Islamsantun.org. Santri dalam perspektif kalangan modern, masih terminset secara kuat sebagai kaum yang ketinggalan zaman. Perkembangan era modern yang sangat pesat, mempengaruhi segala lini kehidupan. Lingkungan pesantren pun ikut terdampak dari perkembangan zaman ini. Banyak wali santri yang berkeinginan dengan memondokkan anaknya, nantinya tidak hanya menguasai ilmu agama namun juga pengetahuan umum. Pengetahuan umum ini harapannya dapat menunjang pekerjaan santri di masa depan saat lulus dari pesantren. Karena tidak dapat dipastikan seorang santri akan berakhir menjadi tenaga pengajar atau memiliki pesantren saat kembali ke kampung halamannya.

Dalam dunia kerja saat ini, kebanyakan perusahaan atau lembaga pemerintahan yang mengutamakan ijazah pendidikan sekolah formal, sebagai tenaga kerjanya. Sehingga menjadikan lembaga pendidikan seperti pesantren dengan pandangan sebelah mata, jika tidak memiliki ijazah sekolah formal. Walaupun UU No. 18 tahun 2019 tentang pesantren telah disahkan, yang mana dalam UU ini diharapkan dapat mengangkat kedudukan lembaga pendidikan pesantren. Namun, dalam pengimplementasian membutuhkan sebuah waktu yang lama. Kalangan santri perlu membuktikan terlebih dahulu dalam menjalankan perannya di masyarakat modern.

Pentingnya Wawasan Seimbang

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh UIN Suan Gunung Djati Bandung dalam sebuah jurnal ilmiah mengatakan bahwa seiring berkembangnya zaman, terjadi penurunan peminat pesantren salaf yang drastis. Hal itu disebabkan karena perkembangan zaman yang menuntut seseorang perlu juga untuk dapat menguasai ilmu umum dan memiliki skill keahlian khusus. Sehingga, banyak dijumpai pesantren sekarang yang terintegrasi dengan pendidikan umum, seperti SMP, SMA/SMK, atau Perguruan tinggi.

Integrasi ini diharapkan santri memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang seimbang, antara pengetahuan agama dan umum. Pengetahuan mengenai agama sangatlah diperlukan dan bahkan sangat penting bagi generasi millenial saat ini. Ilmu agama akan menjadi benteng utama bagi seorang muslim, agar tak mudah terpengaruh oleh pemahaman yang salah, sehingga menjadi muslim radikal.

Banjir informasi dan banyaknya oknum yang menyalahgunakan dalil-dalil agama sebagai senjata untuk saling membenci antar golongan, untuk keperluan politik atau yang lainnya. Hal ini tentu sangatlah berbahaya jika diterima oleh generasi muda yang mudah tersulut emosinya. Selain itu, dengan memiliki ilmu agama seseorang akan dapat dapat membedakan mana yang benar dan yang salah.

Setidaknya, seorang yang memiliki ilmu agama yang benar dapat menjaga akhlak mereka. Agar selalu berakhlak yang baik, dalam bersosial media atau bersosialisasi dengan lingkungannya secara nyata. Karena pada dasarnya, ajaran Islam selalu berorientasi pada akhlak yang mulia, seperti yang di contohkan Rasullullah SAW sebagai uswatun hasanah.

Selain itu, wawasan yang seimbang antara ilmu agama dan umum akan sangat membantu saat santri telah terjun kemasyarakat. Santri saat telah kembali kemasyarakat, akan menjadi tokoh central yang dimintai solusi dalam setiap permasalahan yang terjadi. Tidak hanya soal agama namun juga tentang sosial, budaya, dan ekonomi.

Pondok Pesantren Modern

Munculnya pondok pesantren modern kini mulai banyak peminat. Banyak faktor yang menjadikannya popular di masyarakat. Pondok pesantren modern ini seperti Pondok Pesantren Modern (PPM)  Darussalam Gontor Ngawi, PPM Islam Assalam Sukoharjo, PPM 4 Bahasa Al-Muhibbin Tuban, dan masih banyak lagi. Pesantren ini mengintegrasikan antara kurikulum pesantren salaf dan umum, seperti memasukkan materi bahasa Inggris atau bahasa asing lain, selain itu juga mulai ada laboratorium komputer, menjahit, dan kejuruan lain kedalam pelajaran pesantren. Dalam pesantren modern ini juga terdapat sekolah formal, mulai dari SMP hingga perguruan tinggi.

Buku Potret Dunia Pesantren karya Mahpuddin Noor menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, pondok pesantren modern mulai muncul pada awal tahun 70-an. Kemunculan ini disebabkan adanya sebagian kalangan pesantren yang menginginkan diberikannya pelajaran umum untuk para santri. Ketika itu terjadi perdebatan diantara kalangan pesantren. Sebagian memiliki pendapat bahwa pesantren adalah benteng budaya terakhir yang khas, sehingga harus mempertahankan ketradisionalannya. Dari sudut pandang lain mengatakan bahwa pesantren perlu adanya perubahan sistem untuk memasukkan elemen pendidikan dari luar dan menyesuaikan dengan perkembangan dan arus pendidikan.

Memodernisasi lembaga pendidikan seperti pesantren juga merupakan masukan dari dua tokoh fenomenal dalam keilmuan. Azyumardi Azra dan Nur Cholis Madjid, sangat menyorot tentang perlunya memodernisasi lembaga pendidikan Islam di Indonesia, sehingga dapat bersaing dalam kontestasi keilmuan di era yang terus maju dengan pesatnya.

Kurikulum pesantren yang selama ini mengkiblat pada sistem pendidikan ribath dari hadramaut yang dibawa oleh para dai pertama di Jawa dahulu, kini ditambahkan dengan kurikulum ala barat yang mendominasi era sekarang. Dengan perpaduan ini akan memberikan bekal santri, agar dapat menyesuai dengan pergerakan zaman yang semakin maju ini. Sehingga, tidak hanya pengetahuan umum, namun juga menguasai pengetahuan agama yang kuat sebagai pegangan hidup.

Penting diingat sebuah prinsip ushul fiqh “al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yang dalam artinya adalah memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil kebiasaan baru yang lebih baik. Prinsip yang biasa diungkapkan sebagai pedoman para ulama NU tersebut haruslah diterapkan juga lembaga pendidikan Islam pesantren. Agar keseimbangan terjadi antara memelihara sistem pengajaran lama dengan diintegrasikan dengan sistem baru yang cocok dengan kondisi zaman. Karena pada dasarnya, perkembangan zaman juga akan mempengaruhi sosial, budaya, dan cara berfikir para generasi muda.

Pondok Pesantren Modern kini hadir, menjadi jawaban. Untuk para orang tua yang menginginkan anaknya memiliki karir masa depan yang baik dalam keduniaan, namun juga memiliki bekal keagamaan yang kuat. Dengan begitu dapat membimbing seseorang menjadi pribadi yang jujur dan amanah jika menjadi pejabat, tidak sombong saat dihormati, dan berhati mulia sebagaimana ajaran Isla

Komentar