Iedul fitri  tidak lama lagi akan berjalan setelah pelaksanaan ibadah puasa di Bulan Ramadhan. Hal tersebut ditandai dengan pergantian hilal bulan baru yang dapat diperoleh lewat rukyatul hilal.

Kegiatan pencarian kapan memulai puasa dan berhari raya diputuskan oleh pemerintah lewat Dirjend Bimas Islam. Kendati beragam ormas melakukan ijtihad dalam penentuannya masing-masing. Hal tersebut yang dilakukan Muhammadiyah dengan model hisab menjadikan pengumumannya dapat dilakukan jauh-jauh hari. Sementara pemerintah dan Nahdhatul Ulama dengan model rukyat selalu dilaksanakan tiap tanggal 28 dari setiap bulannya.

Pelaksanaan rukyatul hilal era Covid-19 mengalami adabtasi. Personil yang diterjunlan dan terlibat langsung dibatasi maksimal sembilan orang. Selain itu, protokoler dari penanganan Covid-19 juga dilakukan secara ketat. Seluruh peserta wajib cek kesehatan dan menggunakan masker serta menjga jarak.

Kasus puasa Ramadhan 1441 H. hilal masih dibawah ufuk bahkan masih dalam min derajat. Hal tersebut menjadikan hilal tidak dapat terlihat dengan mata kepala telanjang atau dengan memakai alat canggih lainnya. Kesepakatan ahli falak dan astronomi, hilal dapat terlihat jika minimal tiga derajat tingginya. Sehingga dengan teori apapun maka jumlah pelaksanaan puasa menjadi istilmal 30 hari lamanya.

Pola di atas merupakan implementasi perintah Alalh swt. dalam Q.S. al-Baqarah (2): 185 dan hadis Nabi saw. Puasa Ramadhan hanya dilakukan atas mereka yang menyaksikan bulan Ramadhan. Cara melihatnya lewat rukyat sebagaimana yang lazim di lakukan di negara Indonesia. Berpuasalah kalian karena telah melihat hilal masuknya bulan Ramadhan dan berbukalah atau berhari raya jika melihat hilal bulan Syawwal. Untuk menjadikan kebersamaan di antara ummat Islam, pemerintah lewat Kementrian Agama selalu mengadakan sidang isbat yaitu sidang penentuan hari Raya dan kapan Berpuasa.

Tentu, puasa Ramadhan 1441 H. Tahun 2020 M. ini sangat spesial dan berbeda dengan kebiasaan sebelumnya. Era pandemi Covid-19 menjadikan protokoler pencegahan dilakukan secara ketat. Hal ini untuk meminimalkan korban dan mereka yang terkena wabah yang mematikan. Jumlah terkena wabah ini di dunia mencapai lima juta orang dan 20 ribu di antaranya di Indonesia. Atas dasar itulah, sudah sejak jauh sebelum puasa masjid tidak menyelenggarakan jamaah bersama dan kegiatan lain seperti tadarrus, buka bersama, i’tikaf, dan shalat tarawih.

Pola penanganan di atas untuk kebaikan seluruh ummat Islam. Banyak kasus yang jamaahnya terkena Covid-19 di saat berjamaah di masjid. Hal tersebut dikarenakan interkasi sesama manusia potensial sebagai alat penyebaran wabah ini. Salah satu media yang sering dilakukan adalah lewat daring. Penyelenggataan ceramah, tadarrus bersama, bahkan pengajian untuk mengisi seperti halnya pengajaran di PT yaitu secara daring.

Pelaksanaan shat hari raya Iedul fitri juga dilakukan di rumah. Model pelaksanaan bisa sendiri atau berjamaah. Tata cara ibadah baik shalat maupun khatib banyak dijumpai di medsos baik dalam bentuk video maun desain grafis yang sangat memudahkan dalam membaca, memahami dan mengaplilasikan di rumah saat shalat ied.

Model pembatasan pertemuan antar individu di atas juga diterapkan dalam silaturrahim berhari raya. Pelaksanaannya dilakukan secara virtual dan hal inj wajub sebagai menjadi sarana utama. Mereka yang mudik tidak bisa pulang sampai rumahnya. Jalan-jalan raya telah dijaga polisi atau aparat lainnya. Sehingga hari raya dapat dilakukan di rumah saja.

Ucapan selamat hari Raya Iedul Fitri sudah menggema di beragam media sosial. Beragam ucapan itu berbentuk ucapan lewat flayer yang menarik ataupun dengan menggunalan video. Inti ucapan yang adalah saling memaafkan dan saling mendoakan, mohon maaf lahir dan batin, semoga Allah swt. menerima amalan baik kita semua selama di bulan Ramadhan. Bahkan di era Covid-19 ucapan spesial yakni:
عيدك في بيتك كل عام وانتم بصحة والعافية

Ied di rumah, semoga kesehatan anda dan perlindungan dan kekuatan dari Allah swt. bersama dalam setiap harinya di masa wabah ini.

Esensi dari silatutrahim virtual dan mudik virtual adalah sama dengan melakukan unjung-unjung secara langsung. Jarak era daring menghasilkan kedekatan yang terus menerus kapan pun dan di mana pun. Sehingga pemanfaatan media daring menjadi bagian penting dilaksanakan untuk tetap menjaga silaturrahim dan kedekatan di antara ummat Islam. Persaudaraan tetap berjalan dengan baik dan semakin meningkat seiring saling berbagi sesama ummat manusia.

Komentar