Belakangan ini, percakapan kita –terutama yang berserakan di media sosial—penuh sesak dengan narasi-narasi panas yang disebabkan oleh perbedaan. Terutama dengan semakin dekatnya waktu pemilihan presiden pada 17 April nanti, perbedaan kerap kali meruncing menjadi awal dari kebencian dan permusuhan.

Di Sampang, Madura bahkan sudah ada orang yang tega menembak mati rekan ngobrolnya hanya karena perbedaan pilihan calon presiden. Hal ini tentu sangat disayangkan. Perbedaan yang seharusnhya menjadi ladang untuk saling belajar, justru berakhir menjadi arena tarung untuk saling menghajar.

Islam mengajarkan agar setiap dari kita pandai mengambil hikmah dari setiap perbedaan yang ada, yakni dengan tetap menyeru kepada kebaikan dan kemaslahatan bersama tiap kali perbedaan mencuat ke permukaan. Quran merekam perintah tersebut dalam surat an-Nahl ayat 125.

“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik dan berdialoglah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang tersesat dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk,” begitu kata Allah.

Ayat di atas juga memberi batasan dalam menghadapi perbedaan pendapat atau pemikiran, yakni dengan tidak boleh melakukan pemaksaan atau intimidasi. Yang boleh dilakukan hanyalah menyeru pada kebaikan, memberi nasihat dan berdialog. Jikapun dengan cari itu perbedaan tetap tak dapat diselesaikan, maka pulangkan semuanya kepada Allah. Ia yang lebih tahu mana yang tersesat dan mana yang mendapat petunjuk. Slow saja, bro. Begitu kira-kira.

Dengan menjalankan perintah Allah di atas, perbedaan yang ada tetap akan memberi keberkahan. Ia tidak akan meruncing menjadi permusuhan dan kebencian. Dalam redaksi lain, Rasul Muhammad memberi ‘tips’ yang lebih sederhana; hindari debat. Rasul memandang debat tak memiliki kebaikan sedikitpun, karenanya hindari saja. Menang debat tak akan membuat kita tampak hebat.

Direkam dalam Riyadhus Shalihin, Abu Dawud mencatat hadis Rasul no 4.800 yang berbunyi, “Aku beri jaminan rumah di pinggiran surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku beri jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaknya.”

Jikapun Anda benar, tak ada guna menjajakan kebenaran tersebut dalam perdebatan.

Sampaikan saja kebenaran tersebut dengan cara yang baik. Buka dialog dengan asas saling menghormati. Jadikan perbedaan sebagai ajang untuk saling berlomba dalam kebaikan, bukan malah ajang untuk gagah-gagahan.

“Tapi, Saya tak setuju denganmu!”

“Oke, saya setuju.”

Selesai.

 

Komentar