Islamsantun.org. Tidak ada yang lebih membahagiakan dalam hidup ini, selain dapat ‎memberi arti dan manfaat bagi orang lain. Ya, Sebagaimana sabda Nabi ‎Muhammad Saw di atas, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling ‎bermanfaat bagi orang lain.‎

Apalah artinya hidup berlimpah kemewahan, berpengetahuan tinggi, ‎berprestasi menjulang, berkedudukan terhormat, jika hanya dinikmati sendiri, ‎dan tidak memberi manfaat apa pun kepada orang lain. ‎

Bukankah harta yang melimpah, ilmu pengetahuan yang luas, prestasi ‎yang gemilang, serta kedudukan yang tinggi akan sirna seiring dengan ‎kefanaan kita? Bukankah semua kebanggaan itu akan hilang setelah kita ‎meninggal nanti

Lantas, jika di hadapan manusia saja semua kemewahan, kehormatan ‎serta kebanggaan itu akan hilang, lantas apa yang akan kita banggakan di ‎hadapan Tuhan kelak, jika selama hidup di dunia kita abai dan lalai dengan ‎kewajiban kita menjadi hamba Tuhan yang baik, yang memberi kontribusi ‎kepada sesama?‎

Di sinilah pentingnya kontribusi terhadap sesama. Apa pun yang kita ‎lakukan, kemudian dapat memberi manfaat bagi orang lain, maka di situlah ‎nilai kebaikan yang akan terus mengalir sampai kita meninggalkan dunia ini ‎dan berada di alam akhirat sana. ‎

Maka, berbahagialah orang-orang yang dapat memberi manfaat, ‎menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk berbuat baik. Pahala kebaikan ‎mereka akan terus mengalir deras, meskipun jasad mereka sudah berkalang ‎tanah.‎

Dalam sabdanya yang lain, Nabi Muhammad Saw menegaskan, ‎‎“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebaikan), maka dia akan ‎mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, ‎hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” ‎

Sungguh, tak ternilai kebahagiaan yang akan didapatkan oleh orang-‎orang yang menebar benih-benih kebaikan dengan menginspirasi orang lain ‎untuk melakukan kebaikan, memberi manfaat kepada sesama. Benih-benih ‎tersebut akan tumbuh subur dan membuahkan hasil positif, berkembang biak, ‎terus menerus sepanjang masa, meskipun sang penanam benih telah ‎meninggalkan dunia ini. Buah kebaikan yang pernah ditanamnya, akan ‎mengalirkan pahala yang tiada henti. ‎

Penulis membayangkan betapa bahagianya para ulama masa lalu yang ‎semasa hidupnya mampu melahirkan banyak karya besar, yang hingga kini ‎masih terus dipelajari, dikaji, dan memberi manfaat kepada banyak orang ‎sepeninggal mereka. ‎

Padahal, kita semua mafhum bahwa pada saat mereka hidup, dunia ‎teknologi tidak secanggih saat ini. Semua karya mereka ditulis dengan ‎tangan. Untuk mendapatkan referensi pun tidak semudah saat ini, yang ‎tinggal menggerakkan jemari, mengklik informasi yang kita butuhkan melalui ‎mesin pencari (search engine), sejurus kemudian ratusan bahkan ribuan ‎referensi bisa kita dapatkan. Meski demikian, di tengah keterbatasan ‎perangkat teknologi, di saat semua dilakukan secara konvensional, tetapi hal ‎tersebut tidak menghalangi mereka untuk melahirkan karya-karya berkualitas, ‎yang tidak jarang ketebalan karyanya tersebut mencapai ribuan halaman. ‎Bahkan hingga puluhan ribu halaman jika dihitung secara kumulatif dari ‎berjilid-jilid karya yang mereka hasilkan tentang satu tema ilmu tertentu.‎

Sangat mungkin, mereka kini tengah berbahagia di alam barzakh sana, ‎karena amal yang telah mereka lakukan berupa menebarkan ilmu ‎pengetahuan, serta inspirasi yang pernah mereka berikan melalui karya-karya ‎mereka. ‎

Inilah salah satu alasan utama saya untuk tetap menulis, melahirkan ‎karya yang mudah-mudahan bisa memberi manfaat, tidak hanya untuk saya ‎pribadi, tetapi juga untuk orang lain. ‎

Saya selalu berdoa, memohon kepada Allah agar buku-buku yang saya ‎tulis bisa memberi manfaat, bisa menghadirkan nilai positif, bisa menggugah ‎kesadaran untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik, khususnya bagi diri ‎saya sendiri, umumnya bagi para pembaca semuanya. ‎

* Ruang Inspirasi, Selasa, 22 Februari 2022.

Komentar