“Nun. Demi Pena dan apa yang mereka tuliskan”.
(Q.S. Al-Qalam: 1).

Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Kitab Tafsirnya Al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur, ketika menafsirkan ayat pertama surah al-Qalam tersebut, mengutip riwayat hadis dari Ibn Abbas, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena), kemudian Allah berkata kepadanya, Tulislah! Pena pun menjawab, Wahai Tuhan apa yang harus aku tulis. Allah menjawab, tulislah qadar (ketentuan). Maka, sejak saat itu berlakulah ketentuan-ketentuan Allah hingga hari kiamat.

Dari rangkaian ayat di atas, jelaslah betapa pentingya pena, hingga Allah Swt pun bersumpah dengannya. Menurut Ibn Katsir, kata “wa al-Qalami”, secara lahiriyah berarti demi pena yang digunakan untuk menulis. Seperti firman Allah pada Q.S. Al-‘Alaq: 4, “Dia yang mengajarkan dengan qalam (pena)”.

Lebih lanjut, Ibn Katsir menegaskan bahwa kata Wa al-Qalami (demi pena) adalah sumpah (qasam) Tuhan pertama dalam Al-Qur’an yang turun tidak lama setelah lima ayat pertama dalam surat al-‘Alaq.

Dalam al-Quran, secara eksplisit kata ‘qalam’, yang berarti pena disebut sebanyak tiga kali, yaitu pada Q.S. Al-‘Alaq: 4, Q.S. Al-Qalam: 1, dan Q.S. Luqman: 27.

Ada ulama yang berpendapat bahwa al-Qalam bermakna pena tertentu, seperti pena yang digunakan oleh para malaikat untuk menulis takdir baik dan buruk manusia, serta segala kejadian yang tercatat dalam Lauh Mahfuz, atau pena yang digunakan oleh para sahabat untuk menuliskan al-Qur’an, dan pena yang digunakan untuk menuliskan amal baik dan amal buruk yang dilakukan manusia.

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memaknai al-Qalam dengan pena serta alat tulis apa pun termasuk komputer. Pemaknaan seperti ini, menurut penulis lebih tepat karena sejalan dengan kata perintah iqra’ (bacalah).

Kita semua mafhum bahwa ketika Allah bersumpah dengan sesuatu, maka tentu ada pesan yang ingin disampaikan melalui ‘sesuatu’ yang dijadikan sumpah tersebut. Demikian halnya ketika Allah Swt. bersumpah dengan qalam (pena).
Para ulama tafsir mengungkapkan bahwa sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah adalah sesuatu yang mulia, bernilai dan bermakna. Dalam hal ini, ketika Allah bersumpah dengan qalam, maka sesungguhnya, menurut mayoritas ulama tafsir, Allah ingin menunjukkan kepada kita semua betapa pentingnya qalam (pena) dalam kehidupan kita.

Dengan pena, ilmu pengetahuan di jagad raya ini bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia, yakni dengan ditulis, dibukukan dan diterbitkan. Dengan pena pula para ilmuwan mengabadikan karya-karya besar mereka, yang pada gilirannya menghadirkan pencerahan dan pencerdasan bagi masyarakat.

Bisa dibayangkan jika di dunia ini tidak ada pena atau alat tulis lainnya. Semua ilmu pengetahuan yang pernah ada di muka bumi ini akan sirna ditelan zaman. Karena, begitu seorang ilmuwan meninggal, tidak ada lagi ilmu yang bisa disampaikan. Hal ini disebabkan karena ilmu yang dimilikinya tidak diabadikan melalui karya-karya tulis mereka.

Pepatah latin mengatakan, scripta manent verba volant. Tulisan akan abadi, sedangkan ucapan akan hilang.

Semakin jelas betapa pentingnya pena dalam kehidupan ini. Proses pencerdasan dan pencerahan umat manusia tidak bisa dipisahkan dari peran pena yang digunakan oleh para ulama untuk menghasilkan karya-karya besar mereka. Beragam ilmu pengetahuan dari masa ke masa masih terekam jelas melalui karya-karya bersejarah tersebut, hingga saat ini masih terus dikaji oleh para ilmuwan. Ada jalinan erat antar ilmuwan dari generasi ke generasi. Semua itu bisa terjadi karena adanya peran qalam dalam proses transformasi pengetahuan.

* Ruang Inspirasi, Senin, 24 Mei 2021.

Komentar