Di pagi hari libur ini, saya baca sebuah artikel di globaltimes tentang isu Muslim di Tiongkok. Tentang Muslim Uygur, Xinjiang.
Ada hal menarik dalam tulisan Muslim Uygur ini. Jika seringnya berita tentang Muslim Uygur itu berita negatif, kali ini tentang kebebasan beragama. Nadanya sangat positif.
Artikelnya ditulis oleh Yang Faming. Yang, sering dipanggil Hasan, adalah ketua China Islamic Association (Asosiasi Islam Tiongkok). Asosiasi ini berdiri tahun 1953. Burhan Shahidi, gubernur pertama Xianjiang, adalah ketua asosiasi pertamanya. Saya belum sempat menganalisa akurasi tulisan Yang tersebut. Saya hanya ingin membagi berita atau opini yang ditulis Yang.
Kebebasan Muslim menjalankan agamanya secara penuh dijamin dan dihargai di Tiongkok, demikian kata Yang Faming. Sejak reformasi keterbukaan Tiongkok tahun 1949, negara ini sudah menerapkan kebijakan menjamin kebebasan beragama. Bahkan Partai Komunis China menjamin hak dan kepentingan komunitas Islam di Tiongkok.
Aktivitas Muslim dari berbagai suku di Tiongkok dilindungi undang-undang. Konon ada kira-kira 20 juta umat Islam di Tiongkok dan ada sepuluh universitas dan politeknik Islam. Rupanya besar juga populasi Muslim di negara Mao Zedong ini.
Islam dikenal masyarakat Tiongkok sudah sangat lama. Bahkan sejak Dinasti Tang (618-907). Hampir sama seperti di Indonesia, terjadi akulturasi budaya antara Islam dan tradisi Tiongkok. Karenanya, ada hal unik tentang sinkretisme Islam di Tiongkok.
Menurut Yang, Islam dan agama-agama lainnya di Tiongkok hidup berdampingan dengan harmonis. Komunitas Islam Tiongkok mempublikasikan buku-buku klasik tentang Islam untuk memenuhi kebutuhan akan pembelajaran Islam yang benar. Mereka mencetak Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik dalam bahasa Putonghua dan bahasa-bahasa lainnya seperti Uygur, Kazakh dan Kirgiz.
Seluruh aktivitas ibadah di masjid-masjid dan di rumah dilindungi undang-undang. Sejak tahun 1996, pemerintah Tiongkok mengorganisir perjalanan ibadah haji Muslim Tiongkok. Rata-rata 10.000 jamaah haji pertahun. Pemerintah Tiongkok telah mendirikan institusi Pendidikan Islam. Dua di antaranya adalah China Islamic Institute di Beijing dan Xianjiang Islamic Institute.
Lebih dari 4000 mahasiswa telah lulus dengan gelar sarjana dan magister.
Sejak tahun 2001, Xianjing Islamic Institute sukses menyeleksi lebih dari 70 mahasiswa untuk kuliah di universitas-universitas di luar negeri seperti Al-Azhar University di Mesir dan International Islamic University, Islamabad Pakistan.
Memang, akhir-akhir ini banyak rumor anti-Tiongkok di Barat. Menurut Yang, isu negatif itu menyebutkan bahwa Tiongkok membatasi kebebasan beragama, terutama Muslim. Lebih keji, fitnah itu menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok menghancurkan masjid-masjid dan membunuh Muslim di Xianjiang.
Bagi Yang, fitnah itu tidak benar dan penuh dengan political prejudice. Komunitas Islam Tiongkok menolak fitnah ini. Bahkan kata Yang, “kami meminta Amerika dan kekuatan-kekuatan asing lainnya untuk menghargai fakta sebenarnya. Kami meminta mereka untuk menghentikan fitnah terhadap pemerintah Tiongkok dengan menggunakan isu agama.”
Itulah sisi lain berita tentang Uygur. Dari Yang Faming, seorang Muslim. Ketua Asosiasi Muslim di Tiongkok. Boleh setuju atas opini Yang, boleh tidak. Boleh meragukannya. Selamat berlibur. Selamat Tahun Baru.