Islamsantun.org. Ajaran agama Islam adalah nasihat untuk umat manusia. Ajaran Islam sebagai kritik sosial kehidupan manusia. Agar manusia tetap kokoh di jalan yang benar sesuai fitrah penciptaan. Selalu condong kepada kebaikan kebenaran-keadilan dan kesejahteraan hidup.
Perilaku manusia yang menyimpang menjadi objek kritiknya. Godaan setan penjerumus dan menyesatkan manusia mencapai puncak spiritual dan rohaniahnya. Karakter manusia yang condong menurut hawa nafsu untuk menyimpang yang seharusnya. Puasa mengendalikan hawa nafsu manusia agar cenderung kepada keutamaan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala befirman:
۞ لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
“Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”(QS. Al-‘Imran 3: Ayat 186)
Kritik terhadap pemanfaatan harta dan keluarga. Harta sebagai sarana manusia mencapai kemuliaan atau sebaliknya sebagai sumber manusia terjebak pada kerusakan dan kesengsaraan. Penderitaan karena menggunakannya untuk bermaksiat.
Kritik terhadap perilaku ekonomi yang boros, ekonomi destruktif merusak lingkungan eksploitasi, sehingga menyebabkan bencana ekologi, pencemaran lingkungan dan kerusakan yang mengancam keselamatan ekosistem.
Kritik terhadap ekonomi kapitalisme yang mencekik yang lemah, tidak adil dan eksploitasi kelompok rentan. Kritik terhadap paham yang menyekutukan Allah Swt. Kemusyrikan, kemungkinan, kebodohan iman.
Beragama sebagai kritik sosial tentang subjek yang berpolah. Dalam buku Shahih Fadhail A’mal, Syekh Musthafa Al-‘Adawi, menukilkan riwayat dari Imam Muslim:
عن أبي رُقية تميم بن أوس الدَّاري : أن النبيَّ ﷺ قال: الدِّين النَّصيحة، قلنا: لمَن؟ قال: لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمَّة المسلمين وعامَّتهم
“Dari Tamim ad-Dari, Rasulullah SAW bersabda, “Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya “Untuk siapa wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk para pemimpin kaum muslimin dan kalangan umum.”
Sementara HR Abu Dawud 4944 dan an-Nasa’I (7/156) Muhammad bin Hatim riwayatnya telah disertai dari jalur lain dalam riwayat Muslim. Makna nasihat bagi Allah adalah iman kepada-Nya, mentauhidkan, menjalankan perintah serta menjauhi laragan-Nya. Begitu pula dengan nasihat untuk Kitabullah adalah mentadaburkannya.
Krisis ekonomi dan keterbatasan akses politik, sosial, dan ekonomi menambah kesulitan orang miskin untuk memperbaiki kehidupannya. Lantas, di manakah peran agama? Makna Islam yang paling murni bukanlah terletak pada rumusan teologisnya, tetapi muncul dari pergulatan hidup sehari-hari umatnya untuk menegakkan keadilan, keadaban (amar ma’ruf) dan menghidupkan cita-cita kemanusiaan yang merdeka, bebas, dan terhormat (nahi ’annil munkar).
Menurut Muslim Abdurrahman mengamalkan Islam dan mengamalkan kesalehan sama halnya melakukan kritik sosial dalam rangka menghidupkan terus-menerus cita-cita keadilan dan kesetaraan manusia itu sendiri.
Muslim menawarkan Islam bersuara transformatif. Islam lahir sebagai kritik sosial terhadap hegemonitas struktur sosial yang tidak adil yang membuat marginalisasi kaum pinggiran. Struktur yang tidak adil juga membatasi akses perubahan bagi kaum marginal. Pendiri Lembaga Kebajikan Umat ini selalu mengategorikan tiga tingkat kemiskinan, yaitu kemiskinan institusi politik, kemiskinan institusi ekonomi, dan kemiskinan institusi keagamaan.
Kehadiran teologi baru menjadi tumpuan dan harapan untuk mengatasi kemelut sosial dan kemanusiaan. Sebuah rumusan syariah yang pro kemanusiaan yang mungkin bisa membangkitkan kembali kesadaran bahwa kesengsaraan bukanlah merupakan gejala ekonomi dan politik. Kesadaran bahwa kesengsaraan merupakan tantangan kemanusiaan yang harus dijawab dengan tanggung jawab bersama-sama (Moeslim Abdurahman, Suara Tuhan Suara Pemerdekaan (Menuju Demokrasi dan Kesadaran Bernegara), Yogyakarta: Impulse dan Kanisius, 2009).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala befirman:
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 135).
