivitas di dunia ini untuk menghamba pada Allah Swt. dengan penuh keikhlasan. Dengan selalu berprasangka baik kepada-Nya, Insyaallah, akan baik pula hasilnya. Tebarkanlah kebahagiaan kepada orang-orang disekitarmu, jangan penuhi dengan permusuhan. Berbahagialah!
Akhir kata, buku ini sangat cocok dijadikan bahan bacaan untuk mengisi waktu luang di bulan Ramadan ini. Bukan hanya sekadar bermanfaat, namun juga membuka mata kita bahwa tidak perlu jauh-jauh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, karena Tuhan ada di hatimu.
Tentang Buku:
Judul : “Seni Merayu Tuhan”
Penulis : Husein Ja’far Al-Hadar
Penerbit : Mizan
Jumlah Halaman : 228
Tahun terbit : 2022