Di dusun Nglaroh (diambil dari kata Ngelar Roh, yang berarti memusatkan jiwa) desa Pule Kecamatan Selogiri terdapat batu peninggalan Raden Mas Said yang disebut Watu Gilang. Pambudi dan Raharjo (2018) menyebut batu ini merupakan tempat duduk Raden Mas Said untuk memusatkan pikiran dalam menyusun strategi perang melawan Belanda. Batu memanjang satu meter ini memuat bulatan kecil berjumlah 5 yang digunakan sebagai patokan oleh Raden Mas Said dalam menentukan hari sesuai hitungan jawa.
Selain itu, di tempat ini juga terdapat prasasti bersejarah tentang pendirian Mangkunegaran oleh Raden Mas Said pada 14 Mei 1741 M. Prasasti ini ditandatangani oleh Bupati Wonogiri saat itu pada 14 Mei 1991.
Ada yang menarik dari prasasti ini, yaitu memuat dua nilai perjuangan Raden Mas Said: (1) semboyan perjuangan: tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh; dan (2) tri dharma perjuangan: Mulat sarira hangrasa wani, rumangsa melu handarbeni, wajib melu hangrungkebi.
Dua peninggalan ini (watu Gilang dan semboyan serta tri dharma perjuangan) tentu saja dapat dimaknai berbeda untuk konteks kekinian. Bagaimana makna dua peninggalan ini bagi masyarakat saat ini, tentu saja perlu riset lanjutan.
*
“Di balik Kesuksesan Suami, Ada Istri Yang Hebat” begitulah kira-kira pepatah yang mencerminkan pentingnya istri dalam mengantarkan kesukesan suami. Adalah Rara Rubiah yang bergelar Bendara Raden Ayu Kusuma Matah Ati Mangkunegara Sepuh, yang selama 16 tahun menyertai Raden Mas Said dalam peperangannya melawan penjajah. Pambudi dan Raharjo (2018) menyebutkan bahwa Rara Rubiah adalah puteri Kiai Kasan Nur Iman, seorang ulama dari dusun Matah, yang sekarang masuk kawasan desa Singodutan Kecamatan Selogiri.
Rara Rubiah, menurut Carey dan Houben (1987), merupakan di antara prajurit wanita abad ke-18 yang telah menemani Raden Mas Said, suaminya, dan menjadi Panglima Prajurit Isteri bagi Istana Mangkunegaran. Dengan jumlah anggota korps sekitar 150 prajurit wanita, Rara Rubaih bukan hanya memiliki kepandaian menggunakan senjata bak Srikandi, tapi juga pandai menari, menyanyi dan memainkan alat musik.
Rara Rubiah kini dimakamkan di Astana Giri Gunung Wijil, Selogiri, tidak jauh dari Prasasti Nglaroh. Jasa-jasanya dalam mendampingi Raden Mas Said merupakan bukti bahwa istana abad ke-18 sudah mulai memperhatikan perspektif jender. Tentu saja untuk membuktikan hal ini diperlukan riset mendalam tentang peran wanita dalam Istana Mangkunegaran.