“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Melalui ayat ini, Allah Swt. menegaskan bahwa kemuliaan seseorang di hadapan Allah bukan ditentukan oleh nasab atau jalur keturunan, kekayaan, kedudukan atau status sosial, pangkat, serta jabatan yang disandang oleh seseorang, melainkan ditentukan oleh kadar ketakwaan yang dimilikinya.
Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya mengingatkan, “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupamu dan hartamu, akan tetapi melihat hati dan perbuatanmu”. (HR. Ath-Thabrani)
Al-Qurthubi, ketika menjelaskan hadis tersebut dalam tafsirnya, mengatakan bahwa kita tidak boleh menghukumi atau menilai seseorang dari tampilan luarnya. Karena itu hanyalah yang tampak di permukaan saja. Sedangkan hakekat seseorang adalah apa yang tertanam dalam batinnya. Bisa jadi, orang yang kelihatannya baik secara lahiriah, tetapi justru memiliki sifat-sifat buruk atau niat jahat dalam hatinya. Pun sebaliknya, seseorang yang tampak buruk tampilan luarnya, bisa jadi sangat baik hatinya, serta mulia akhlaknya.
Penampilan luar memang seringkali menipu kita. Kita mudah saja yakin dan percaya kepada seseorang yang berpenampilan parlente, ucapannya meyakinkan, pakaiannya serba bermerek. Padahal belum tentu dia punya maksud baik. Sementara tidak jarang kita mengacuhkan dan menganggap remeh orang yang berpenampilan sederhana bahkan terkesan asal-asalan, padahal bisa jadi dia memang orang baik yang betul-betul tulus serta berbudi pekerti luhur.
Hadis di atas bisa menjadi acuan bagi kita agar tidak mudah menilai seesorang hanya karena penampilan luarnya saja. Dalam hadis tersebut ditegaskan bahwa Allah tidak menilai seseorang dari rupa atau fisik serta hartanya, tetapi oleh menilai seseorang dari hati dan amal (perbuatan) nya. Allah Mahamengetahui, baik yang terlihat jelas ataupun yang tersembunyi, yang terang ataupun yang samar, yang lahir ataupun yang batin. Allah menilai seseorang karena nilai ketakwaan yang dimilikinya.
Takwa merupakan simpul dari puncak kesadaran seorang hamba di hadapan Allah Swt. Kesadaran itu selalu memerhatikan dan memperhitungkan pengawasan Tuhan Yang Mahahadir (Mahadekat) berkenaan dengan tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Karena kesadaran itu melalui kebersihan hatinya yang laksana sinar terang disebabkan ketakwaannya, seseorang memperoleh bimbingan Ilahi ke arah jalan yang diridhai Allah dalam menempuh hidup ini.
Takwa adalah tingkatan tertinggi, prestasi puncak seorang hamba di hadapan Allah Swt.
* Ruang Inspirasi, Senin, 6 Juni 2022.