Menjadi penegak keadilan. Menjadi saksi yang adil. Adil terhadap diri sendiri, ibu bapak, saudara kaum kerabatmu. Kaya ataupun miskin. Jangan ikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jangan memutar balik fakta dengan kata-kata .Enggan jadi saksi.
Amar Ma’ruf nahi mungkar. Mengajak kepada kebaikan. Mencegah kemungkaran. Menjaga dari dari kejahatan kemungkaran. Meluruskan yang menyimpang dan memperbaiki keimanan kepada Allah Swt.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala befirman:
وَيٰقَوْمِ اَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ
“Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan di Bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Hud 11: Ayat 84)
Penuhi takaran dan mizan dengan adil. Fenomena para pedagang yang tidak jujur ketika berniaga dengan mengurangi takaran dan mencampur suatu komoditas yang jelek dengan yang bagus dan menjualnya dengan harga yang bagus, sehingga merugikan konsumen yang lain. Cara berniaga seperti ini bertentangan dengan firman Allah Surat Hud 11: ayat 84.
Ditanyakan dalam Surat Al A’raf 7: 85 tentang pengurangan timbangan sebagai sesuatu yang sangat tercela dan berakibat kerusakan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala befirman:
وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ
“Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syu’aib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di Bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.”(QS. Al-A’raf 7: Ayat 5).
Pernah terjadi pada mas Nabi Syu’aib As kehidupan masyarakat sarat praktik kecurangan dalam kehidupan ekonomi, disebabkan keroposnya nilai-nilai tauhid kepada Allah Swt yang telah diganti dengan paradigma materialistik kapitalisme, Oligarkhi. Hampir semua unsur masyarakat terjebak pada kecurangan timbangan dan takaran. Dalam konteks yang lebih luas, timbangan dan takaran adalah simbol keseimbangan. Ketimpangan yang mencolok antara the have dan the have not, antara yang berkuasa dan dikuasai, serta antara yang besar dan yang kecil (Nur Ahmad, 2004: 70-80).
Jangan merugikan manusia terhadap hak-hak mereka. Hak asasi manusia yang melekat secara kodrati dibawa diperoleh sejak lahir. Hak sebagai anak, hak sebagai orang tua, hak perempuan, hak penyandang disabilitas. Semua urusan kehidupan dunia dan akhirat dapat terpenuhi dengan adil setara.
Jangan membuat kejahatan di bumi. Kejahatan ekonomi menjadi pangkal Kejahatan yang lain. Karena konsumsi makanan yang haram akan membentuk karakter kepribadian seseorang. Bila yang dikonsumsi saja sudah bermasalah, maka tumbuh kembang fisik, psikis dan mental intelektual nya akan terbangun juga dengan sifat yang negatif pula.
Jangan membuat kerusakan. Kerusakan lingkungan, Kerusakan moral, Kerusakan spiritual, Kerusakan diri, Kerusakan keluarga, Kerusakan mental, Kerusakan jiwa.
Sosiolog Talcott Parson dalam bukunya sosial sistem menyatakan, jika suatu masyarakat ini tetap eksis dan lestari ada 4 paradigma fungsi Paradise yang harus terus dilaksanakan oleh masyarakat bersangkutan yang pertama maintenance kemampuan memelihara sistem nilai budaya yang dianut karena Budaya adalah endapan perilaku manusia titik budaya masyarakat itu akan berubah karena terjadi transformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke masyarakat kemudian, tetapi dengan tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya luhur, Karena tanpa hal itu itu akan terbentuk masyarakat baru yang lain.
Kedua, kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan cepat. Sejarah membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang karena tidak bisa beradaptasi dengan perubahan dunia. Masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta memanfaatkan peluang yang timbul akan unggul. Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beragam secara terus-menerus sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang kian menyatukan masyarakat itu. Keempat, masyarakat perlu memiliki goal attainment atau tujuan bersama dari masa ke masa bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya dan oleh para pemimpinnya. (Musa Asy’ari, 2005: ix).
