“Man yazra’ yahsud”, siapa yang menanam akan menuai. Demikian ungkap salah satu kalimat hikmah dalam bahasa Arab. Kalimat hikmah nan singkat itu, sarat makna jika kita kaji lebih jauh.
Siapa pun yang melakukan suatu aktivitas, maka akan mendapat hasil dari aktivitas yang dilakukannya itu. Seseorang yang mempunyai kebiasaan positif, maka ia akan memperoleh sesuatu yang positif. Demikian sebaliknya, seseorang yang memilki kebiasaan negatif akan memperoleh sesuatu yang negatif.
Seseorang yang menabur benih-benih kebaikan semasa hidupnya, maka kelak di akhirat akan menuai hasil berupa panen pahala atas kebaikan yang dilakukannya. Pun sebaliknya, siapa yang menabur benih-benih kejahatan selama hidupnya, maka kelak ia akan memanen dosa atas kejahatan yang pernah dilakukannya ketika di dunia.
Di antara benih-benih kebaikan yang akan menghasilkan panen raya pahala di akhirat adalah ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Seorang alim, ilmuwan yang selama hidupnya mengabdikan diri untuk menabur benih-benih ilmu pengetahuan untuk mencerdaskan umat, dengan didasari semangat ikhlas beribadah karena Allah, maka kelak di akhirat ia akan menuai pahala atas kebaikan yang dilakukannya ketika hidup di dunia.
Para guru, dosen, ustadz, kiyai yang memiliki ilmu pengetahuan dan mau mengajarkannya kepada para murid, mahasiswa serta santrinya dengan ketulusan niat lillahi ta’ala, insya Allah kelak ia akan mendapatkan passive income berupa aliran nilai pahala atas jasa-jasanya mencerdaskan dan mencerahkan umat ketika di dunia, meskipun jasad mereka sudah berkalang tanah alias meninggal dunia.
Rasulullah Saw menegaskan, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, serta doa anak yang saleh (HR. Muslim)
Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa salah satu amal atau nilai pahala yang tidak terputus, meski seseorang telah meninggal dunia adalah ilmu yang pernah diajarkannya dan masih memberi manfaat bagi orang lain.
Maksud dari ilmu yang bermanfaat adalah, ilmu yang pernah disampaikan seseorang kepada orang lain, baik dengan cara lisan, berupa ceramah, memberikan materi kuliah, mengajar, ataupun dengan cara tulisan, yaitu dengan jalan menulis buku, hingga si dai, dosen, guru, ustadz ataupun kyai tersebut meninggal dunia, tetapi ilmu yang disampaikannya tersebut masih terus memberikan manfaat kepada orang lain.
Dari keterangan ini jelaslah bahwa menyampaikan ilmu kepada orang lain, tidak sekadar bisa memberikan pencerahan dan pencerdasan, tetapi juga dapat menjadi ladang amal untuk mendapatkan pahala. Dengan demikian ungkapan di atas yang menyatakan, siapa menabur pengetahuan akan menuai pahala adalah benar adanya.
* Griya Persada Hotel, Kaliurang, Yogyakarta, Rabu, 22 Juni 2022