“Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Fatihah: 1)
Syeikh Ismail Haqqi dalam Kitab Tafsir Ruh al-Bayan menjelaskan bahwa sudah menjadi tradisi masyarakat Arab jahiliyah ketika itu, pada saat hendak melakukan suatu pekerjaan, mereka memulainya dengan menyebut nama tuhan-tuhan mereka, yaitu bi ismi allata, bi ismi ‘uzza. Mereka berharap dengan menyebut nama tuhan-tuhan mereka tersebut sebelum melakukan aktivitas, akan diberi kemudahan dan kesuksesan.
Ketika Islam datang, maka Al-Qur’an mengajarkan kepada umat manusia untuk memulai segala aktivitas positifnya dengan menyebut nama Allah yang Mulia.
Nabi Saw pernah mengingatkan, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah)”. (HR. Ahmad)
Hadis ini menegaskan betapa pentingnya memulai aktivitas positif dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim. Mengucapkan bismillah ketika mengawali suatu pekerjaan artinya kita melibatkan Allah dalam pekerjaan tersebut. Kita memohon kepada Allah agar memberi kemudahan, kebaikan, kesuksesan dan keberkahan terhadap aktivitas yang kita lakukan.
Jalaluddin Rakhmat, dalam Quranic Wisdom; Menyesap Kearifan al-Qur’an melalui Tafsir bil Ma’tsur, mengutip pendapat Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan ketika menafsirkan makna kalimat bismillahirrahmanirrahim. Menurut Thabathabai, amal yang dilakukan bukan karena Allah akan lanyap dan terhapus. Allah akan menjadikan semua amal yang mereka lakukan bukan karena-Nya, laksana debu yang beterbangan. Sedangkan amal yang dilakukan dengan nama Allah akan kekal dan tidak akan binasa.
Dengan membaca bismillah kita mengarahkan seluruh aktivitas kita untuk meraih ridla-Nya. Kita akan berusaha untuk menjaga kesucian perbuatan kita dari hal-hal yang dapat menodai nama Allah yang mulia. Kita juga akan mengerahkan segala potensi yang ada dalam diri kita untuk keberhasilan aktivitas kita tersebut.
Menyandarkan segala aktivitas positif kita kepada Allah juga akan menyadarkan kita, bahwa segala yang kita lakukan tidak akan berarti apa-apa tanpa ijin dan restu-Nya. Tugas kita hanyalah melakukan yang terbaik, adapun hasil akhir kita serahkan kepada Allah. Man proposes, God disposes, manusia hanya mampu berencana, Tuhanlah yang menentukan segalanya.
Seseorang yang memahami pesan moral dari kalimat Bismillahirrahmanirrahim akan tenang melakukan aktivitas tanpa terganggu dengan hasil akhir yang akan diperolehnya. Ketika apa yang direncanakannya berhasil, dia akan mengucap syukur dan mewujudkan rasa syukurnya dengan meningkatkan kualitas ibadahnya. Dia juga akan menggunakan keberhasilannya untuk kebaikan.
Sebaliknya, ketika apa yang dia rencanakan gagal, atau lebih tepatnya belum berhasil, maka dia akan introspeksi diri. Melihat ke dalam dirinya, apa yang menyebabkan kegagalan rencana serta usahanya. Dia akan menyadari sepenuh hati bahwa mungkin dirinya masih belum layak untuk mendapatkan apa yang diinginkannya tersebut. Dia selalu beranggapan bahwa apa pun hasil akhir dari usaha yang dilakukannya adalah yang terbaik menurut Allah. Dia juga yakin bahwa setiap peristiwa yang dialaminya pasti mengandung hikmah, menyimpan sebuah pelajaran berharga yang pada saatnya nanti akan dia mengerti.
Kalimat bismillah juga mengajarkan seseorang untuk menjalankan segala aktivitas dengan penuh keikhlasan. Dia tidak peduli apakah orang lain memuji atau mencaci. Karena memang dia tidak berharap pujian dari orang lain, juga tidak pernah gentar dengan cacian yang ditujukan kepadanya. Dia hanya semata-mata berharap ridla Allah. Baginya, apa pun yang dia lakukan, selama hal itu positif, baik menurut norma sosial maupun ajaran agama, dia serahkan semuanya kepada Allah Swt.
Orang-orang yang berbuat dan bertindak dengan nama Allah adalah orang-orang yang nothing to lose. Yang terpenting bagi mereka adalah ikhtiar maksimal, disertai doa dan tawakkal. Selebihnya, biar Allah yang menentukan.
* Ruang Inspirasi, Rabu, 23 Maret 2022