Ketika agama dalam masyarakat plural dimunculkan sebagai doktrin yang di yakini sebagai kebenaran mutlak maka ketika itulah agama mengalami stagnasi spiritual dan cenderung memperkeras sikap eksklusivitas dia pemeluk agama dengan menutup diri dari tiap perubahan dan kritik.
Padahal fanatisme atas doktrin agama yang sempit mudah dimanipulasi oleh kepentingan politik dan kekuasaan menjadi konflik berdarah sehingga secara agama agama sejak dulu hingga kini tidak bisa dipisahkan dari kekerasan titik agama menjadi penuh ambiguitas Karena pada saat bersamaan melahirkan Golongan kita dan golongan mereka, memperkokoh persaudaraan kita dan mengundang bermusuhan dengan mereka, memberi cinta kasih kepada kita dan menebar kebencian pada mereka, hanya mau menerima kebenaran kita dan menolak kebenaran mereka. Sebagai doktrin, tiap agama akan mengalami pembekuan dan stagnasi titik seharusnya agama tidak boleh menjadi proses pembekuan, tetapi sebaliknya menjadi proses pencairan kreativitas dalam memajukan peradaban dunia (Musa Asy’ari, 2005: 220).
Agama adalah ajaran tuhan yang diwahyukan kepada manusia melalui rasul-nya berupa kitab suci untuk menjadi pedoman bagi kehidupan manusia di dunia. Pada tiap agama ada 3 faktor; 1) Tuhan yang menurunkan wahyu, 2) rasul yang menerimanya, 3) kitab suci yang menjelaskan Wahyu Tuhan berupa firman-firmannya secara tersurat. Agama berada pada 3 faktor tersebut, tidak ada perbedaan dan tidak ada konflik. Saat pemeluk agama akan mengimplementasi ajaran agamanya dalam praktek hidup mereka membaca ayat-ayat Tuhan yang tersurat dalam Kitab Suci sebagai pedoman dalam praktik menjalani kehidupan yang benar dengan bersandar pada ada kapasitas dan kemampuan berpikirnya sendiri. Agama diharapkan memberi semangat dan menjadi kekuatan untuk mewujudkan perdamaian di bumi kembalikan Iman hanya kepada Tuhan bukan kepada agama dan hentikan pemerkosaan terhadap agama. Pembumian agama seharusnya mendasarkan diri pada pandangan yang antroposentris, yaitu realitas manusia yang dinamis berubah dan sementara sehingga tidak lagi menjadi doktrin tetapi peradaban peradaban hanya mungkin jika ada ruang bebas dari pengembangan kemampuan berpikir dan daya kreativitas jika tidak, maka peradaban akan jatuh. Agama sebagaimana diyakini para pemeluknya datang dari langit dan agama sebagai Wahyu datang dari langit. Tetapi agama yang dari langit itu sesungguhnya diturunkan untuk kehidupan nyata di bumi. Realitas plular di bumi tidak untuk dimusnahkan oleh agama yang datang itu tetapi akan diberi ruh langit, sehingga popularitas itu mempunyai kekuatan rohani untuk menciptakan kehidupan di bumi yang plural dengan rukun damai penuh cinta kasih dan saling belajar untuk dapat memperkuat dan memperkaya spiritualitas. Jika tidak, kehidupan di bumi ini akan tercabik cabik oleh pluralitas.
Agama dan politik khususnya di Indonesia yang sudah muncul Jauh sebelum kemerdekaan itu diproklamasikan. Pada zaman penjajahan Belanda agama dipakai sebagai alat legitimasi untuk melawan penjajah yang dipandang sebagai orang kafir titik pada saat itu legitimasi agama atas perjuangan melawan penjajah dipandang perlu untuk membangun semangat Patriotisme dan memperkuat nasionalisme dalam membangkitkan Daya juang melawan penjajah yaitu secara fundamental berlawanan dengan ajaran agama manapun ( Faisal Ismail, 2002: ix).
Peran agama
Peran agama dalam ranah perpolitikan Indonesia masih sangat besar karena penduduk Indonesia umumnya beragama, sehingga agama dianggap paling efektif mempengaruhi massa dan untuk memperoleh dukungannya kepada partai politik tertentu. Manusia sebagai ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala harus tunduk kepada ajaran ajaran akhlak dan moral yang telah digariskan.
