Sudah Sebelas bulan sejak Maret 2020 hingga Januari 2021 belajar dari rumah menjadi solusi pendidikan di tengah Pandemi. Keluarga menjadi tempat kembalinya segala urusan dalam kehidupan. Di tengah pandemi Coronavirus disease-Covid 19 keluarga menjadi tempat paling nyaman bersemayan bersama, belajar bersama, belajar berbagai hal kehidupan, belajar sepanjang waktu 24 bersama ayah, mama, anak-anak dan sanak saudara, berkumpul, mangan-ora mangan kumpul-makan tidak makan berkumpul bersama keluarga inti.
Pendidikan keluarga menjadi solusi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pembatasan kegiatan masyarakat di tengah pandemi dengan 3 M menjaga jarak, menjaga kesehatan diri, mencuci tangan, memakai masker. Keluarga menempatkan orang tua menjadi guru sejati, menjadikan orang tua sebagai guru harapan bangsa, berdasarkan nilai-nilai kebangsaan dan responsive terhadap perkembangan yang berorientasi futuristic ke masa depan yang lebih baik. Fitrah orang tua sejatinya mampu membangun dan membentuk generasi muda sebagai generasi penerus bangsa, pemegang estafet berikutnya dalam memimpin bangsa.
Pengembangan karakter generasi muda bangsa dikembangkan melalui penanaman nilai-nilai keimanan, kecerdasan, kreativitas yang inovatif, demokratis, kemandiran dan bertanggungjawab serta memiliki daya saing global yang kuat, sehingga pembentukan karakter harus ditanamkan sejak dini kepada generasi muda melalui pendidikan keluarga yang implementatif.
Keluarga merupakan lembaga yang signifikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Keberhasilan pendidikan akan lebih afdol bila peran keluarga dilibatkan sebagai model pendidikan keluarga contributor utama keberhasilan pendidikan, bahkan sangat strategis, sehingga Nabi Muhammad Saw mengungkapkan al ummu madrasatun lil auladiha-orang tua atau ibu sebagai sekolah atau madrasah bagi putra putrinya. Dengan pernyataan aksioma tersebut menunjukkan bahwa bukti-bukti pendidikan keluarga mempunyai peran elementer apalagi di musim pandemi seperti saat ini.
Banyak kasus kekerasan anak-anak menjadi korban broken home, anak tidak mendapatkan pengasuhan yang terbaik, ada anak yang cukup materi namun tidak mendapatkan pendidikan nilai sentuhan psikologis yang cukup untuk membentuk karakter kepribadiannya dalam keluarga, sehingga perlu dipikirkan dampak broken home, di mana anak-anak kehilangan figure utama dari kakater kebapakan maupun karakter keibuan. Profil ayah tidak hadir dalam dirinya atau sebaliknya profil ibu tidak hadir dalam lingkungan keluarganya dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, karena tercerai berainya keluarganya. Sehingga nilai-nilai maskulinitas dan feminitas tidak didapat oleh anak-anak korban broken home. Dampak ini di masa yang akan datang akan menjadi trauma dalam membangun keluarganya yang lebih handal, oleh karena itu perlu pengasuhan yang imbang, bagi keluarga yang mengalami broken home kualitas anak menjadi prioritas.
Keluarga Basis Pendidikan
Dalam konteks pandemi saat ini, pendidikan jarak jauh dengan sistem daring atau online, menempakan keluarga sebagai basis terdepan pembelajaran, instruksi dari sekolah secara langsung ditransformasikan kepada anak, dan ada kencederungan anak merasa lebih berani kepada orang tuanya dari pada kepada guru di sekolah, sehingga sering muncul kekerasan yang dilakukan orang tua kepada anak dalam rangka menekan anak mempunyai kesadaran belajar. Sehingga sering muncul di media sosial meme yang cenderung menyindir orang tua yang hanya pasrah begitu saja anaknya ke sekolah, tidak pernah peduli bagaimana anak meningkatkan kapasitasnya sendiri. Saat ini giliran orang tua merasakan sebagai guru sejati untuk putra putrinya sendiri. Apakah mampu menjadi guru dan teman belajar putra putrinya.
Saat ini juga muncul ide-ide merdeka belajar dengan home schooling, di mana belajar dari rumah, belajar di rumah merupakan fenomena sosial yang menarik dicermati, sebagai solusi pembelajaran ketika anak tidak bisa beradaptasi dengan dunia luar. Keluarga bisa memberikan pendidikan dan pembelajaran yang cukup untuk membangun tumbuh kembang karakter kepribadian anak. Kesadaran anggota keluarga menciptakan atmosfir belajar untuk membangun sumber daya unggul sangat berarti, menjadi sinergi yang saling melengkapi. Kematangan dan kesadaran anggota keluarga membangun lingkungan belajar yang kondusif akan menciptakan budaya belajar yang komprehensif baik pada pertumbuhan kognitifnya, psikomotoriknya maupun afektif berkaitan dengan sikap mental dan moralitas anak.
Secara konseptual peran keluarga dalam pendidikan anak memberikan landasan etis, moral dan sterilisasi nilai-nilai ideal yang ada di sekitar anak, sehingga pendidikan keluarga kontribusinya lebih besar dalam pendidikan nasional saat ini. Oleh karena itu perlu standarisasi pendidikan jarak jauh dan belajar dari rumah bisa menghasilkan mutu pembelajaran yang terukur dan terstruktur, demikian media yang digunakan bisa menjawab kebutuhan selama pembelajaran berjalan. Bila masih ada kekurangan karena berlajan di masa darurat Covid 19. Kita berharap keluarga semakin peduli dengan pendidikan, sehingga peran-peran orang tua inti maupun anggota keluarga yang lain saling bersinergi untuk membentuk anak, cucu dan putra putrinya masing-masing, sehingga akan terbangun sumber daya manusia yang unggul lahir dari keluarga yang tangguh bencana.
Belajar dari rumah akan mentransformasikan segala nilai-nilai pendidikan dan kehidupan melalui peran-peran orang tua dan anggota keluarga memainkan orkestrasi yang harmoni untuk menghasilkan komposisi musik yang indah, hadirnya anak sebagai subyek pendidikan perlu ditempatkan yang tinggi, sehingga bisa terjaga dari sikap negatif, peran negatif, ucapan dan tindakan negatif yang dilakukan anggota keluarga akan terekam dan menjadi dasar memori dalam tumbuh kembang anak di masa yang akan datang, maka semuanya harus menjaga segala ucapan, perbuatan dan aktivitasnya selalu postif di depan anak maupun di lingkungan keluarga. Sehingga anak akan bisa tumbuh secara optimal. Mari menjadi guru yang terbaik inspiratif untuk putra putri kita, agar menjadi sumber insani pembangun bangsa.