“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadid : 20)

Ayat yang baru saja kita baca hendaknya menggugah kesadaran kita semua, bahwa sesunguhnya dunia dan seisinya yang kita nikmati ini bersifat temporal, sesaat dan tidak abadi.

Karena sifatnya sesaat, maka segala yang melingkupinya : suka-duka, senang-susah, bahagia-derita pun hanya sesaat dan sementara.

Ironisnya, banyak di antara kita justru menjadikan kehidupan dunia yang sementara ini sebagai tujuan utama. Kita lupa bahwa ada kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan di akhirar nanti.

Rasulullah Saw. berpagi-pagi mengingatkan, “Dunia adalah ladang untuk akhirat.” Pesan singkat Rasulullah Saw. tersebut menyiratkan sebuah pelajaran penting, bahwa kehidupan di dunia ini hendaklah dijadikan sarana (wasilah) untuk menanam sebanyak mungkin nilai-nilai kebaikan (amal saleh) sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.

Kembali merujuk pada keterangan ayat di atas, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu, maka patut kita sadari bahwa apa pun yang kita nikmati, sukai dan senangi di dunia ini hanyalah fatamorgana yang bersifat nisbi. Ianya akan membawa kebaikan dan kebahagiaan jika dinikmati penuh rasa syukur, sehingga semakin mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.

Sebalik keadaan, jika apa yang kita nikmati, sukai dan senangi di dunia ini hanya sebagai pemuas hasrat diri, sehingga melalaikan kewajiban kita kepada Sang Ilahi, maka kesengsaraan dan penderitaanlah yang akan kita jumpai di akhirat nanti.

Singkatnya, karena kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu, maka alangkah bijaknya jika setiap nikmat yang kita rasakan menjadikan kita lebih bersyukur kepada Allah Swt.

Alangkah naif dan bodohnya kita, jika kehidupan dunia ini menjadikan kita lalai dan terlena, sehingga hanya kesengsaraan dan penderitaan yang akan kita jumpai di akhirat nanti. Na’udzu billahi min dzalika.

* Ruang Inspirasi, Selasa, 9 Agustus 2022.

Komentar