Dengan menaati dan mengikuti nilai-nilai moral yang telah ditetapkan Allah manusia akan mencapai taraf dan kualitas moral yang Baik. Sebaliknya apabila manusia melanggar ajaran ajaran moral yang telah ditentukan oleh Allah, berarti ia tidak patuh kepadanya, dan ia kembali ke derajat yang paling rendah asfala safilin padahal sebelumnya adalah manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik.
Etika dan moralitas Islam hanya bersumber pada satu sumber yaitu Wahyu atau ajaran Allah yang dicontohkan secara sempurna dalam praktek-praktek kehidupan Nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad dipandang sebagai contoh Paripurna atau suri tauladan yang baik Uswatun Hasanah yang sosok kepribadiannya digambarkan dalam Alquran. Sesungguhnya engkau Muhammad memiliki budi pekerti yang luhur nabi sendiri menyatakan bahwa Salah satu misi pokok kerasulan adalah untuk mengajarkan dan menegakkan kemuliaan akhlak nama buah itu liutammima makarimal akhlak.
Agama sebagai jalan hidup menuju Tuhan sesungguhnya bersifat individual, sedangkan urusan negara sepenuhnya urusan publik sebagai urusan politik, negara harus melindungi dan memberi kebebasan beragama bagi warganya. Sedangkan agama memberikan landasan moral agar setiap individu dapat melakukan kesalahan sehingga urusan politik dapat dijalankan dengan benar titik moralitas agama tetap diperlukan dalam politik, agar politik tidak menghalalkan segala cara (Musa Asy’ari, 2005: 182).
Masalah ketidakadilan justru timbul, seperti terlihat dalam sejarah manusia, sejalan dengan apa yang dianggap sebagai kemajuan khususnya kemajuan material. Seringkali kemajuan material itu dicapai Justru dengan tata sosial yang mengandung unsur kecuali Manusia. Karena dalam tata sosial itu, manusia membuat susunan masyarakat yang berjenjang.
Dalam proses perjuangan hidup sebagian kecil masyarakat berhasil memegang kekuasaan. Mereka yang berkuasa itu adalah Ulul amri bagi yang memiliki keunggulan atau elit. Sedikit dari golongan elit itu, yang peka terhadap masalah golongan lain. Kebanyakan dari mereka hidup bermewah-mewah dan melakukan berbagai bentuk kezaliman, seperti kekerasan mengadili secara sewenang-wenang, atau membuat kesaksian palsu.
Korban kedholiman itu adalah petani, orang miskin,, yatim piatu dan orang-orang yang benar-benar tidak bersalah Oma mungkin karena kesaksian palsu. Sedangkan mereka yang sering berbuat kezaliman adalah raja Hakim dan rohaniawan. Nabi-nabi yang mengungkapkan dzoliman itu sering pula menjadi korban ke soliman pula. (M Dawam Raharjo, 1996: 412).
Agama Sebagai rujukan perilaku manusia dalam mencapai tujuan spiritual sekaligus sosial meluruskan tujuan kehidupan riil kearah ideal. Kritik terhadap pola hidup manusia dalam realitas sosial menjadi sasaran utama kemungkaran individual, struktural, terlembaga yang di belakangnya juga personal individual yang beriman dan bertakwa, meluruskan keimanan sebagai jalan pendakian spiritualitas dan intelektualitas sebagai tanggung jawab sosial mewujudkan kehidupan social yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Abdurahman, Moeslim. Suara Tuhan Suara Pemerdekaan (Menuju Demokrasi dan Kesadaran Bernegara), Yogyakarta: Impulse dan Kanisius, 2009.
Achmad, Nur. “Menyoal Hubungan Korupsi dan Agama”, Jurnal Equilibrium Vol 2 No.3, September-Des, 2004.
Asy’ari, Musa. NKRI Budaya Politik dan Pendidikan Yogyakarta, Yogyakarta: LESFI, 2015.
Ismail, Faisal. Pijar Pijar Islam Pergumulan Kultur dan Struktur, Yogyakarta: LESPI, 2002.
Raharjo, M Dalam. Ensiklopedi Al Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 1996.
Menulisnya mulai dari hati keluar melalui pikiran ditujukan untuk laku di realitas kehidupan orang perorangan, individu, lembaga, dan siapa saja yang ada di balik institusi yang berperan