Pada tulisan kali ini, perkenankan saya untuk menyampaikan pesan al-Qur’an tentang pentingnya waktu.
Waktu adalah makhluk Allah yang sangat penting dalam kehidupan ini. Begitu pentingya keberadaan waktu, hingga Allah pun berkali-kali bersumpah dengan kata yang menunjuk pada waktu-waktu tertentu.
Di dalam al-Qur’an, khususnya pada Juz terakhir, yang dikenal dengan sebutan Juz ‘Amma dengan mudah kita jumpai kalimat-kalimat sumpah yang Allah sandarkan kepada waktu. Dari mulai waktu fajar (al-Fajr), pagi (al-Shubh), duha (al-Dhuha), siang (al-Nahar), petang (al-‘Ashr), hingga malam (al-Lail).
Nikmat waktu yang kita miliki selama ini kita sia-siakan. Sebagian besar dari kita justru mengisi waktu; hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, hingga tahun demi tahun dengan beragam aktivitas yang, alih-alih mendekatkan diri kita kepada Allah, Sang Pemilik Waktu, justru semakin menjauhkan diri kita dari-Nya.
Lalai memanfaatkan waktu ketika hidup di dunia, merupakan langkah awal menuju penderitaan abadi di akhirat nanti. Sebaliknya, pandai memanfaatkan waktu ketika hidup di dunia untuk beramal salih, adalah langkah awal menuju kebahagiaan hakiki nan abadi di akhirat nanti.
Masa lalu, masa kini, dan masa depan adalah rangkaian waktu yang melingkupi kehidupan kita. Masa lalu adalah sejarah, masa kini adalah saat di mana kita tengah menjalani aktivitas hidup dan kehidupan, masa depan adalah sesuatu yang masih belum pasti, mungkin kita jumpai mungkin juga tidak. Maka, pesan para ahli hikmah, ulama bijak bestari adalah: Hidup kita itu hari ini, bukan kemarin yang telah lalu, atau esok yang belum pasti.
Di dalam Q.S Al-Hasyr: 18 Allah Swt mengingatkan,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat di atas menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah kemudian memperhatikan aktivitas dunia yang kita kerjakan saat ini sebagai bekal untuk kehidupan esok (di akhirat).
Perintah tersebut tentu sangat berkaitan erat dengan bagaimana kita memanfaatkan kesempatan (waktu) yang Allah berikan kepada kita saat ini.
Orang-orang yang beruntung (al-Muflihun), adalah mereka yang mampu mengatur waktunya dengan baik, serta mengisinya dengan aktivitas positif (amal shalih). Adapun orang-orang yang merugi (al-Khasirun), adalah mereka yang menyia-nyiakan waktunya dan mengisinya dengan serangkaian perilaku negatif yang berujung pada dosa dan maksiat kepada Allah.
Tentu, tidak ada seorang pun yang berharap hidup sengsara dan menderita di dunia ini, lebih-lebih di akhirat kelak. Setiap orang pasti mendambakan hidup bahagia di dunia ini dan di akhirat nanti. Salah satu cara untuk mewujudkan harapan dan cita-cita hidup bahagia dunia-akhirat adalah dengan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya serta mengisinya dengan aktivitas positif (amal shalih).
* Ruang Inspirasi, Selasa, 13 Juli 2021.