“Alif, laam raa. (ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Ibrahim : 1)
Ketika menfasirkan kalimat “supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang”, Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna rangkaian kalimat tersebut adalah supaya Rasulullah Saw.— melalui al-Qur’an— mengeluarkan manusia dari gelapnya kesesatan dan kekufuran menuju terangya cahaya keimanan. Demikian juga, agar Rasulullah Saw., melalui al-Qur’an mampu membuka mata orang-orang bodoh dan orang-orang ‘buta’ agar melihat jalan kebenaran dan petunjuk (hidayah).
Ayat pertama dari Surat Ibrahim yang penulis kutip di awal tulisan ini menegaskan posisi al-Qur’an sebagai kitab berlimpah cahaya kebenaran dan sumber hidayah. Al-Qur’an adalah cahaya kehidupan yang akan menerangi dan menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan (al-sa’adah) di dunia ini dan di akhirat nanti.
Jika kita cermati redaksi ayat di atas, pada saat menyebut kegelapan, al-Qur’an menggunakan bentuk jamak ”zhulumat” dari bentuk tunggal (mufrad) “zhulmun”. Sedangkan ketika menyebut cahaya, al-Qur’an menggunakan kata “nur” dalam bentuk tunggal (mufrad), tidak menggunakan bentuk jamak “anwar”.
Sementara mufassir menjelaskan bahwa kata kegelapan disebut dengan bentuk jamak “zulumaat”, karena jalan menuju kegelapan, kesesatan itu banyak macamnya. Sedangkan kata cahaya disebut dengan bentuk tunggal “nur”, karena jalan menuju cahaya kebenaran hanya ada satu, yaitu Islam dengan dipandu Al-Qur’an.
Berjalan di muka bumi, menyusuri kehidupan tanpa petunjuk pasti akan tersesat. Untuk itu, Allah menghadirkan petunjuk kepada manusia berupa manual book, buku panduan yang akan mengarahkan langkah setiap hamba-Nya menapaki kehidupan. Manual book itu bernama al-Qur’an.
Ya, al-Qur’an adalah panduan kehidupan (guidance of life), kitab petunjuk yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan, sejak di dunia fana ini hingga ke akhirat yang abadi nanti.
Hampir semua aktivitas manusia, dari persoalan akidah (keyakinan dan keimanan), ibadah, mu’amalah (hubungan sesama manusia), hingga akhlak dijelaskan di dalam al-Qur’an. Meski kadang hanya dijelaskan secara global. Adapun perinciannya dilengkapi oleh hadis Nabi Saw.
Sebagai pedoman hidup, al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk yang mengarahkan manusia menuju jalan kebenaran, menjadi pelita di tengah gulita kehidupan, penebar cahaya di tengah pekatnya godaan nafsu duniawi, penerang di saat gelapnya hidup karena tumpukan masalah dan persoalan.
Al-Qur’an adalah cahaya kehidupan. Siapa saja yang mendekatinya, bersahabat dengannya, akan mendapat pancaran dan pendaran cahayanya. Membacanya, meski tidak mengerti artinya dinilai ibadah. Mempelajari dan mengajarkannya adalah amalan utama. Mengamalkannya adalah jihad.
So, teruslah bersahabat dengan cahaya kehidupan ini, jangan pernah kita memadamkannya.
* Ruang Inspirasi, Jumat, 27 Agustus 2021.